Sepanjang perjalanan menuju pabrik percetakan majalah mandela, ayyana hanya diam mendengarkan setiap kalimat yang keluar dari bibir fandy. Sesekali ayyana melirik pria disampingnya itu.
Pria tinggi dengan kulit sawo matang itu seakan sudah akrab dengan ayyana, ia tak pernah marah saat ayyana hanya diam tak menghiraukannya. Ia juga tak mempermasalahkan ayyana yang irit bicara padanya.
Sikap fandy justru menunjukan sebaliknya, ia terus menempel pada ayyana tanpa memperdulikan sikap gadis cuek itu. Senyuman fandy pun tak pernah ia lupakan setiap bicara dengan ayyana hingga beberapa orang yang melihat mereka beranggapan bahwa mereka adalah sepasang kekasih.
Fandy tak bisa dikatakan pria biasa biasa saja, karna ia memiliki wajah rupawan dengan hidung mancung serta bibir tipis kemerahan yang membuatnya semakin menawan untuk ukuran pria.
Juga tubuhnya yang proporsional menjadikan nilai tambah untuk fandy. Dia juga tau memperlakukan wanita dengan baik walau mereka tak memiliki hubungan khusus.
"Bibir mba ayya berdarah?" Suara fandy membuyarkan lamunan ayyana. Dengan segera fandy menyodorkan tissue yang ada di dashboard mobilnya pada ayyana.
"Makasih" jawab ayyana kemudian mengelap darah yang keluar dari sudut bibirnya. Ia memang sering mengalami hal tersebut hingga bibirnya memiliki tanda hitam bekas luka. Ia tak tau pasti penyebab kenapa bibirnya sering berdarah tiba tiba.
Saat duduk dibangku SMP pun ayyana pernah dibully gara gara tanda hitam dibibirnya, mereka mengatakan bahwa ayyana sudah ciuman diusianya yang masih kecil. Hingga Ia putuskan bertanya ke dokter untuk menanyakan hal tersebut. Namun dokter hanya memberikannya vitamin untuk memgatasi bibir kering.
Sampai saat ini pun ayyana masih mengonsumsi obat tersebut untuk mencegah hal tersebut terjadi. Namun belakangan ini ia melupakan kegiatan rutinnya itu, hingga hal itu pun terjadi.
"Pake ini aja mba" suara fandy kembali terdengar, ia menyodorkan sebuah lipstik warna merah maroon pada ayyana. "Ini lips gloss untuk melindungi bibir dari sinar matahari, jadi nggak pecah pecah" lanjut fandy saat ayyana hanya diam menatapnya kebingungan. "Dari pada mba minum obat terus, nggak baik loh buat lambung mba" imbuhnya sambil menunjuk tangan ayyana yang memegangi botol vitaminnya.
Dengan ragu ayyana menerima lips gloss tersebut. Ia masih menatap bingung pada pria yang masih fokus menyetir disampingnya.
Sedangkan fandy yang ditatap pun tersenyum simpul sambil menganggukkan kepala seakan menyakinkan ayyana tentang sarannya tersebut.
"Mau saya bantu pakein?" Tawar fandy melirik ayyana.
"Nggak usah, saya bisa sendiri" jawab ayyana kemudian mengarahkan wajahnya pada cermin yang tergantung didepan mobil fandy.
"Sekarang penggunaan lips gloss bukan hanya untuk wanita, kadang saya juga pake kalo pas lagi terjun kelapangan" cerita fandy saat memperhatikan ayyana yang mengenakan lips gloss pada bibirnya. "Mba juga bisa pake lipstik lagi setelah pake lips gloss" jelas fandy.
"Saya nggak pernah pake make up" jujur ayyana. Ia pun mengembalikan lips gloss fandy setelah selesai mengoleskannya pada bibir.
"Ooh iya? Tapi tetap kelihatan cantik" puji fandy serius. Ia menyimpan kembali lips gloss tersebut kedalam dasboard mobilnya. "Serius" imbuh fandy saat ayyana hanya tersenyum sinis.
Ayyana tak menggubris kalimat fandy yang mengatakan tentang dirinya. Ia hanya menanggapinya dengan dingin hingga mobil fandy berhenti disebuah toko buku.
"Masih ada waktu sebelum meeting, sekalian kita diluar juga. Nggak apa apa kan?" Ujar fandy menghentikan mesin mobilnya.
"Hmm.." jawab ayyana singkat kemudian turun lebih dulu.
Langkah fandy yang lebar mampu menyeimbangkan ketertinggalannya karna ayyana yang masuk ke toko lebih dulu. Ayyana segera mencari tempat buku buku fiksi dan memperhatikan setiap rak yang tersusun rapi di toko tersebut.
Toko tersebut memang belum menyediakan buku buku majalah padahal pengunjung toko tersebut kebanyakan dari kalangan remaja. Mereka tentunya peminat terbesar dari buku buku majalah mengingat hampir semua berita bisa di dapat dari majalah tersebut.
Mata ayyana tiba tiba terhenti pada satu buku bersampul hitam, buku tersebut bertuliskan black hold. Ayyana yang tertarik pun berusaha mengambil buku itu. Namun sayang tinggi tubuh ayyana dan rak itu tak seimbang hingga ia kesulitan mengambil buku tersebut walau sudah berjinjit.
Tiba tiba sebuah tangan terulur dari belakang tubuh ayyana, tangan tersebut mengambil buku yang menjadi incaran ayyana. Ayyana yang merasa bukunya diambil pun segera membalikan badannya untuk melihat siapa si pemilik tangan tersebut.
Jantung ayyana tiba tiba berdetak kencang saat kedua bola matanya bertemu dengan dada bidang seseorang, ia pun segera mendongakkan wajahnya untuk mencari tau siapa orang tersebut.
Mata mereka bertemu sesaat, senyuman orang tersebut justru membuat jantung ayyana berdetak semakin cepat.
"Ini" suara fandy sambil menyerahkan buku yang ayyana inginkan. Ia tak menghilangkan senyuman khasnya sampai ayyana mengambil buku tersebut dari tangannya.
"Makasih" ucap ayyana lirih kemudian memalingkan wajahnya. Ia pun melangkah menjauh dari fandy berharap pria itu tak mengetahui kondisi jantungnya kini.
Beberapa kali ayyana harus mengatur pernafasannya agar jantungnya bekerja normal kembali. Ia benar benar kebingungan dengan organ tubuhnya tersebut.
"Mba suka baca novel?" Suara fandy yang berhasil menggagalkan usah ayyana untuk menetralkan kinerja jantungnya. Ia sudah duduk disamping ayyana sambil membawa beberapa buku majalah yang sudah lama.
"Saya punya beberapa koleksi buku novel dirumah, saya.bisa bawakan nanti kalo mba mau" fandy mulai memeriksa beberapa buku yang ia bawa.
"Kamu sedang apa?" Tanya ayyana setelah ia tersadar dari keterkejutannya, ia memperhatikan fandy yang membuka buka buku majalah yang terlihat jadul.
"Survey" jawab fandy pasti. "Ditoko ini terakhir kali mereka menyediakan buku majalah pada tahun 98" lanjut fandy sambil menunjukan sebuah buku majalah pada ayyana. "Kita bisa mendistribusikan beberapa buku buku majalah kita disini. Kebetulan saya kenal pemilik toko ini" jelas fandy dengan senyum khasnya.
"Fan, apa kabar?" suara seorang pria yang menghampiri mereka. Dia pun mengulurkan tangan kanannya yang terkepal kearah fandy.
"Reza... baik, loe sendiri gimana kabarnya?" Tanya fandy balik sambil membalas tos dari pria tersebut.
"Baik" jawab "siapa?" Tambahnya melirik kearah ayyana.
"Ohh.. iya lupa, dia ayyana. Dan mba ayy, dia reza pemilik toko ini" ujar fandy memperkenalkan ayyana dan reza.
Sejujurnya ayyana malas memperkenalkan diri pada siapapun apalagi jika dia seorang pria. Ia juga tak suka berbasa basi pada siapapun.
"Pacar?" Tanya reza dengan senyum yang sulit diartikan.
"Bukan, dia senior dikantor" jawab fandy.
"Tapi suatu saat bisa dong jadi pacar?" Goda reza yang langsung disambut tawa dari keduanya.
Beberapa menit kemudian fandy dan reza mendiskusikan tujuan mereka datang ketempat tersebut. Sedangkan ayyana hanya diam mendengarkan obrolan mereka, sesekali fandy meminta kepastian dari ayyana dan hanya dijawab anggukan pelan oleh ayyana. Hingga mereka pun sampai pada persetujuan untuk kerja sama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments