Sinar matahari mulai masuk dari sela sela jendela, mengusir gelap yang menemani semalaman. Hawa dingin pun perlahan mereda, menggeliatkan aktivitas manusianya.
Ayyana duduk menatap secangkir kopi didepannya, sejak semalam ia belum memejamkan matanya, entah kenapa matanya sulit terpejam walau untuk sesaat.
Dering ponsel membuyarkan lamunannya, ia menatap sekilas benda persegi tersebut. Tertulis jelas nama seorang wanita yang membawanya ke dunia ini.
Helaan nafas terdengar jelas dari wajah tirus gadis itu, ia bukan tak bahagia saat ibunya menelfon, hanya saja permintaan wanita itu yang terasa sulit diwujudkan oleh ayyana.
"Halo" suara lesu ayyana memulai percakapan.
"Kamu nggak pulang? Mama sendirian dirumah, abangmu pergi keluar kota beberapa hari" suara wanita paruh baya yang seakan memelas pada ayyana.
"Iya, aku pulang sebentar lagi" jawab ayyana setelah terdiam. Disambarnya kunci mobil yang berada disamping cangkir kopinya.
"Kopinya nggak diminum mba?" Suara seorang gadis kearah ayyana yang sudah berada diambang pintu.
"Buat kamu aja" jawab ayyana santai kemudian menghilang dari balik pintu.
Ayyana tak pernah acuh atas semua permintaan kedua orang tuanya, ia dan kakak laki lakinya akan selalu berusaha untuk mewujudkan apapun permintaan mereka, namun sejak mereka meminta pasangan dari ayyana, seakan ada jarak diantara mereka, bukan ayyana tak mau dan tak berusaha untuk itu, namun keadaan dan hatinya seakan tertutup untuknya mewujudkan keinginan mereka dengan segera.
Bahkan ayyana seakan semakin terdesak saat ayahnya meninggal, ia merasa sangat bersalah atas itu, namun ia juga tak mampu berbuat banyak, penyesalan pun seakan tak berarti lagi baginya.
Mobil ayyana terparkir didepan rumah yang bernuansa klasik, rumah itu dikelilingi tembok besar dan tinggi, hingga tak bisa terlihat dari luar. Jarak tembok dari rumah pun terbilang jauh, karna kedua orang tua mereka sangat menghargai sebuah privasi, mereka tak ingin keluarganya menjadi santapan sehari hari bagi masyarakat sekitar.
Sebuah notice menghentikan langkah ayyana, ia mengambil ponselnya kemudian membaca pesan yang tertulis dilayar.
Ririn:
Besok ada karyawan baru yang harus loe training. Ini perintah pa Randy!
Ayyana:
Terserah loe, atur!
Ayyana kembali melangkahkan kakinya, pandangannya beredar mengelilingi rumah yang sudah lama tak ia lihat. Ada rasa rindu yang hinggap dalam diri ayyana, ingin rasanya ia mengulang masa lalu saat ia masih bermain bersama kakaknya dihalaman, sedangkan kedua orang tuanya duduk di teras sambil menikmati teh mereka. Senyum ayyana tiba tiba hadir walau tak terlihat jelas.
Langkah ayyana kembali terhenti saat berada didepan pintu, diperhatikannya pintu kayu dengan ukiran khas jawa kesukaan ayahnya itu, dia sendiri yang memesan pintu tersebut khusus dari pengerajin temannya di jawa.
Tak terasa sudut matanya basah, memorinya kembali menghadirkan hingga menyisakan nyeri dalam hatinya.
Dengan segera ayyana mengusap bulir halus yang mulai mengalir di pipinya. Dibukanya pintu yang tak terkunci tersebut. Tak ada yang menyambutnya kecuali sunyi dan keheningan yang terasa jelas. Pandangan ayyana segera mencari seorang yang sebenarnya ia rindukan.
"Dimana mamah?" Tanya ayyana saat mendapati wanita paruh baya yang sudah lama bersama dengan keluarga mereka, dia lah satu satunya orang yang setia pada keluarganya bahkan sebelum ia hadir di dunia ini.
"Ada, lagi di taman belakang" suara wanita itu terdengar bergetar, karna usia yang tak lagi muda.
"Bi nani sehat" tanya ayyana lagi, ia merasa kondisi wanita itu tidak dalam kondisi baik. Seluruh tubuhnya bergetar, terlihat jelas pada kemoceng yang tengah ia pegang, benda itu bergoyang karna aktivitas tangannya.
"Sehat, non ayya bagaimana? bibi merasa non ayya makin kurus" ucap bi nani sambil memegang tubuh ayyana. Ia memperhatikan seluruh tubuh ayyana dari kepala sampai kaki. Tergambar jelas wajah rindu yang teramat dari mata tua yang mulai dipenuhi keriput.
"Aku sehat bi" jawab ayyana. Ia teringat cerita ibunya tentang bi nani. Wanita itu kehilangan seluruh keluarganya dalam kebakaran yang melanda kampung halamannya, saat itu ayah dan ibu ayyana tengah mencari berbagai perabotan untuk mengisi rumah baru mereka. Mereka tak sengaja melewati daerah tersebut dan melihat bi nani menangis seorang diri menatap gundukan bangun yang sudah tak berbentuk.
Mereka pun iba dan mengajak bi nani untuk tinggal bersama mereka hingga sekarang. Sebenarnya bi nani sudah menikah dan memiliki bayi yang masih beberapa hari ia lahirkan. Namun kebakaran hari itu mengambil semua yang bi nani punya, termasuk bayi malang tersebut.
"Syukurlah" ucap bi nani dengan senyum tulusnya. Dia benar benar mendedikasikan hidupnya untuk keluarga ayyana walaupun keluarga ayyana tak pernah memaksanya untuk menjadi asisten rumah tangga, mereka sudah menganggapnya sebagai saudara, namun bi nani yang merasa tak enak pun memilih melakukan apapun yang sebenarnya dilakukan oleh seorang asisten rumah tangga.
"Mamah sehat bi?" Tanya ayyana lagi.
"Mamahmu banyak murung sejak papahmu meninggal" jawab bi nani yang berubah serius, ia mengambil kedua tangan ayyana dan menggenggamnya erat. "Nggak bisakah non ayya tinggal disini aja, kasihan mamahmu, dia kesepian" pinta bi nani halus namun mampu membuat ayyana merasa bersalah.
Ayyana masih terdiam hingga suara seorang wanita mengalihkan pandangan mereka.
"Kamu udah sampe ayy?"
"Udah mah" jawab ayyana singkat, wanita itu pun segera menghadiahi ayyana dengan pelukan hangat. Senyumnya mengembang sempurna hingga terlihat deretan giginya yang rapi.
"Mamah udah beresin kamar kamu, mamah juga udah masak ikan goreng kesukaanmu, yuck makan dulu" ujar wanita paruh baya tersebut setelah melepas pelukannya.
Ayyana masih diam mengikuti langkah ibunya, ia tak bergeming saat ibunya mendudukkannya dimeja makan dan mulai mengambilkan nasi beserta lauknya untuk ayyana.
Rasa rindu itu benar benar hadir dan menguasai hatinya, hampir saja ia tak sanggup membendung air mata yang memenuhi pelupuk matanya.
Andai ia masih pantas untuk menangis dipangkuan ibunya, mungkin ia akan melakukan itu sejak ibunya memeluknya tadi.
Tapi tetap akan ia katakan bahwa ia sangat merindukan keluarganya, ia rindu suasana dan kebersamaan mereka saat dulu. Ingin rasanya ia mengulang saat itu dan melupakan masalahnya kini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments