bab 20 Misteri Si Dia

Waktu berjalan, tak terasa sudah hampir satu minggu sejak lamaran fandy dan dika. Namun ayyana belum juga memberikan keputusan atas lamaran keduanya. Ia masih bimbang antara kedua pria itu.

Apalagi sikap kedua pria itu seakan berubah, dika yang dulu cuek padanya, kini hampir setiap hari datang kerumah ayyana hanya sekedar mengantar ****** ayyana dari kantor, ia bahkan sering menghubungi ayyana jika gadis itu tak terlalu sibuk.

Sedangkan fandy, ia justru cuek dengan ayyana. Sejak lamarannya itu, ia tak pernah menampakan dirinya didepan ayyana. Ia pun tak lagi menghubungi ayyana bahkan untuk urusan kantor sekalipun.

Fandy seolah memberi jarak antar dirinya dan ayyana. Tentu saja hal itu sempat membuat ayyana bertanya tanya. Seriuskah dia akan lamarannya?.

Mereka memang satu kantor, bahkan satu divisi. Namun entah kenapa mereka justru sulit bertemu, hanya saat rapat mereka bisa bertatap muka, itu pun hanya bebetapa menit, dan dalam suasana banyak orang.

"Apa sekarang kamu yang menghindari saya?" Tanya ayyana saat rapat hari itu selesai. Ayyana yang ditugaskan satu tim bersama fandy membuatnya bisa memanfaatkan kesempatan itu untuk bertanya.

Ia mencoba melakukan apa yang dulu pernah fandy lakukan padanya. Suasana ruang rapat yang sepi dan kedap suara membuat ayyana dengan leluasa menanyakan hal tersebut.

Fandy melirik ayyana sejenak sebelum ia kembali fokus pada buku note hitam kesayangannya.

"Nggak" jawab fandy singkat. Wajahnya pun tak menunjukan apapun seakan tak pernah terjadi apapun diantara mereka.

"Bohong" sahut ayyana dengan senyum kecut. Ia merasa hatinya mendadak perih saat bibir fandy dengan mudah melafalkan kata tersebut.

"Saya nggak pernah bohong" jawab fandy, ia masih menulis sesuatu dalam buku note nya tersebut.

"Lalu kenapa kamu nggak pernah menghubungi saya?" Serga ayyana yang sudah tak tahan dengan sikap fandy.

Fandy hanya diam, ia masih memfokuskan diri pada buku didepannya.

"Bukannya kamu bilang, kamu bukan tipe orang yang lari dari masalah? Lalu apa sekarang?" Brondong ayyana. Ia mulai kehabisan kesabaran dengan sikap pria didepannya.

Mungkin memang benar jika fandy masih labil dalam membuat keputusan. Hingga ia mulai menyesali perbuatannya tersebut pada ayyana.

"Saya memang nggak pernah lari dari masalah" suara fandy akhirnya bisa didengar ayyana setelah beberapa menit ayyana menunggu.

"Lalu?" Tanya ayyana yang tak sabar dengan jawaban fandy.

"Saya hanya memberimu ruang untuk memutuskan" sahut fandy yang langsung membuat ayyana terdiam. "Saya nggak ingin mempengaruhi apapun dalam keputusanmu" imbuh fandy pasti.

"Kenapa?" Suara ayyana tiba tiba bergetar. Entah kenapa pria yang lebih muda darinya itu selalu punya alasan untuk setiap tindakannya yang dianggap aneh.

"Saya ingin membantumu mengambil keputusan dari hatimu sendiri, bukan bujukan dari pihak mana pun" jelas fandy. Ia mulai beralih pada bukunya dan menatap ayyana.

"Bukankah itu akan mengurangi penilaian saya terhadapmu?" Tanya ayyana lagi.

"Semua orang akan menilai bahwa satu tambah satu adalah dua, karna itu pasti, tak perlu bukti apapun untuk itu" jelas fandy seakan berteka teki.

"Bagaimana kalo saya nggak berfikiran demikian dan menjatuhkan pilihan saya pada dika?" Ayyana menatap serius wajah pria yang belakangan tak ia lihat.

"Daun dan buah tak perlu mengatakan bahwa mereka akan jatuh ke tempat manapun, karna yang pasti mereka akan jatuh pada tanah dibawahnya"

"Pertemuan saya dan dika jauh lebih banyak ketimbang pertemuan kita. Dia bahkan lebih dewasa dari saya. Dan saya nggak perlu mendengarkan kalimat orang orang tentang hubungan saya"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!