bab 6 Melepas Rindu

Hampir seharian ayyana menemani ibunya, walau ia jarang bersuara saat bersama ibunya, ia bukan tak suka bersama ibu kandungnya, ia hanya takut salah bicara yang akan membuat hati ibunya terluka termasuk dirinya.

Sejak ayyana memutuskan tinggal sendiri disebuah kos kosan, ia jarang mengunjungi rumah orang tuanya, ia hanya mampir jika ada sesuatu yang diperlukan.

Ibu ayyana tak pernah tau jika ayyana tinggal disebuah kos kosan, ia hanya tau ayyana memang sibuk, ia sering melihat ayyana tertidur di studio foto miliknya saat tak sengaja mengunjungi ayyana bersama arga.

"Nduk, dari pada tidur di studio, kenapa kamu nggak pulang aja?" Suara ibu yang menembus gemuru hujan di teras belakang.

Ayyana melirik ibunya sekilas, kemudian fokus kembali pada pepohonan yang basah karna air hujan. Ia bimbang menjawab pertanyaan ibunya. Bahkan ia menyewa kos kosan pun jarang ia tempati, sebagain besar waktunya ia habiskan untuk bekerja dan sisanya berlatih anggar kesukaannya.

Ia hanya tidur saat mendekati subuh, dan terbangun saat subuh untuk segera bersiap melanjutkan aktivitasnya.

"Akuu... Pulang malem mah, akuu.. takut ganggu mamah istirahat" suara ayyana terdengar serak, ia berusaha mengendalikan perasaanya yang mulai berkecamuk, dalam hatinya ia sangat bersalah pada wanita paruh baya tersebut, betapa egoisnya dia yang hanya ingin melarikan diri dari masalahnya namun melupakan orang orang yang menyayanginya.

"Nggak apa apa, mamah bener bener seneng kalo kamu mau pulang" ibu mulai merubah posisi duduknya untuk menghadap putri semata wayangnya. "Atau kalo nggak kamu bawa kunci cadangan biar kamu bisa masuk tapi nunggu mamah atau bi nani buka pintu" lanjutnya dengan antusias.

Ayyana terdiam menatap mata teduh ibunya, terlihat jelas wajah penuh harap dari wanita yang duduk disampingnya.

"Iya" jawab ayyana akhirnya, mungkin sudah saatnya ia menghadapi masalahnya bukan lari seperti pengecut dengan tanpa memperdulikan orang orang disekitarnya yang menyayanginya.

Terlihat senyum bahagia di wajah ibu, wanita paruh baya itu tampak lebih berseri walau lelah tergambar jelas pada wajahnya.

"Sudah malam, sebaiknya mamah istirahat"  ujar ayyana pelan.

"Kamu mau pergi ke studio lagi?" Tanya ibu yang berubah panik, ia takut putrinya itu akan pergi lagi.

"Nggak, aku juga mau istirahat" jawab ayyana pasti, ia berusaha menyakinkan ibunya jika ia tak akan meninggalkannya kembali.

" Iya" seru ibu girang, ia sempat mencium pucuk kepala ayyana sebelum beranjak dari duduknya. "Selamat malam nduk" ujar ibu sebelum benar benar masuk ke dalam kamar.

"Selamat malam" ucap ayyana lirih, bahkan tak seorang pun dapat mendengarnya termasuk nyamuk sekalipun.

Ayyana beranjak dari duduknya dan melangkah menuju kamar yang dulu ia tempati, semuanya tak banyak yang berubah. Kamar dengan luas 4 x 4,5 meter tersebut masih sama seperti saat ia tinggalkan, hanya sprei yang berubah.

Dibukanya gorden jendela disudut kamar, senyumnya hadir saat mendapati tulisan pada kayu jendela tersebut.

Banyak harapan yang ia tulis di setiap sudut jendela, termasuk mendirikan studio yang benar benar ia wujudkan. Seketika senyumnya memudar mendapati tulisan yang beritinta merah, berbeda dengan tulisan yang lainnya.

"Princes ayyana dan Prince....."

Ia tak mengingat pasti kejadian kenapa ia menulis kalimat tersebut, namun saat itu sebelum ia mengenal guru sejarah kesukaannya. Guru yang membuatnya jatuh hati untuk pertama kalinya.

"Bahkan ini masalahku sejak kecil" gumam ayyana. Ia pun beralih pada meja belajar yang terletak disamping jendela, berbagai buku masih tersusun rapi diatas meja belajar. Jemarinya tertarik pada buku tebal bersampul coklat, ia pun mengambilnya kemudian membawanya keatas tempat tidur.

Ia mulai membuka buku tersebut setelah menyelimuti tubuhnya yang menggigil karna kedinginan.

Buku tersebut adalah buku diarynya sejak duduk di bangku SD kelas 4. Saat itu kakak laki lakinya memberikan buku tersebut sebagai kado ulang tahunnya, dia bahkan menabung untuk membelikan adik satu satunya itu buku yang ia impikan, buku dengan motif pada setiap lembar kertasnya.

Memori ayyana berputar pada masa belasan tahun yang lalu setiap membaca setiap tulisan yang tertera di setiap halaman.

Tulisan tulisan itu berakhir saat ia mulai jatuh hati pada seorang guru disekolahnya dulu, bahkan halaman berikutnya hilang tersobek.

Ia mengingat kejadian saat itu, masa dimana ia merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya namun harus merasakan patah hati diwaktu bersamaan. Betapa bahagianya ayyana setiap hari saat bertemu dengannya disekolah, namun malamnya ia menyadari bahwa pria itu sudah milik orang lain.

Ayyana benar benar frustasi saat itu, ia bahkan sempat bolos pelajaran guru tersebut untuk menghindarinya. Tak ada seorang pun yang tau karna ia menutupnya rapat rapat. Ia bahkan sempat meminta pindah sekolah saat itu, namun ditolak oleh ayahnya karna ayyana tak memiliki alasan yang jelas atas permintaannya itu.

Tiga tahun waktu yang berat bagi ayyana, ia harus mendamaikan hatinya selama ia berada ditempat yang sama dengan guru tersebut Hingga hari kelulusannya tiba.

Sebuah notice membuyarkan angan ayyana, ia mengambil ponselnya dan menatapnya sekilas.

Ririn:

Sudah gue kirim cv karyawan baru ke email loe, nanti jangan lupa dicek.

Ayyana menghela nafasnya beberapa kali, ia merasa tak memiliki semangat untuk melakukan apapun, semuanya terasa hambar dan membosankan.

Ponsel itu pun ia letakan tanpa membalas pesan dari ririn. Ia pun meletakan buku tersebut kemudian memilih posisi untuk tidur.

Tak terasa air matanya mengalir tiba tiba, bahkan ia pun terkejut karnanya. Diusapnya perlahan bulir halus tersebut.

"Semenyedihkan inikah hidupku" gumamnya. Matanya enggan terpejam walau ia sudah memadamkan lampu kamarnya. Ia masih menatap tajam sinar yang datang dari balik jendela. Seakan menanti sesuatu dari sana.

Suara notice kembali terdengar, awalnya ia enggan melihatnya, namun entah apa yang terjadi dengan tangannya hingga ia memilih untuk mengambilnya dan melihat siapa yang kembali mengirimkan pesan.

Diana:

Pilih beberapa model yang kamu suka.

Beberapa gambar baju  mengalihkan pesan dari diana, ayyana tak memperlihatkan dengan jelas, namun ia tau itu adalah baku pengantin.

Tanpa membalasnya kembali, ayyana meletakan ponselnya kembali. Tak ada selera untuk membahas pekerjaan atau apapun saat itu. Ia benar benar ingin menyendiri dan menenangkan fikirannya.

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

JIAHHH,, CMA GARA2 CINTA TK KSAMPAIAN KE GURU, JDI SSH MO, KYK GK ADA LAKI2 LAIN SJA..

2023-05-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!