"sudah sinting kali si Yanti!! kayak kalau bukan Hendra siapa juga yang mau nikah sama dia!!"geram mertuanya.
"hai ibu mertua!! aku lebih baik ngga kawin dari pada kawin sama keluarga benalu."teriak Yanti.
"kau yang numpang dan harus nya pergi dari rumah ini."usir Atun
"eh Atun ini rumah akan gue ratain dulu baru gue pergi."
"enak saja!! gue yang bangun dan Lo mau main masuk saja??
"ngga semudah itu furgoso."ledek Yanti.
"kau ngga akan seperti itu kan? Hendra takut jika benar-benar Yanti akan meratakan rumah tersebut.
"oh lihat saja!! akan aku ratakan seperti pertama kali aku datang kesini."sahut Yanti.
"alah paling juga cuma gertakan saja."gerutu mama mertua nya.
Yanti pun mengambil bambu yang ada di depan nya, lalu menghancurkan atap teras rumahnya.
membuat ibu mertua dan pacar suami nya kaget.
"seorang Yanti tidak akan main-main jika sudah di injak-injak harga dirinya."ancam Yanti.
Hendra pun mengajak ibu dan pacarnya meninggal kan rumah tersebut.
Dian memeluk Yanti dan berbisik untuk Yanti kuat menghadapi semua nya.
"menangislah jika itu bisa membuat Lo tenang."Dian mengusap bahu Yanti.
Yanti hanya seorang wanita dan dia pasti akan menangis juga.
"serendah ini ya harga diri gue."seru Yanti.
"enam tahun ini balasan mereka ke gue."isak Yanti
Dian terus menenangkan sahabat nya dan dia memutus untuk menginap dirumahnya Yanti.
Yanti menangis sampai tengah malam dan hati nya kembali tenang.
Dia pun tertidur pulas bahkan dia tidak bangun pagi dan Dian sengaja tidak membangunkan Yanti.
"badan mu agak demam dan sebaiknya kau tidak usah datang kekantor saja."ujar Dian.
"ngga apa-apa kok!! nanti abis minum obat pasti akan baik lagi."jawab Yanti.
"ya sudah terserah kau saja."Dian tahu yanti tidak enak jika tidak masuk karena dia baru satu bulan di HRD.
"aku siap-siap dulu ya."seru Yanti.
Wati membawa kan bubur ayam untuk yanti sarapan serta teh manis panas.
"loh teteh kemana mba Dian? tanya Wati.
"itu di kamar mandi."sahut Dian.
"kan sakit kok mandi? gumam Wati.
"dia ingin masuk kerja juga padahal dah aku larang."ujar Dian.
Yanti sudah keluar dari kamar mandi dia pun langsung mengganti pakaian Dengan pakaian kerja.
"teteh yakin mau kerja juga? itu pipi kenapa teh? tanya Wati.
"ini masih terasa merah di pipi bekas gambar tangan mu,, sering kau lakukan jika kau marah menutupi salah mu."Yanti sambil bernyanyi dan Wati pun tertawa.
"ada-ada saja si teteh!! bukan nya nangis malah nyanyi."tawa Wati.
"udah nangis nya semalaman!! tahu kah kamu semalam tadi aku menangis!! mengingat mu menampar ku."canda Dian.
pagi ini mereka bertiga Tertawa terbahak-bahak bahkan melupakan kejadian semalam.
Yanti dan Dian berangkat kekantor dengan berbintang motor.
sepanjang jalan Yanti lebih banyak melamun bahkan dian ajak bicara pun dia tidak menjawab.
Sampai di tempat kerja Dian terus memperhatikan Yanti yang lebih banyak diam.
"kalau masih sakit sebaiknya kau aku antarkan pulang saja."ucap Dian.
"ngga apa-apa, ya sudah gue masuk dulu ya? nanti makan siang gue ketempat Lo."ujar Yanti yang nampak lesu.
sampai di ruang nya pun Yanti hanya diam saja dan dia lebih memilih mengerjakan pekerjaannya.
"Yanti kau sakit? tanya atasan Yanti
"sedikit bu dan aku sudah minum obat nanti juga baikan."jawab Yanti
"kalau sakit sebaiknya pulang saja ya."ucap atasan Yanti.
"iya Bu."sahut yanti.
Tubuh nya menggigil hebat tapi dia coba bersikap biasa saja karena sakit begini buat Yanti sudah biasa.
jam makan siang dia memilih tiduran di mushola sampai Dian mencarinya.
"Yanti ayo makan dulu? kau belum makan dan ini minum obat demam nya."seru Dian.
"iya makasih ya."ucap Yanti.
"sebaiknya kita pulang saja yuk? ajak Dian.
"kerumah baru Lo saja jangan di rumah mertua Lo."seru Dian
"bisa minta tolong telpon Wati? biar dia bawa anak-anak kerumah baru dan rumah itu tolong di gembok dan bawa kunci nya."terang Yanti.
Dian pun langsung mengambil ponsel Yanti lalu menelpon Wati.
ternyata Wati sudah di rumah baru Yanti dan sedang membereskan barang-barang yang belum di rapihkan kemarin.
"ya sudah sebentar, gue minta ijin dulu dan Lo abiskan saja makanannya."pinta Dian
Dian meminta ijin ke atasan nya Yanti dan juga dia meminta ijin ke atasan nya juga.
"nih pakai jaket!! tiba-tiba mas Adi memberikan jaket milik istrinya.
"jangan mas!! nanti mba Desi marah dan aku ngga mau mas jadi salah paham."ucap Yanti.
"ngga kok tadi Desi sendiri yang titipin ke aku buat kamu pakai."sahut mas Adi.
"benar ya mas? kalau begitu sampaikan ke mba Desi terima kasih ya mas."ucap Yanti.
"hati-hati dan jaga kesehatan."ujar mas Adi.
Yanti pun pulang di antar Dian naik motor nya, sepanjang jalan Yanti terus saja menggigil.
Dian pun membelokkan Yanti ke klinik yang ada di pinggir jalan arah rumah yanti.
"kok kesini? mau ngapain? tanya Yanti
"mau gugurin kandungan."sahut Dian asal
"lah Lo hamil? selidik Yanti.
"iya hamil anak beruang!! udah tau mau bawa Lo ke dokter pake nanya lagi."cebik Dian.
mereka hanya menunggu sebentar selesai mendaftar langsung masuk keruangan dokter.
"Yanti?? seru pak dokter.
"nah Lo Saiful? ya ampun Lo jadi dokter? kalau gitu ngga jadi deh gue takut salah diagnosa."ledek Yanti.
"ah sialan Lo Mak!! ayo duduk cepetan gue periksa!! paling sakit jiwa."balas pak dokter yang ternyata tetangga Yanti waktu kecil.
"ngga gue udah bener otak nya cuma hati gue sedang terluka parah."sahut Yanti.
"hmm maka nya jadi bini jangan petakilan."seru pak dokter
"ngga petakilan saja di tinggal?? apa lagi gue petakilan."gerutu Yanti
"turun Lo!! cuma cape sama pikiran saja dan gue kasih Paracetamol dan juga vitamin."seru pak dokter
"ya ampun pak kalau cuma begitu saja sih!! saya juga bisa."ledek Yanti.
"ngga usah bayar!! lekas pulang Lo."usir pak dokter
Dian yang melihat hanya tersenyum saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments