"Sebenarnya kamu itu kenapa? Kenapa selalu menghindari saya?" Pertanyaan fandy yang langsung membuat ayyana menunduk, ia memang pengecut, seharusnya ia menanyakan langsung pada fandy bukan menghindari pria itu.
"Kamu yang kenapa? Kenapa selalu ngikuti saya terus padahal sudah punya pacar. Jangan suka mainin perasaan orang lain" ujar ayyana dengan nada marah, ia seakan mengeluarkan semua kekesalannya pada fandy.
"Pacar?" Kening Fandy berkerut karna tak mengerti ucapan ayyana.
"Niken, dia pacar kamu kan?" Serga ayyana lagi, ia lebih memilih melanjutkan langkahnya kembali. Namun belum selangkah ia menjauh dari fandy pria itu sudah menahan tangan ayyana hingga ayyana membalikan badannya berhadapan dengan fandy.
"Kamu cemburu?" Goda fandy, wajah mereka saling bertemu, kedua tangan fandy memegangi tubuh ayyana hingga gadis itu tak bisa berpaling darinya.
"Cemburu? Siapa yang cemburu?" Elak ayyana. Ia berusaha melepaskan tangan fandy pada kedua lengannya. "Saya nggak suka cara kamu, dan mulai sekarang menjauhlah dari saya" pinta ayyana dengan nada marah.
"Jangan menghindar kalo kamu mau tau yang sebenarnya" ujar fandy tegas, saat gadis itu terus meronta dan menatapnya dengan marah. "Dia teman kuliah saya, hanya itu" lanjut fandy, ia menatap mata indah ayyana berharap ia percaya padanya.
"Dia benar, masa depanmu masih panjang, dan saya justru akan menghambat itu semua" ucap ayyana menahan tangisnya.
"Apa hanya karna kamu lahir lebih dulu itu artinya kamu tidak punya masa depan? Huh?" Suara fandy melembut, ia tak bisa melihat gadis didepannya menangis kembali karnanya. "Berhenti mendengarkan orang orang yang justru membuatmu terpuruk. Yakinkan diri bahwa kamu pantas berada dimanapun" imbuh fandy. Ia membawa tubuh ayyana kedalam dekapannya.
Mendapat perlakukan hangat dari fandy, membuat air mata ayyana justru mengalir deras, ia bersembunyi didada bidang fandy untuk menutupi wajahnya yang tengah menangis.
"Kenapa kamu mencintai wanita seperti saya?" Terdengar suara serak ayyana dari balik dada fandy.
"Ceritanya panjang, yang jelas saya benar benar mencintaimu" jujur fandy sambil menepuk nepuk punggung ayyana seakan tengah memberinya semangat.
"Usia kita berbeda" ujar ayyana melepaskan pelukannya, ia menatap wajah pria didepannya itu.
"Kenapa memangnya? Hanya 2 tahun" jawab fandy santai. "Bahkan jika beda 10 tahun sekalipun, saya nggak perduli" imbuhnya sambil tersenyum simpul.
"Ooh.. kamu memang suka tante tante" senyum ayyana terlihat walau tak terlalu kentara.
"Kalo tantenya ini yaa nggak masalah" balas fandy sambil mengacak rambut ayyana.
"Siapa niken?" Ayyana akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.
Fandy tersenyum sejenak kemudian duduk disebuah batu besar yang berada diujung lorong kosan ayyana.
"Duduk" ucap fandy mempersilahkan ayyana untuk duduk didekatnya.
"Nggak muat, batunya kecil"
"Pangku?" Goda fandy yang langsung membuat ayyana mengerutkan alis. "Muat, sini" paksa fandy dan ayyana pun menurut. "Kami pernah satu kelompok saat ospek, dan kami juga satu jurusan. Kami memang pernah dekat sebelum dia berbohong tentang kecelakaan yang menimpanya. Dia juga mengatakan pada semua temen temen kalo kami pacaran. Padahal saat itu saya menganggapnya teman, saya baik sama dia karna dia baik sama saya, bukan ada maksud lain termasuk perasaan" cerita fandy.
Ayyana menyimak dengan seksama cerita fandy, tangannya ia gunakan untuk menopang kepalanya. "Kamu sudah bertemu dia?" Tanya fandy.
Ayyana mengangguk pasti, ia teringat kejadian sore tadi di cafe.
"Dia marah sama saya, dia nuduh saya ngrebut kamu dari dia" jujur ayyana.
"Lain kali tanyakan dulu kebenarannya, jangan langsung menghindar" sindir fandy yang mengacak rambut ayyana karna gemas.
"Saya memang sedang memikirkan hubungan kita, saya rasa dunia dan latar belakang kita berbeda, rasanya sulit untuk bersama. Saya nggak mau diusiamu yang masih mudah harus bersikap dewasa hanya demi mengimbangi saya"
"Sikap penakutmu itu yang perlu dikurangi" balas fandy santai. "Orang akan kesulitan mencari pasangan jika mereka mencari yang sepadan. Yang saya tau, hidup itu berproses, seseorang juga harus lebih dewasa ketika usianya bertambah, termasuk saya"
"Tapi.... "
"Kamu masih ragu dengan saya?" Potong fandy sebelum ayyana melanjutkan kalimatnya.
"Kamu laki laki tampan, banyak wanita yang mengantri untukmu, kamu juga berbakat dalam bisnis. Sedangkan saya bukan siapa siapa"
"Jika boleh memilih, saya lebih suka bersamamu"
"Andai usia kita sama mungkin saya bisa mempertimbangkannya" keluh ayyana sambil menundukkan kepalanya.
Dengan perlahan fandy mengangkat dagu ayyana dengan tangan kanannya, diusapnya lembut bibir ayyana.
"Orang orang tidak akan pernah tau kita berbeda usia selama kita diam" ucap fandy halus kemudian mencium bibir ayyana.
Mata ayyana membulat terkejut karna perlakuan fandy. Ia bisa melihat kedua mata fandy tertutup seakan tengah menikmati percumbuan tersebut.
"Jika kamu mau, kita bisa menikah secepatnya" ujar fandy lirih namun masih bisa didengar, mengingat bibir mereka hanya berjarak sepersekian inci.
Fandy kembali mendaratkan bibirnya pada bibir ayyana, tangan kirinya pasti membawa tubuh ayyana untuk semakin mendekat padanya, sedangkan tangan kanannya berada dileher ayyana, ditekuknya leher ayyana perlahan untuk memperdalam cumbuan mereka.
Ayyana mulai menikmati aktivitas bibir fandy pada bibirnya, ia meremas kemeja fandy untuk melampiaskan kenikmatan yang bibirnya rasakan.
Malam itu, hawa dingin yang seharusnya terasa seakan tak mengenai tubuh keduanya, mereka masih menikmati setiap detik yang mereka punya untuk melampiaskan perasaan mereka.
Rindu tau kapan ia akan bermuara
Dari jeritan akal dan logika
Ia terus menemani hingga benar benar datang..
Walau guyuran hujan tak henti mendera
Deru angin yang seolah enggan menjauh
Dia benar benar datang..
Rindu yang memang harus dimiliki ...
Untuk dijaga hingga nanti..
~ Ayyana Putri Fajar ~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments