Malam pun di lalui dengan deraian air mata, angkasa berbaring tak berdaya di atas ranjang. Ia tidak tidur hanya menghabiskan malam dengan tangisan. Mata yang sembab, tenggorokan kering, hidung sumbat, tubuh yang melemas, Angkasa masih setia menunggu kabar dari keluarganya. Tapi tetap saja panggilan selalu di luar jangkauan. Angkasa pun tidak bisa Berpikir positif lagi. Ia yakin pasti ada sesuatu yang terjadi kepada Alifia dan kedua putrinya.
Pagi itu, Randi kembali mengetuk pintu kamar Angkasa, semalam ia sangat khawatir akan keselamatan Angkasa.
Tok......tok.....tok...
Angkasa bisa menebak siapa yang mengetuk pintu kamarnya, dengan kepala yang sangat pusing Angkasa bangkit dari ranjang untuk membuka pintu.
"Tuan," sapa Randi saat melihat Angkasa membuka pintu
"Ada apa?" tanya Angkasa dengan suara parau
"Tuan, Alhamdulillah kita bisa berangkat pulang hari ini," ucap Randi memberitahu Angkasa, randi melihat jelas mata Angkasa yang semakin sembab. Randi sangat khawatir dengan kondisi tubuh Angkasa.
"Baik, terima kasih infonya," ucap Angkasa dengan senyuman yang tipis
"Tapi tuan harus sarapan dulu, semalam juga tuan tidak makan, saya takut jika terjadi apa apa kepada tuan saat berada di pesawat," ucap Randi benar benar mengkhawatirkan keadaan Angkasa.
"Bawakan saja roti untuk ku," ucap Angkasa akhirnya mau sarapan.
"Baik tuan," ucap Randi senang. Ia pun langsung mengambil roti untuk Angkasa.
Angkasa membersihkan tubuhnya terlebih dahulu. Setelah itu ia ganti baju untuk siap siap berangkat pulang. Randi membawakan roti dan susu, dengan lahap Angkasa pun menghabiskan roti yang di bawa oleh Randi.
Kini mereka sudah berada di pesawat, butuh 5 jam untuk bisa sampai ke indonesia. Selama di perjalanan Angkasa semakin takut dan khawatir.
Angkasa berdoa agar sang istri dan anaknya selamat, walaupun Angkasa tak bisa berpikir positif lagi. Namun, ia tetap berdoa karena ia yakin dengan Kehebatan doa semua akan baik-baik saja.
Doa adalah senjata yang mampu digunakan untuk melawan segala bentuk serangan yang sedang di hadapi. Jangan pernah meremehkan kekuatan dari doa yang ikhlas
bahkan Aristoteles pernah mengatakan "Doa memberikan kekuatan pada orang yang lemah, membuat orang tidak percaya menjadi percaya, dan memberikan keberanian pada orang yang ketakutan."
Lima jam berlalu, pesawat mendarat di bandara tepat waktu. Angkasa berjalan dengan cepat karena ingin segera sampai di rumah. Mereka menaiki taksi saat itu.
"Pak bawa mobilnya cepat ya," ucap Angkasa yang kini mereka sudah berada di dalam mobil.
"Baik pak." Ucap sopir taksi itu.
Tidak butuh waktu lama mereka sampai di rumah. Angkasa terkejut saat melihat rumahnya di penuhi oleh banyak orang, bahkan kini banyak sekali wartawan yang menunggu Angkasa keluar dari mobil.
"Ada apa ini?" ucap Angkasa sangat panik. Karena tidak ingin bertanya tanya tanpa jawaban, angkasa keluar dari mobil yang langsung di dampingi oleh bodyguardnya.
Wartawan menyerbu Angkasa dengan banyak pertanyaan. Angkasa hanya menunduk melewati semua wartawan itu.
"Bapak kemana saja? kenapa bapak meninggalkan istri bapak melahirkan, bahkan putri Bapak tidak selamat." Ucap salah satu wartawan yang sempat di tangkap oleh telinga Angkasa.
Jantung Angkasa berdegup lebih kencang dari biasanya, badannya mulai melemas tak berdaya. Sesampainya di dalam rumah, bodyguard Angkasa langsung menutup pintu agar wartawan itu tidak masuk sembarangan.
Angkasa terkejut mendapati semua keluarganya berada di ruang tamu, mamanya menangis sesenggukan saat melihat Angkasa pulang.
"Kemana saja kamu nak?" tanya mama yang masih menangis, mama mendekati Angkasa yang sedang berdiri mematung.
"Mah, ada apa?" tanya Angkasa dengan suara yang putus asa.
Mama mengelus bahu Angkasa dengan lembut, mama menatap sendu ke arah Angkasa. Mama masih menangis ia belum menjawab pertanyaan dari Angkasa.
"Mah, ini ada apa?" tanya Angkasa lagi.
"Maafkan mama. Mama gak bisa jaga putri mu dengan baik." Mama menangis memeluk Angkasa.
Mendengar hal itu Angkasa langsung paham, ketakutan dan khawatirannya Semalam pun telah terjadi. Tubuh Angkasa kembali tak berdaya dunia serasa runtuh seketika.
"Mah," angkasa membalas pelukan sang mama.
"Maafkan mama, salah satu putri mu tidak bisa di selamatkan," ucap mama menangis dalam pelukan Angkasa
"Ini bukan salah mama ini salah ku, aku yang bodoh ma. Meninggalkan Alifia saat melahirkan. Aku yang bodoh Ma." Ucap Angkasa mulai menyalahkan diri sendiri.
Tangis Angkasa pun pecah, ia menyalahkan diri sendiri atas kejadian ini. Dia bukan suami yang baik dan bukan Ayah yang baik untuk anaknya.
Mendengar apa yang terjadi membuat Angkasa semakin terpuruk dan lemas, ia masih menangis di pelukan sang mama. Kini penglihatan Angkasa mulai rabun, angkasa belum bisa menerima semua ini, dengan hitungan detik Angkasa pun pingsan di pelukan sang mama.
"Ya Allah, angkasa. Tolong!!" ucap mama panik saat melihat Angkasa tidak sadarkan diri.
Randi yang masih setia di sana langsung membantu mama untuk membawa Angkasa ke dalam kamar. Randi pun menangis mendengar berita yang sangat menyakitkan ini.
Angkasa kini sudah di baringkan di atas ranjang. Memberikan ruang untuk dokter memeriksa keadaan Angkasa. Randi masih tetap setia menemani pemeriksaan Angkasa.
Dokter menyarankan setelah Angkasa sadar ia harus makan karena perut yang kosong, kepala yang pusing, akibat tidak tidur membuat Angkasa tidak sadarkan diri. Dokter pun memberikan beberapa obat untuk Angkasa, Randi pun menerima obat tersebut.
Randi menatap lekat ke arah Angkasa, wajah Angkasa sudah nampak pucat. Randi pun langsung menyelimuti tubuh Angkasa. Setelah itu ia memutuskan untuk keluar dari kamar tersebut.
Randi mencari Alex saat itu. Ia ingin bertemu dengan Alex, ia pun menemui Alex di kamar Alifia. Alifia saat itu sedang istirahat.
"Alex." Panggil Randi.
Alex pun langsung keluar dari kamar itu saat melihat Randi memanggilnya.
"Kalian pulang dengan selamat?" tanya Alex basa basi.
"Iya kami selamat, namun tuan Angkasa pingsan saat sampai di rumah," ucap Randi masih mengingat bagaimana pucatnya wajah Angkasa.
"Kenapa kalian tidak bisa di hubungi semalam?" tanya Randi yang semalam juga berusaha menghubungi Alex.
"Jaringan kalian sangat buruk, aku mendapat informasi bahwa cuaca di sana sedang buruk, apa itu benar?" tanya Alex. Randi pun langsung mengiyakan perkataan Alex, akibat cuaca yang buruk membuat pesawat mereka tidak bisa berangkat.
"Semalam keadaannya sangat kacau, aku menenangkan Alifia yang menangis histeris. Hampir semua yang ada di rumah ini menangis Histeris saat mendengar salah satu anak tuan meninggal. Bahkan dari semalam banyak sekali wartawan yang nongkrong di depan rumah untuk mendapatkan info yang lebih baru." Ucap alex menceritakan sebagian kecil dari kejadian semalam. Namun ia menyembunyikan sesuatu dari Randi.
terima kasih udah mampir di novel author semoga ceritanya menarik perhatian teman teman ya 🤗
jangan lupa untuk like vote dan komen ya biar author nya tambah semangat ni wkwkkwkw 🥴
_happy reading_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments