Mentari pagi hadir berselimut dingin, hujan yang turun semalam menyisakan embun pada dedaunan, udara sejuk pun begitu terasa hingga ketulang.
Ayyyana mengerjapkan matanya beberapa kali, hampir semalaman ia tak tidur hanya karna memikirkan siapa pria yang ia sukai.
Perasaannya bimbang saat dika datang dengan membawa perasaanya yang tak pernah diketahui siapapun. Perasaan yang bisa membuat ayyana tersanjung karna ia tahu, ialah cinta pertama dika.
Ayyana melangkah dengan goyah, diambilnya handuk dan beberapa pakaian untuk dibawa kekamar mandi. Sudah beberapa menit ayyana membiarkan tubuhnya diguyur shower. Ia masih terdiam dengan berbagai perasaan yang berkecamuk dalam dirinya.
"Kenapa harus datang bersamaan?" Gumam ayyana lirih.
Ia tak habis fikir kenapa dika datang setelah fandy datang, kemana dia sebelum itu, padahal dia tau permasalahan ayyana sejak awal.
Jika saat itu dika mengungkapkannya lebih dulu, mungkin akan mudah bagi mereka bertiga, tak ada yang tersakiti salah satu dari mereka ataupun menyakiti.
Ayyana bukanlah tipe orang yang terlalu mendewakan perasaan, ia akan berusaha menyukai siapapun yang mau berhubungan serius dengannya.
Namun ia juga tak menampik perubahan besar yang positif pada dirinya karna kedekatannya bersama fandy. Pria itu dengan mudah masuk ke kehidupan ayyana yang gersang kemudian membiarkan warna warni hidup itu hadir dalam diri ayyana.
Ia tak tau benar seperti apa perasaanya pada fandy saat ini. Ia juga tak bisa menilai secepat itu jika ia menyukai pria yang berbeda usia dengannya.
"Dia masih terlalu muda" Ujar ayyana dalam guyuran shower, nada suaranya melemah seakan tak memiliki harapan atas itu.
Ayyana tersenyum miris mengingat perdebatannya bersama fandy. Semua yang dikatakan fandy memanglah benar, ia memang penakut dan egois. Ia tak berani mengambil keputusan untuk hidupnya sendiri.
Ia bahkan ingin menghilang seketika itu juga, ia tak mau melihat ada yang terluka diantara kedua pria itu.
Jujur saja, ia menyayangi dika seperti kakaknya sendiri, setelah kerenggangan hubungannya dengan arga, dika lah satu satunya tempat ayyana mengadukan keluh kesahnya. Dia tak pernah mengeluh jika ayyana mengutarakan masalahnya yang tak pernah berubah dari waktu ke waktu, sedangkan dia sendiri punya masalah yang juga sama rumitnya.
Pada fandy, ayyana lebih merasa malu, dia yang lebih muda mampu bersikap dewasa ketimbang dirinya, ia banyak belajar dari pria yang dua tahun lahir setelah dirinya.
Perasaanya pada fandy tak mampu ia jelaskan, bahkan keraguan masih menyelimuti hatinya saat itu. Apalagi setelah dika juga datang dengan perasaanya.
Lama bergulat dengan batinnya, ayyana memilih menyudahi mandinya, ia segera memakai bajunya saat dingin sudah tak mampu ia tahan.
"Non, ditunggu sarapan bareng" suara bi nani dari balik pintu.
"Iya, sebentar" jawab ayyana setelah bi nani mengulang kalimatnya hingga tiga kali.
Ayyana duduk dekat arga dan berhadapan dengan ibunya, mereka menatap ayyana dengan perasaan kasihan melihat gadis itu hanya diam sejak semalam.
"Kamu mau jalan jalan sebentar?" Suara arga memecahkan keheningan yang tercipta setelah kedatangan ayyana. Ia berusaha menghibur adik semata wayangnya itu dari dilema yang tengah dia alami.
"Sekalian nanti kita nyekar ke makam papah" imbuh ibu dengan senyum khasnya, ia pun tak ingin anak gadis kesayangannya terlihat murung.
"Boleh, yuk" ajak arga kembali.
"Nanti aja jalan jalannya, nyekarnya sepulang aku kerja" ucap ayyana, nada suaranya terdengar lesu, semangatnya menurun entah sejak kapan.
"Sekali kali refresh in otak ayy, yukk" bujuk arga. "Ada tempat bagus yang belum kita datengin" lanjutnya menyakinkan ayyana.
"Nanti hari minggu aja bang" tolak ayyana. Ia pun beranjak dari duduknya setelah menyuap beberapa sendok nasi goreng seafood kesukaanya, nafsu makannya sudah menguap beberapa saat yang lalu sejak ia duduk dimeja makan. "Aku berangkat dulu mah, bang, bi" ujar ayyana sebelum pergi.
Langkah ayyana terhenti didepan pintu rumah, ia melihat seorang pria yang sudah berdiri didepan mobilnya, senyum pun menghiasi wajah blasterannya.
"Sejak kapan loe disitu?" Tanya ayyana mendekati pria tersebut.
"Sejak gue tau loe mau berangkat kerja" jawab dika asal, namun senyum lebar ia perlihatkan pada gadis yang sudah berdiri didepannya.
"Sejak kapan loe jadi tukang ojek" tanya ayyana mengimbangi jawaban dika yang asal.
"Sejak gue tau gue punya saingan" kali ini dika menjawab dengan serius, wajahnya menatap ayyana dalam dalam seakan berharap ayyana mengerti maksud kedatangannya.
"Gila" gumam ayyana namun masih bisa didengar oleh dika, mereka pun tertawa mengakhiri percakapan mereka yang absurt.
"Yuk jalan" ajak dika.
Sebelum ayyana masuk kedalam mobil dika ia menebarkan pandangannya kearah gerbang rumahnya, ia seakan tengah mencari sesuatu.
"Tak datangkah ia?" gumam ayyana dalam hati. Ia pun memutuskan untuk masuk kedalam mobil yang sudah ia buka pintunya.
"Gimana kabar ibu loe?" Suara ayyana setelah dika menjalankan mobilnya untuk menjauh dari rumah.
"Masih sama seperti dulu" jawab dika santai. Ia masih fokus memperhatikan jalanan yang tengah ia lalui.
"Dia tau tentang semalam?" Tanya ayyana hati hati. Ia tau sangat riskan menanyakan hal tersebut pada dika, ia hampir tak berhubungan lagi dengan ibu kandungnya itu.
"Kenapa? Loe nggak mau jika kita nikah tanpa sepengetahuan dia?" Tebak dika. Ia seolah mengerti jalan fikiran ayyana. "Dia aja nggak tau sudah melewatkan bertahun tahun ulang tahun gue" suara dika terdengar acuh. "Atau mungkin dia lupa kalo dia punya anak" imbuh dika sambil menatap ayyana.
Ayyana terdiam mendengar penuturan dika, ia tak tahu apa yang harus ia katakan. Sebagai wanita Ia ingin membantah kalimat dika, namun sebagai sahabat yang atau seperti apa kehidupan dika, ia tak mampu berkomentar atas itu.
"Kenapa loe diem?" Tanya dika balik.
"Gue lagi mikir, kenapa loe nggak ngomong itu sejak dulu saat loe tau permasalah gue" ayyana menatap dika serius. Ia benar benar penasaran dengan hal tersebut.
"Sebenarnya gue mau ngomong setelah abang loe nikah, tapi ternyata loe malah trauma. Gue dilema saat itu. Gue sering ngasih kode saat kita ngobrol sambil latihan tapi loe nya aja nggak peka" jujur dika, ia pung menyenggol lengan ayyana dengan pelan.
"Ohh..." Sahut ayyana.
"Sejauh apa hubungan loe sama pria itu?" Pertanyaan dika yang langsung membuat ayyana menatap dika lebar lebar.
Ayyana tak menyangka dika akan menanyakan hal tersebut padanya langsung.
"Nggak terlalu jauh" jawan ayyana akhirnya. "Sekedar saling kenal karna kerja satu kantor" jujur ayyana. "Dia... Dia lebih muda dari gue" imbuh ayyana yang langsung membuat dika terkejut.
"Ohh iya?" Sahut dika. "Tapi sikapnya kelihatan dewasa" akui dika menganalisis.
Ayyana tersenyum simpul, ia menyetujui kalimat dika tentang fandy. Ayyana melirik dika sekilas, tak ada atmosfir persaingan pada diri dika. Ia tetap memuji rivalnya itu.
#####
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
CMA BEDA 2 THN DRI MUDA DRIMANA, BNYK WANITA YG LBH TUA DRI LO DPT SUAMI LBH BRONDONG DRI FANDY..
2023-05-02
0