bab 10 Kamu Lagi

"baru kelihatan, darimana aja loe?" Suara dika saat ayyana memasuki sanggar yang sudah sepi.

"Ada urusan" jawab ayyana malas kemudian mengambil perlengkapan anggarnya.

"Biar gue tebak, pasti urusan perjodohan" ujar dika dengan senyum menyeringai.

"Brisik loe" kesal ayyana sambil mengacungkan pedangnya kearah dika.

Mereka pun memulai pertarungan itu, tak ada jeda yang mereka berikan. Hingga deru nafas mereka mulai terdengar jelas dari balik baju pelindung mereka masing masing.

"Siapa pria itu?" Tanya dika saat mereka mengakhiri pertarungan tersebut. Dika merapikan rambut depannya yang berantakan karna pelindung kepala yang ia kenakan.

"Siapa?" Tanya ayyana balik, ia tak mengerti siapa yang dimaksud dika.

"Pria di toko buku" jawab dika singkat, ia mengusap keringat yang memenuhi wajah putihnya.

"Toko buku?" Gumam ayyana, ia mencoba menemukan memorinya tentang pria yang dimaksud dika. "Ohh.. fandy?" Ujar ayyana saat berhasil menemukan memorinya tersebut. "Loe lihat gue?" Tanya ayyana balik menatap pria tinggi didepannya.

"Lihat, sekilas" jawab dika cuek.

"Ko nggak manggil" ujar ayyana serius.

"Loe lagi sama pacar masa gue ganggu" sergah dika kemudian memilih beranjak dari tempatnya.

"Pacar dari arab. Bukan lah" jawab ayyana cepat.

"Owh" suara dika lirih namun masih bisa terdengar ayyana. Wajahnya pun menyunggingkan senyuman walau sebentar.

"Kamar yang loe tawarin kemarin masih berlaku kan?" Tanya ayyana mengalihkan pembicaraan.

"Masih? Kenapa? Loe mau nginep disini?"

"Kalo boleh"

"Boleh lah, kenapa? Loe diusir dari kosan?"

"Sialan, nggak lah. Gue cuma mau istirahat sebentar doang" jawab ayyana bohong. Ia tak mungkin menceritakan masalahnya pada dika, apalagi pria itu sudah punya masalah tersendiri yang harus dia hadapi. Ayyana hanya butuh menenangkan fikirannya sejenak bukan untuk kabar dari masalah perasaanya itu.

"Tau kan tempatnya? Apa mau gue anter?" Tawar dika menyenggol bahu ayyana agar dia tersadar dari lamunannya.

"Gue bisa sendiri" ujar ayyana kemudian beranjak meninggalkan dika.

Setelah membersihkan badan, ayyana segera merebahkan tubuhnya disebuah ranjang kecil yang hanya muat satu orang, segara saja ia memejamkan matanya yang sebenarnya tak mengantuk, ia hanya kebingungan dengan dirinya. Entah apa yang membuat perasaanya naik turun seperti roller coaster, tiba tiba saja ia bahagia namun bisa seketika berubah resah.

Dipijatnya pelan pelipis ayyana dengan kedua tangan. Memorinya berputar tentang hal hal yang sudah terjadi dalam hidupnya. Helaan nafas berat terdengar beberapa kali dari bibir indah ayyana, seakan tengah menghilangkan rasa sesak dalam dirinya itu.

Deru ponsel berdering nyaring memanggil si punya, ayyana menatap sekilas nomor yang tertera pada layar ponselnya. Ia tau siapa si penelfon, namun ia enggan mengangkat panggilan tersebut karna berbagai alasan. Hingga akhirnya panggilan itu pun berhenti dengan sendirinya.

Ponselnya kembali berdering namun hanya menandakan sebuah pesan yang masuk.

0812 7543 xxxx

Mba, bisa bicara sebentar?

Ayyana tak bergeming, ia hanya menatap hambar barisan huruf yang dikirim fandy padanya. Ia pun meletakan kembali ponselnya dan berusaha menutup matanya untuk istirahat.

Paginya, ia segera mengarahkan mobilnya menuju kantor, ia sudah berpamitan pada dika lewat pesan karna ayyana tau dika masih tertidur.

Dika akan tidur jika sinar matahari mulai terasa, dan akan bangun jika sang surya sudah meninggi diatas kepala.

Ayyana

Terima kasih tumpangannya, gue pergi dulu.

Suasana kantor heboh dengan kabar ayyana dan fandy yang mulai akrab, mereka tak mengira seorang ayyana yang cuek mampu takluk pada pesona fandy.

Mungkin kebanyakan wanita dikantor itu merasa iri dengan perhatian fandy pada ayyana yang terkesan romantis, mereka juga merasa cemburu karna mereka berharap merekalah yang bisa mendapatkan fandy.

"Kok tumben berangkat sendiri" suara ririn dari belakang ayyana yang hendak membuka lift.

"Daru dulu juga sendiri" jawab ayyana santai. Ia tak tahu maksud ririn sebenarnya.

"Kemarin kan lengket banget kaya perangko, mana tuh si doi" ucap ririn lagi dengan nada yang sulit dijelaskan. "Gue kan temen loe kan? Kok loe nggak cerita sih ke gue, gue bakal dukung loe kok apapun keputusan loe" tambah ririn menatap ayyana serius. Ia tak habis pikir dengan ayyana yang menyembunyikan hubungannya dengan seorang pria.

"Sakit loe ya?" Ujar ayyana kebingungan dengan kalimat ririn,

"Huh?"

"Udahlah nggak usah bahas yang nggak jelas, ada rapat jam berapa?" Tanya ayyana santai. Ia mulai melangkah saat pintu lift kembali terbuka.

"Hah?" Ririn kebingungan dengan respon temannya itu, ia pun berusaha mengejar ayyana yang mulai menjauh. "Loe nggak tau kalo satu kantor nggosipin loe?" Tanya ririn akhirnya.

"Gosip?" Ujar ayyana santai ia mengambil posisi duduk dimeja kerjanya.

"Loe sama fandy ada hubungan?" Tembak ririn tanpa basa basi, ia sudah tak tahan dengan sikap ayyana yang cuek. "Loe pacaran kan sama fandy?" Tambah ririn saat ayyana hanya diam dengan kening yang berkerut.

"Nggak" jawab ayyana pasti.

"Serius loe?" Desak ririn tak percaya.

"Ngapain gue boong?" Tanya ayyana balik.

"Ya siapa tau loe berdua lagi backstreet" ujar ririn lagi.

"Kalo gue mau nikah ya nikah aja, nggak perlu backstreet segala" jawab ayyana tegas. "Kalo nggak ada yang perlu dibahas silakan kembali ke tempat loe sendiri, ini udah masuk jam kerja" lanjut ayyana mulai tak nyaman dengan pertanyaan pertanyaan ririn. Ia sedang tak ingin membahas apapun tentang fandy.

"Permisi, maaf" suara seorang pria dari balik pintu ruangan ayyana.

"Apa?" Sahut ayyana lesu, ia tengah menghindari masalah kecil namun sumber masalahnya justru mendekat padanya dengan mudahnya.

"Saya tadi kerumah mau jemput tapi kata tante semalam nggak pulang?" kata fandy yang langsung membuat ririn menatap fandy sempurna.

"Ada urusan" balas ayyana singkat ia tak ingin menambah gosip yang tengah beredar kencang dilingkungan kantor.

"Semalam saya telfon, nggak diangkat?" Tanya fandy lagi.

"Lagi sibuk latihan" suara ayyana dengan senyum paksa.

"Tapi WhatsApp saya dibaca" sindir fandy yang membuat ayyana tersenyum getir.

"Ooh.. mungkin kepencet" ujar ayyana asal. Ia benar benar mati kutu dengan semua kalimat fandy yang terarah padanya.

"Tunggu.. tunggu.. tunggu.. sebenarnya apa yang terjadi diantara kalian, kalian beneran pacaran?" Selidik ririn yang sedari tadi memperhatikan pembicaraan ayyana dan fandy.

"Nggak" jawab fandy dan ayyana bersamaan.

"Trus? Apa ini?" Tanya ririn lagi, ia benar benar kebingungan dengan kondisi yang dihadapinya sekarang.

"Apanya?" Koor kembali terdengar dari ayyana dan fandy yang menatap ririn bersamaan.

"Kalian?" Tegas ririn gemas.

"Apaan sih loe nggak jelas banget" ujar ayyana yang mulai jengah. "Gue mau ke toilet" lanjut ayyana kemudian meninggalkan ririn dan fandy dengan fikiran mereka masing masing.

"Saya perlu bicara sebentar bisa? Tentang toko buku Chandra yang kemarin kita datengi" suara fandy yang langsung membuat langkah ayyana berhenti.

"Iya" jawab ayyana sebelum kembali melangkah menuju toilet.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!