Dibawah terik panas matahari Alda sedang berada di dalam kemacetan, ia kesal dengan keadaan ini. Alda sangat benci jika terkena sinar matahari, karena akan membuat kulitnya kering dan hitam.
Padahal jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Namun masih terasa panas dan gerah. Satu jam Alda berada di kemacetan, akhirnya ia bisa sampai di rumah dengan selamat. Alda masuk ke dalam rumah dengan perasaan yang kesal, karena ia tidak pernah mendapat kemacetan di sore hari.
"Kenapa wajah mu tampak cemberut?" tanya Angkasa yang sedang membaca koran di ruang tamu.
"Alda kesal hari ini, Alda terkena terik matahari hari dan terkena macet selama satu jam," Alda kesal, ia pun duduk di samping sang ayah.
"Hanya karena itu saja kamu kesal?" tanya Angkasa yang kini menghadap ke arah Alda.
"Iya ayah," ucap Alda yang masih cemberut.
"Alda, anak ayah yang cantik. Kamu tidak boleh seperti itu, berarti Allah sedang menguji kesabaran Alda. Kemacetan satu jam dan terkena matahari, kamu tau nak? banyak orang di luar sana yang seharian terkena matahari hanya untuk mencari sesuap nasi. Seharusnya Alda bersyukur dengan kehidupan yang Alda jalani. Kemacetan hal yang biasa karena kita hidup di tengah masyarakat, terkecuali Alda hidup di dunia iblis, ayah pastikan tidak ada kemacetan di sana. Ha ha ha ha," angkasa tertawa melihat anaknya yang mengeluh hanya karena kemacetan dan panasnya matahari.
"Ayah kok malah ketawa sih," ucap Alda tambah kesal.
"Kamu sih ada-ada aja," ucap Angkasa yang masih tertawa. Karena kesal, Alda pun langsung masuk ke dalam kamarnya.
Angkasa merasa terlalu memanjakan anaknya, sehingga hal yang sepele pun membuat anaknya mengeluh. Setelah Alda meninggalkannya sendiri, angkasa langsung termenung. Sepertinya ia baru menyadari sikap Alda yang terlalu manja.
Sebagai orang tua yang memiliki segalanya sangat mudah untuk memanjakan kedua buah hatinya, segala sesuatu yang di minta bisa terbeli dalam sekejap. Seharusnya Angkasa tidak boleh memanjakan putrinya.
"Mas, kok melamun?" tanya Alifia membawakan kopi untuk Angkasa.
"Eh, enggak kok," angkasa terkejut dengan kehadiran Alifia.
"Mas mikirin apa sih?" tanya Alifia penasaran.
"Gak ada kok," angkasa pun menyicipi kopi buatan sang istri.
"Oh ya mas, gimana perkembangan Alex, apa sudah di temukan?" tanya Alifia tiba-tiba.
"Tumben kamu nanya dia," angkasa heran. Karena sebelumnya Alifia tidak pernah bertanya tentang Alex kepada Angkasa.
"Cuma nanya doang kok," ucap Alifia. Beberapa menit mereka hanya terdiam, hanyut dalam pikiran masing-masing.
"Sepertinya dia tidak ada di negara ini," tebak Angkasa setelah beberapa menit mereka terdiam.
"Aku sudah mengikhlaskan apa yang dia bawa." Angkasa ikhlas dengan perbuatan Alex.
_________________________
Curhatan malam hari
Malam yang sunyi, hanya di temani suara kipas angin yang sedari tadi berputar. Entah kenapa aku kepikiran tentang kedua orang tuaku yang asli, sekarang aku sudah berada di kota. Tapi, aku tidak bisa mencarinya, namanya saja aku tidak tau. Yang aku tau mereka adalah orang kaya, bukan masalah kaya atau tidak, aku hanya ingin bertemu mereka. Dan satu lagi, asisten yang di katakan oleh nenek, kenapa dia begitu tega membuang ku jauh dari kota? sungguh tega sekali orang itu. Tapi nenek mengingat nama asisten itu adalah Alex. Karena dulu ibu ku pernah bercerita kepada nenek, bahwa ia jatuh cinta kepada seorang asisten pribadi orang kaya raya. Aku berharap suatu hari nanti bisa bertemu dengan kedua orang tuaku yang asli.
Aku melihat ke arah Nisa, ia sedang sibuk membaca. Nisa dan mika, kedua sahabat ku sangat suka membaca. Mereka orang-orang yang pintar dan banyak prestasi.
"Nisa cucu tok dalang!!" aku teriak mengejutkan Nisa.
"Tong dalang kakek ku, tok dalang cintaku," spontan keluar dari mulut Nisa, aku tertawa lepas saat melihat wajah Nisa yang tegang akibat ku kejutkan.
"Ih. . . kamu Azalea," Nisa mengelus dadanya. Nisa wanita yang cantik tapi ia latah, aku sangat suka mengganggunya.
"Kamu lucu," ucap ku yang masih tertawa lepas.
kau tau kawan? aku sangat bahagia memiliki sahabat di sini, kini aku bisa merasakan seperti apa yang kalian rasakan, memiliki sahabat dan bisa bercanda tawa. Sungguh aku sangat bahagia, aku juga menceritakan tentang Mika dan Nisa ke nenek, sungguh nenek juga bahagia mendengar bahwa aku sudah memiliki sahabat di sini.
"Kita masak yuk, laper banget," ucap Nisa yang mulai lapar.
"Yuk." Ucap ku.
Nisa dari keluarga yang sederhana, dia anak kedua. Ia memiliki seorang kakak yang juga sedang kuliah di kota ini. Nisa mendapatkan beasiswa karena ia pintar dan berprestasi. Dia Anak yang baik dan taat akan agama, dia juga sering mengajarkan ku tentang agama. Terkadang aku malas melaksanakan shalat, namun Nisa selalu ada untuk mengajak ku beribadah. Sungguh aku bersyukur bertemu dengannya.
________________
"Ayah besok aku mau mengendarai mobil ke sekolah. Aku tidak mau lagi mengendarai motor," ucap Alda saat mereka sedang makan malam bersama.
"Tidak, Alda tetap pakai motor saja ke sekolah. Jangan manja," ucap Angkasa di sela-sela makannya.
"Kok ayah gitu sih," ucap Alda kesal.
"Ya harus seperti itu," jawab Angkasa dengan nada santai.
"Ayah gak sayang kakak!" ucap Alda yang langsung meninggalkan meja makan. Angkasa hanya bersikap biasa saja di depan Alifia dan juga Alva.
"Mas kok gitu sih, tadi Alda terkena macet dan kepanasan. Jadi, besok dia mengendarai mobil saja agar tidak kepanasan," ucap Alifia yang membela putrinya.
"Tidak boleh!" ucap Angkasa dengan suara yang tegas.
"Tapi kasian kak Alda ayah, dia kan cewek. Kasian kalau terkena panas," ucap Alva yang juga membela Alda.
"Saya katakan tidak ya tetap tidak. Itu peraturan dari ayah, jangan di bantah!" ucap Angkasa tegas.
"Ayah benar-benar tidak mengerti dengan kakak." Ucap Alva yang kesal terhadap ayahnya, ia pun langsung pergi meninggalkan meja makan.
Angkasa hanya diam, tidak peduli apakah anaknya marah atau tidak.
"Mas kenapa seperti itu?" tanya Alifia lembut.
"Aku tidak ingin mereka manja, apalagi hanya gara gara kemacetan," ucap Angkasa yang masih melanjutkan makannya.
"Ya kan, kasian Alda mas," ucap Alifia yang terus membujuk suaminya.
"Tetap tidak boleh, biarkan saja dia mengendarai motor saja, bila perlu dia jalan kaki saja. Alda sudah menjadi siswi SMA," ucap Angkasa yang tetap tidak mengizinkan Alda mengendarai mobil ke sekolah.
Alda kini sudah duduk di bangku SMA kelas satu, masa SD dan SMP Alda selalu di antar oleh pak sopir.
Awalnya Angkasa ingin putrinya selalu di antar jemput oleh pak sopir, tapi Alda menolak, ia ingin mengendarai motor ke sekolah. Angkasa jelas-jelas tidak mengizinkan hal itu, tapi Alifia membujuk suaminya agar Alda bisa mengendarai motor, angkasa pun luluh akhirnya ia mengizinkan Alda mengendarai motor.
Terima kasih udah mampir di novel author semoga ceritanya menarik perhatian teman teman ya 🤗
jangan lupa untuk like vote dan komen ya biar author nya tambah semangat ni wkwkkwkw 🥴
_happy reading_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments