Chapter 19

Darel mengantarkan Kelvin hingga masuk ke apartemen. Mulutnya tidak berhenti mengoceh mengomeli Kelvin atas kecerobohannya. Sesekali melirik Kelvin yang berada di rangkulannya dan merenung.

Sementara Kelvin sendiri dalam hati menggerutu kesal sekaligus tertekan karena telinganya yang panas mendengar ocehan tanpa henti dari Darel.

"Ya lain kali kayak gitu aja terus. Entar kak Kenneth liat terus gue yang digebukin lagi, mau lo liat gue digebukin?".

Kelvin menghela napas lelah, ia lalu mengangguk polos. "Mau".

"Heh!!". Seru Darel cepat.

Tangan Darel menarik telinga Kelvin yang ia papah. Kelvin kini mengaduh memegangi telinganya. "Ya lagian lo lama banget sih. Ayo ah buruan, gue pegel".

"Yang ada mah gue yang pegel". Darel kembali menuntun Kelvin untuk sampai apartemen.

Laki-laki itu mendudukan Kelvin di sofa. "Mau makan apa? Go food tapi, gue nggak ahli masak". Tawar Darel sambil melihat-lihat layar ponselnya.

Kelvin mencibir. "Iyalah. Keliatan muka-muka kayak lo tuh nggak pernah ke dapur".

"Kata siapa, gue pernah. Lo kata kalo gue bikin kopi tuh kemana kalo bukan ke dapur, kamar mandi?!!". Sahut Darel tak membenarkan.

Kelvin menghempaskan tangan tak peduli. "Ya ya terserah, pesen chicken aja sama nugget sekalian".

Darel mengangguk patuh. "Ada lagi nggak?".

Kelvin tampak berfikir. "Yang anget-anget apa?".

Kemudian mereka saling bertatapan, memberi senyum tipis seakan tau pikiran masing-masing.

"SOTO!!".

"Kopi Rel jangan lupa".

Darel dengan semangat mengangguk menuruti. "Es teh deh gue pengen".

"Gue es jeruk". Sahut Kelvin tak mau kalah.

Setelah berhasil memesan semuanya. Darel mendudukan diri di samping Kelvin. Laki-laki itu menatap Kelvin dengan intens. "Yang nabrak lo siapa?".

"Nyerempet rel".

Darel meringis tak begitu peduli. "Ya terserah lah. Intinya siapa yang nyerempet lo?".

Kelvin menggedikkan bahu tak tau. "Gue nggak tau, orang abis nyerempet terus langsung kabur gitu aja. Mana sempet gue liat mukanya".

"Plat nomornya lo tau nggak?". Decak Darel tak puas.

Kelvin menggeleng. "Enggak, keburu sakit gue mana sempet liat plat nomornya".

"Ya sempetin dong, biar kita bisa lapor polisi". Kata Darel lelah sendiri.

Kelvin mendengus kecil. "Udah terlanjur gini".

Darel tak menjawab lagi, ia mengambil remot AC dan menyalakannya. "Kak Kenneth udah tau belum?". Tanyanya yang kini melamun memandangi layar televisi.

Kelvin menoleh pada Darel, kemudian laki-laki itu membuang muka. "Belum". Jawabnya sambil menggeleng lesu.

"Lagian gue nggak papa juga, lecet dikit doang". Lanjutnya sambil melirik-lirik luka yang di balut plester.

Darel mencibir, namun ia tidak banyak berkomentar, hanya menunggu saat-saat ia akan ditanyai mengenai luka Kelvin. Karena bagaimanapun juga Kenneth hanya akan menyorotinya karena ia adalah sahabat Kelvin.

"Dah ah gue mau tidur. Lo tungguin aja makanannya sampe dateng, duitnya ambil di tas gue".

Kelvin menurut, laki laki itu mengerjap-ngerjap masih memperhatikan lukanya. Ia jadi tersadar sesuatu. Seragam sekolah para laki-laki yang menolongnya tadi sama seperti yang Kenneth pakai, terutama pada atribut dan logo sekolahnya.

Kelvin menggedikkan bahu tak peduli banyak. "Mungkin mereka satu sekolah".

Sekarang ia harus memikirkan bagaimana jawabannya saat di tanya Kenneth nanti. Tentang lukanya. Bagaimana cara menyangkal jika Kenneth menyalahkan Darel, walau ia yakin kakaknya itu tidak mungkin menuduh orang sembarangan.

Tapi jaga-jaga jika sewaktu-waktu Darel merajuk padanya karena Kenneth tidak mau lagi bermain PS bersama temannya itu.

**

Selesai menunggu dan akhirnya makan siang bersama. Kenneth mengendarai mobilnya asal, setelah hampir dua jam tanpa tau arah, laki-laki itu memutuskan untuk berhenti di sebuah cafe. Salah satu cafe yang terkenal dengan harga terjangkau dan tempat yang nyaman.

Kenneth memarkirkan mobilnya, kemudian berjalan memasuki Cafe tersebut. Cukup ramai, sebagian besar di isi oleh anak sekolah seperti dirinya, sisanya adalah para orang kantoran.

Kenneth menghampiri meja bar. Ia sedikit terkejut saat melihat seorang laki-laki di kasir itu. Namun Kenneth sebisa mungkin tampak biasa saja.

"Tea ice sama kentang goreng".

Laki-laki kasir itu mengangguk dengan senyum manis. "Ketemu lagi, lo yang waktu itu ada di pameran kan?".

Kenneth merespon dengan anggukan.

"Gue Vito, nama lo?".

"Kenneth".

Vito mengangguk, segera memberikan note pesanan pada temannya. Kemudian menyuruh Kenneth untuk duduk, tidak lupa untuk memberikan senyuman kecil.

Kenneth mengambil meja yang berada di sebelah jendela, selain terbiasa, ia juga bisa sekalian memantau mobilnya.

Tidak lama setelah itu, hujan tiba-tiba mengguyur kota. Kenneth melihat mobilnya yang terguyur air hujan, terus memandangi itu sampai ia melamun.

Suara lonceng dari arah pintu terdengar, membuyarkan lamunan Kenneth yang sedang melihat mobilnya. Laki-laki itu menggulirkan pandangan ke arah pintu cafe. Fina ada disana, sedang merapikan pakaian dan rambutnya yang basah. Kenneth terus menerus melihatnya, tanpa sadar hingga Fina mulai memesan makanan dan duduk di salah satu meja yang berada di tengah.

"Ini makanan lo, sorry lama". Vito meletakan pesanan Kenneth di depan laki-laki itu.

Kenneth tak bergeming, membuat Vito bingung. Vito memperhatikan arah pandang Kenneth. Disana ada seorang wanita yang sedang memegang ponsel, terlihat sedang menghubungi seseorang.

Vito tersenyum, kemudian kembali melihat Kenneth.

"Ken, makanan lo".

Kenneth tersadar kemudian mengangguk dengan senyum kikuk. "Sorry, gue nggak denger".

"It's okay". Vito kini memperhatikan Kenneth makan, ia juga mendadak menjadi berfikir tentang Kenneth.

Aneh. Cara pandang Kenneth terhadap wanita tadi. Dari tatapannya menyiratkan sesuatu yang pedih. Vito dapat melihat bahwa banyak harapan yang terpendam dalam diri Kenneth. Meskipun mereka baru bertemu dua kali ini. Tapi ia sudah bisa menyimpulkan sesuatu. Kenneth seperti orang yang baru saja kehilangan. Harapan. Dan kekurangan sebuah kekuatan ataupun dukungan.

Pertama kali mereka bertemu pun rasanya, Kenneth seperti sedang di timpa masalah.

"Nyokap lo?". Celetuk Vito tiba-tiba.

Kenneth tersentak kecil, mendongak pada Vito kemudian mengernyit tak paham. "Maksud lo?".

Vito menghela napas, melirik ke arah tepat pada wanita tadi.

Kenneth yang langsung paham kemudian menghela napas, laki-laki itu mengangguk dengan tidak bersemangat.

Vito kembali tersenyum. Dari sini ia kembali menyimpulkan bahwa terjadi sesuatu dengan Kenneth dan juga orang-orang disekitarnya.

"Jangan terlalu dipaksain". Celetuk Vito lagi. Kenneth kembali di buat bingung. "Hidup bukan cuma tentang berjuang buat orang-orang yang lo sayang. Tapi buat diri sendiri juga perlu. Mungkin lo nggak ngerasa capek, tapi badan lo juga perlu istirahat. Sesekali lo juga harus egois, buat kebahagiaan lo sendiri". Lanjut Vito yang kini membuat Kenneth bungkam.

Melihat keterdiaman Kenneth, Vito menoleh ke belakang, tepatnya pada ibu Kenneth. Ia kemudian menatap Kenneth kembali, laki-laki itu sedang menunduk seraya memainkan sedotan es.

"Gue emang nggak tau apa masalah lo, tapi muka lo nggak bisa bohongin gue kalo lo punya masalah besar. Sama nyokap lo atau keluarga lo, gue nggak tau. Tapi please, biarin diri lo sendiri bahagia".

Vito berdiri, menepuk pundak Kenneth dengan pelan. "Ken, berjuang buat orang yang lo sayang emang perlu, tapi kebahagiaan lo itu penting. Karena yang jalanin hidup itu lo, so, lo juga harus berjuang buat diri lo sendiri".

Kenneth tertegun, ia mengangkat wajahnya memandangi punggung Vito yang mulai menjauh.

Ia kemudian tersenyum tipis. Ini tidak adil. Mengapa orangtuanya tidak pernah berpikir seperti Vito. Mengapa orangtuanya tidak pernah mengucapkan kalimat seperti yang Vito ucapkan. Untuk menenangkannya, untuk menjelaskan bahwa semua akan baik-baik saja. Tidak. Orangtuanya tidak sama seperti Vito. Vito masih menjadi orang asing untuknya. Namun kata-katanya membuat ia begitu tertampar.

Apa ia juga harus berhenti.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!