bab 4 Tarung

Waktu menunjukan lewat tengah malam, namun mobil ayyana justru melaju pesat menyusuri jalanan yang masih terasa ramai. Setelah selesai pemotretan dengan diana dan fandy, ayyana memutuskan mengunjungi salah satu tempat favoritnya.

Mobil ayyana terparkir sempurna saat memasuki sebuah bangunan yang terbuat dari kaca, hingga ia bisa melihat dengan jelas aktivitas yang terjadi didalamnya.

Seorang pria tinggi melambaikan tangannya saat menyadari keberadaan ayyana diluar ruangan tersebut.

"Biar gue tebak, pasti loe ada masalah" suara serak pria itu menyapa ayyana. Ia tersenyum kecil saat wanita yang diajak bicara hanya diam menjelaskan bahwa dugaannya tak meleset.

Ayyana mengenakan perlengkapan anggarnya, kemudian mengacungkan pedangnya kearah pria tersebut.

"Pake dulu helmnya" perintah pria itu pada ayyana.

"Hari ini ada hampir 10 orang yang berusaha nyuruh gue untuk married" suara ayyana sebelum mengenakan pengaman kepalanya

"Dan loe marah karnanya" tanya si pria yang sudah mulai mengayunkan pedangnya.

"Marah si nggak, hanya lama lama jengah" jawab ayyana membalas serangan dari si pria.

Mereka masih saling melempar dan menghindari serangan lawan, tak ada tanda tanda permainan itu akan berakhir walau sudah berlangsung hampir satu jam lamanya, hingga pedang ayyana pun terjatuh karna kelelahan yang menghinggapinya.

"Apa yang akan loe lakukan sekarang?" Tanya si pria terengah engah sambil membuka pelindung kepalanya.

Ayyana tersenyum kecut mendengar pertanyaan pria itu, ia tak pernah punya rencana untuk hidupnya.

"Aneh memang, gue punya berbagai rencana untuk kerjaan gue, tapi untuk hidup gue sendiri gue nggak pernah memikirkannya" jujur ayyana yang sudah memilih duduk disudut ruangan besar tersebut.

"Kenapa tiba tiba loe jadi suka dengerin omongan orang?" Ucap si pria kemudian mengikuti ayyana untuk duduk. Ia sempat mengambil dua botol air mineral yang tersedia.

Ayyana menenggak minuman itu hingga hanya tersisa sedikit, tenaganya benar benar terkuras karna pertarungannya dengan pria tersebut.

"Entahlah, gue juga bingung" jawab ayyana, pandangannya menerawang jauh seakan tengah mencari jawaban atas pertanyaan si pria. " Bagaimana dengan ibu loe, gue denger dia mau nikah lagi" ucap ayyana mengalihkan pembicaraan.

Pria tersebut tersendak karna kanget mendengar pertanyaan ayyana.

"Brengsek" ujar si pria sambil mengelap wajah bawahnya yang basah terkena tumpahan air. "Kata siapa?"

"Ibu loe artis, nggak sulit tau kabar ibu loe" jelas ayyana enteng.

"Paling sensasi untuk naikin reting filmnya" jawab si pria santai. "Gue ngrasa semakin kesini gue semakin muak dengan kehidupan gue, entah itu bapak gue, kehidupan gue bahkan ibu gue" terdengar tarikan nafas kesal dari bibir si pria. "Loe bayangin aja, hidup ibu gue penuh dengan sandiwara, dan itu yang ngebuat gue muak. Gue bahkan nggak pernah tau mana ucapan ibu gue yang benar benar bisa gue percaya" jujur si pria. Terlihat wajah frustasi pada dirinya.

"Lalu apa rencana loe?" Tanya ayyana balik. Mata mereka bertemu beberapa saat hingga si pria menunduk karna tak memiliki jawaban atas pertanyaan yang sempat ia lontarkan pada wanita disampingnya itu.

Senyum kecut terlihat jelas sebelum bibirnya kembali bersuara.

" Ternyata gue lebih parah dari loe, gua bahkan nggak punya rencana apapun dalam hidup gue" jawab si pria sambil mengangkat kedua bahunya untuk menyakinkan ayyana atas jawabannya.

Keduanya terhanyut dalam keheningan, tak ada satupun yang bersuara kecuali jarum jam yang berdetak.

"Bagaimana dengan pernikahan?" Tanya ayyana lagi, ia kembali menatap mata biru milik pria tinggi dengan kulit putih yang duduk tertunduk.

"Kenapa? Loe mau ngajakin gue nikah sama loe?" Ujar si pria membalikan pertanyaan ayyana.

Ayyana tersenyum mendengar kalimat si pria. "Mungkin, kalo gue udah kedesak" ucap ayyana sambil tertawa puas.

"Bangsat" pekik si pria kemudian ikut tertawa. "Loe nggak pulang lagi malam ini?" Tanya si pria saat tawa mereka mereda.

"Kalo gue nggak mau nambah daftar orang orang yang maksa gue buat nikah, ya gue nggak pulang" ujar ayyana santai.

"Hmm... Dasar jomblo" ledek si pria dengan senyum kemenangan.

"Ya elah, maling teriak maling" balas ayyana kemudian beranjak dari duduknya, ia menghambur keruang ganti tanpa menunggu si pria kembali bersuara. "Bang, gue pergi dulu, makasih untuk malam ini" ujar ayyana saat ia selesai mengganti pakaiannya.

"Loe nggak mau tidur sini? Tuh disebelah ruang ganti ada kamar lagi" tawar si pria.

"Nggak usah, belum tentu gue mau tidur, gue pergi dulu bang" ucap ayyana.

Dika dan ayyana bertemu saat sekolah dulu, mereka pernah satu bangku saat ujian kenaikan kelas, saat itu ayyana baru kelas satu dan dika kelas dua.

Satu minggu bertemu membuat mereka saling kenal, tak sengaja mereka kembali bertemu saat sekolah membuka ekskul anggar untuk pertama kali, dan mereka berdualah anggota satu satunya ekskul tersebut.

Ada alasan dibalik pemilihan olahraga anggar bagi mereka, ayyana yang memang menyukai bela diri tak mungkin melewatkan salah satu cabang dari bela diri tersebut. Sedangkan dika, ia awalnya memilih anggar karna tak ada seorang pun yang memilih ekskul tersebut, ia tak ingin mengikuti suatu kegiatan yang memiliki banyak anggota.

Sifat dika yang pendiam dan dingin membuatnya hanya memiliki beberapa teman. Ia tak suka kehidupannya diketahui banyak orang, bahkan tak ada satupun yang tau jika dika adalah anak dari seorang artis. Mereka hanya tau dika sebatang kara yang hidup dengan kakek neneknya. Bahkan tentang ayahnya yang seorang WNA pun tak ada yang tau, walaupun banyak yang bertanya tanya tentang mata biru yang dimiliki dika.

Dika tak pernah mengeluarkan kalimat apapun untuk mengklarifikasikan semua kabar yang mengarah padanya, ia justru seakan menjauh dari keramaian dan membiarkan semuanya berasumsi bebas tentang dirinya.

Entah apa yang difikirkan dika, semua orang seakan tak ada yang memahaminya.  Hanya beberapa orang yang dika kenal setelah kepergian kakek dan neneknya. Salah satunya ayyana dan riki teman kuliah yang kemudian mengajaknya untuk membangun sebuah sanggar untuk berlatih anggar.

Riki tak tau banyak tentang latar belakang teman baiknya itu, dan ia pun tak ingin mengorek apapun informasi yang tidak ingin dika bagi padanya, karna ia ingin menghormati privasi dika.

Hal tersebut tak membuat pertemanan diantara mereka retak justru mereka saling menghargai masing masing, sedikit sedikit dika menceritakan kehidupannya walaupun secara tidak langsung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!