Fandy mengantarkan ayyana sampai depan rumah, dia bahkan sempat ngobrol dengan ibu dan bi nani sebelum pergi. Sedangkan ayyana hanya diam seribu bahasa, ia hanya mengangguk atau menggeleng jika diperlukan, selebihnya ia tak ayal seperti patung yang terpajang hanya untuk menarik pemandangan orang orang.
"Owh jadi temen kantor?" Suara ibu dengan wajah sumringah.
"Iya tan, baru malah" jawab fandy halus. Ia tak lupa membubuhkan senyum khasnya. Dan ayyana akui bahwa senyuman fandy adalah salah satu daya tarik pria itu. Ia bisa memikat siapa saja dengan senyumannya itu.
"Rumah aden dimana emang?" Giliran bi nani yang bersuara, sejak awal pembicaraan mereka ia hanya diam menyimak walau sesekali ia masih bersuara untuk mengiyakan sesuatu.
"Lumayan deket ko bi, di jalan pangeran Diponegoro" ujar fandy, ayyana menyeringai mendengarkan percakapan tersebut. Dalam hatinya terus bergumam tentang perasaanya yang mulai bosan.
"Bentar lagi nanya ukuran sepatu" gumam ayyana dalam hati. Ia benar benar jengah dengan kondisinya tersebut namun tak banyak yang bisa ia lakukan.
"Waah.. berarti bisa berangkat bareng terus dong" sambung ibu sambil melirik ayyana yang duduk termenung disampingnya.
"Lebih parah" gumam ayyana lagi. Bibirnya memang tak bergerak sedikitpun namun hatinya terus membatin sendiri.
"Bisa" ucap fandy tanpa pikir panjang, tak lupa ia menatap ayyana dan menyuguhkan senyuman pada gadis didepannya itu. Senyuman yang mampu membuat seseorang salah paham padanya, apalagi sikap fandy yang sopan dan lembut memperlakukan semua orang khususnya wanita membuat lawan bicaranya akan menganggap fandy punya perasaan khusus pada mereka.
"Ehmm.. udah sore, aku mandi dulu" ucap ayyana berusaha menyudahi pembicaraan yang dikhawatirkan akan kebablasan.
"Em.. kalo begitu saya pamit dulu tan, bi" pamit fandy sopan sambil membereskan tasnya.
"Mau hujan, nginep disini aja, dikamar tamu" suara ibu yang sudah berubah nada suara, ia seakan kecewa atas keputusan fandy tersebut.
"Mah.. lagi nggak ada bang arga, nanti nggak enak sama tetangga, lagian dia pake mobil nggak mungkin kehujanan" ucap ayyana menatap ibunya dengan serius.
"Nggak apa apa tan, lain kali aja nginepnya" sambung fandy halus ia pun meraih tangan ibu seakan menyakinkan atas ucapannya itu.
"Janji yah" tegas ibu penuh harap.
"Insya Allah" jawab fandy pasti kemudian berpamitan pada kedua wanita paruh baya tersebut, tak lupa ia pun berpamitan dengan ayyana walau hanya dibalas dengan anggukan pelan.
Tak ada percakapan lagi setelah kepergian fandy karna ayyana yang lebih memilih mandi dan bersiap pergi kembali.
"Mau kemana nduk kok udah rapi?" Tanya ibu saat memasuki kamar putri semata wayangnya.
"Mau ke studio foto" jawab ayyana kemudian mencium tangan ibunya sambil berpamitan.
"Nanti pulangnya jam berapa?" Tanya ibu dengan wajah murung.
"Tergantung selesainya jam berapa" jawab ayyana, "mamah nggak usah nungguin aku pulang, nanti aku bawa kunci serep" lanjut ayyana saat ibunya hanya menunduk seakan sedih dengan kepergian ayyana.
Sesampainya di studio foto, ayyana langsung disambut senyum lebar dari wajah diana, ia bahkan menghentikan obrolannya bersama bersama nita.
"Kirain nggak kesini lagi" suara diana menyambut kedatangan ayyana. Ia segera duduk disebelah ayyana. "Aku denger fandy kerja sama kamu?" Lanjut gadis cantik dengan dua lesung pipi itu. Matanya membulat sempurna menanti jawaban dari ayyana.
"Hmm..." Gumam ayyana yang masih bisa didengar oleh diana. Ia pikir ia sudah terlepas tentang fandy sejak pria itu pulang sore tadi. Nyatanya keputusannya pergi ke studio membuatnya kembali terjebak semua hal tentang fandy.
"Iya?" Suara diana excited. "Banyak cewek cewek yang godain dia nggak?" Lanjut gadis yang rajin mewarnai rambutnya dengan berbagai warna. "Aku titip dia yah, jagain biar ga digodain sana cewek cewek disana" pinta diana dengan wajah memohon.
"Dia udah besar di, dia bisa jaga dirinya sendiri" ucap ayyana setelah menghela nafas beratnya mendengar pertanyaan pertanyaan diana padanya.
"Aku tau ayy, masalahnya, fandy tuh sering buat cewek cewek baper, mereka ngira fandy suka sama mereka tapi mereka salah, karna itulah sikap fandy" jelas diana lebih mendekatkan duduknya pada ayyana. "Kamu tau nggak ayy, pernah ada cewek yang sampe mau bunuh diri gara gara fandy bilang mereka cuma temenan, dan aku takut itu akan terjadi lagi" cerita diana. "Fandy tuh orangnya baik banget, suka nggak tegaan, tapi merekanya yang nggak tau diri" ucap diana dengan nada berubah kesal.
Ayyana menatap tak percaya pada gadis disampingnya tersebut, ia mulai menyesali keputusannya untuk datang ke studio, ia pikir ia ingin menghindari pertanyaan ibu dan bi nani tentang fandy setelah kepulangan fandy, tapi nyatanya ia memang tak bisa melepaskan begitu saja masalah tersebut.
Dengan lelah ia memijit keningnya pelan, ia teringat keputusannya saat kembali kerumah. Ia akan menghadapi masalah apapun, ia tak ingin kembali menjadi pengecut dan pecundang.
"Kenapa nggak ngomong langsung sama orangnya?" Suara ayyana berusaha menahan emosinya.
"Udah sering, tapi dia bilang dia nggak pernah merasa melakukan kesalahan, jadi nggak perlu ada yang diperbaiki" jelas diana sambil menirukan gaya bicara fandy.
"Ya udah, biarkan dia selesaikan sendiri, lagian kan dia cowok, masa mau sembunyi ditubuh cewek" sanggah ayyana.
"Ya seenggaknya aku minta tolong awasi dia, itu aja"
"Iya" jawab ayyana akhirnya, ia sedang tak ingin debat dengan siapa pun termasuk diana, apalagi menyangkut fandy.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments