Kenneth memandangi hiasan dinding kayu yang ada di tembok apartemen. Apartemen ini terawat meski hanya ditinggali satu orang, juga menjadi lebih baik karena terdapat banyak barang daripada sebelumnya yang terlihat kosong.
Ia melirik laki laki yang lebih muda darinya sedang melahap martabak. Ia tersenyum tipis. "Kalo kurang punya kakak buat kamu aja".
Kelvin, nama laki laki itu, meringis kecil. "Kakak nggak mau emang? Nanti aku kekenyangan kalo ngabisin semua".
Kenneth tertegun. Terenyuh saat Kelvin mengerjapkan matanya.
Tatapan itu. Tatapan polos dan hangat yang selama ini hadir menghantui hidupnya, antara merasakan rasa bersalah dan rindu yang tak memiliki ujung.
Membawanya teringat dengan satu-satunya adiknya yang masih hidup dan masih meminta perlindungan darinya.
Adiknya telah tiada.
"Kalo besar nanti kamu mau jadi apa?". Tanya Kenneth kecil pada adiknya yang berumur 4 tahun.
Kevin mengerjap polos, tidak lama dia meringis memperlihatkan susunan gigi yang rapi, menatap Kenneth dengan senang. "Aku mau jadi adik kakak selamanya".
Kenneth mengerutkan keningnya merasa tidak puas dengan jawaban itu, ia mencubit pipi adiknya dengan gemas. "Tapi kamu kan emang adik kakak, selamanya jadi adik kakak".
"Aku mau tinggal sama kakak selamanya, biar kakak terus jagain aku kalo kak Kenzo nakal". Sahut Kevin tak mau kalah.
Kenneth tersenyum senang, ia memeluk adiknya dengan erat. Seakan tidak mau terpisah, dan tidak akan pernah terpisah.
"Kak". Suara itu menyadarkan dirinya dari kenyataan yang menyakitkan. Kelvin terus memperhatikan Kenneth yang sedang melamun.
Kenneth mengangkat sebelah alisnya.
"Kakak beneran nggak mau? Aku juga nggak abis sih, buat besok aja kali yah?".
Pemuda itu tidak merespon, memperhatikan Kelvin yang memunguti remahan makanan dan mengumpulkan sisa martabak menjadi satu.
Kenneth menghela napas panjang. Kenyataan kembali menamparnya hingga ia sadar.
Yang didepannya ini bukanlah Kevin yang nyata, bukanlah Kevin adiknya. Tetapi Kelvin yang memiliki tatapan dan sifat yang serupa dengan adiknya.
Dia menemukan Kelvin saat laki laki itu terkapar di gang sempit. Dengan seragam SMP yang kotor dan kening yang tergores luka. Kelvin lemas tidak berdaya karena di bully oleh teman sekolahnya.
Singkat cerita anak SMP itu bercerita padanya bahwa teman-temannya mengoloknya karena ia adalah anak haram.
Itu memang benar. Kelvin lahir tanpa di harapkan oleh orangtua, MBA. Di rumah, Kelvin selalu di kasari dan di marahi oleh orangtuanya. Tak heran jika pertama kali ia melihat Kelvin yang kacau, tatapan mata Kelvin seperti meminta perlindungan darinya. Rupanya anak itu mengalami trauma yang besar, dan butuh waktu lama untuk sembuh.
Di tengah keterpurukan itu, Kenneth datang menawarkan perlindungan. Laki laki itu dengan tulus merawat dan memberikan kasih sayang, serupa seperti ia memperlakukan Kevin, adiknya yang telah tiada.
Nama mereka hampir sama. Itu yang membuat dirinya begitu menyayangi Kelvin, seperti ia menyayangi adik kandungnya.
"Nih minum, kayaknya kakak kekurangan cairan". Kelvin menyodorkan air mineral dan tertawa.
Kenneth mendengus, tetap menerima air mineral tersebut dan menenggak hingga tandas.
Melihat itu Kelvin melebarkan matanya. "Ternyata bener kakak kekurangan cairan?". Cercanya pada Kenneth.
Satu hal yang sedikit merepotkan dirinya. Hal yang serupa antara Kelvin dan Kevin adalah, mereka sama-sama cerewet.
Kelvin sering memperlihatkan kekhawatiran yang berlebihan padanya. Laki laki itu terlampau perhatian.
Saat Kelvin kembali duduk disampingnya, ia memperhatikan wajah polos itu dengan lekat. "Sekolah kamu gimana?".
Kelvin menoleh, kemudian mengerjap pelan. "Nggak gimana-gimana, lancar terus sih".
Sejak ia membawa Kelvin jauh dari pertama kali mereka bertemu. Ia memindahkan Kelvin ke sekolah yang baru, yang tak jauh dari apartemen. Laki laki itu juga bercerita bahwa ia memiliki banyak teman yang baik dan tidak membullynya walau ia dengan tegas mengutarakan siapa dirinya yang sebenarnya.
Kenneth senang mengetahui itu. Namun ada rasa khawatir sendiri saat Kelvin jauh dari jangkauannya, lebih tepatnya saat ia tidak mengontrol anak itu.
Jarak antara apartemen dengan rumah juga cukup jauh. Sehari sekali ia harus melihat Kelvin. Karena saat pertama kali menginjakkan kaki di apartemen ini, Kelvin tinggal sendiri hingga sekarang.
Sampai sekarang, ia tidak pernah mendengar anak itu mengeluh. Berbeda dengan saat ia menemukan anak itu di jalanan sempit. Kelvin yang sekarang jauh lebih baik.
"Kakak nggak pulang? Ini udah malem loh". Kata Kelvin yang melihat Kenneth kembali melamun.
Kenneth mengangguk, ia beranjak meninggalkan tempat itu. Kelvin menyalaminya ketika ia sampai di depan pintu.
"Hati hati ya kak". Ujar Kelvin melambaikan tangannya.
Kenneth mengangguk, laki laki itu pergi meninggalkan apartemen dengan santai. Di lobby apartemen ia bertemu dengan Darel, tetangga sekaligus teman Kelvin. Darel masih mengenakan seragam sekolah, anak itu habis berkelahi. Ia hafal betul dengan kelakuan Darel.
Darel menyapa. "Eh kak, lo disini?".
Kenneth mengangguk dengan senyum tipis. "Iya, nengok bentar tadi".
"Kalo gitu gue duluan ya".
Darel mengangguk, membiarkan Kenneth pergi. Wajah manis dan imut itu masih memperhatikan punggung Kenneth yang semakin menghilang. Juga ia sedikit menarik sudut bibirnya.
"Terbaik".
**
Kenneth membuka gerbang rumah, meneruskan mobilnya menuju garasi belakang, jauh dari garasi utama yang biasa ditempati oleh keluarganya.
Hari ini satpam rumahnya cuti, ia juga tidak ingin merepotkan orang rumah untuk membukakan gerbang untuknya. Pun memang tidak ada yang mau, kecuali Kenzo. Maybe...
Setelah memastikan mobilnya aman di garasi, ia membuka pintu belakang rumah. Terhubung langsung pada teras belakang dan dapur serta ruang makan.
Kenneth mematung saat melihat Fina berdiri di depan kulkas mengambil sebotol air mineral. Wanita itu belum menyadari kehadirannya, ia melangkah pelan keluar area dapur untuk pergi kekamarnya.
"Darimana aja kamu?". Ujar Fina, tanpa melihat Kenneth yang ada di undakan tangga pertama.
Tubuh Kenneth membeku, ia menundukkan wajahnya.
"Sebaiknya kamu jauh-jauh dari Kenzo, saya nggak mau anak saya ikut-ikutan liar kaya kamu".
Kenneth tersenyum culas, ia masih belum berani membalikkan tubuhnya dan melihat Fina. Melihat kebencian Fina yang setiap saat mendera untuknya.
Fina meletakan botol air mineral itu ke dalam kulkas, ia berjalan ke arah berlawanan dengan Kenneth. Tanpa melihat wajah sendu putranya, ia kembali berucap.
"Dengan liat kamu baru pulang jam segini, saya yakin kamu bukan anak baik-baik. Mungkin kamu udah sering mabok, atau sering balapan liar di luaran sana".
Kenneth menegang, kalimat yang Fina lontarkan begitu menusuk pada pusat hatinya. Bahkan saat Fina pergi dari sini, rasanya suara dingin itu masih membekas di benaknya.
Laki laki itu memilih berjalan kekamarnya. Di dalam kamar ia kembali merenung.
Di saat-saat seperti ini sepi selalu menghujamnya, ia terdiam dengan berbagai tanda tanya.
Tidak taukah Fina bahwa setiap harinya, penolakan wanita itu selalu menyakiti mentalnya.
Tidak taukah Fina bahwa saat ia keluar malam, ia benar-benar sendiri karena ia diasingkan bersama sepi.
Tidak taukah Fina bahwa ucapannya selalu menjadi pilihan baginya, antara harus tetap bertahan dan menunggu harapannya terwujudkan, atau pergi dengan luka yang takkan pernah terobati.
Kenneth membuka kemeja hingga memperlihatkan setengah punggungnya. Ada ruam kulit yang mungkin susah disembuhkan, dulu bertahun-tahun lamanya saat ia ada di posisi yang sulit.
Apa orang tuanya juga tau jika setiap perkelahian yang ia lakukan, untuk meredam ucapan dan tatapan kebecian mereka yang selalu terngiang di otaknya. Bahkan sampai ia gila, sampai ia mati, ucapan itu bukan hanya sekedar kalimat belaka namun akan menjadi cerita saat dirinya dihadapkan pada sebuah fakta.
Ia tidak pernah menangis, sakit secara fisik. Laki laki cacat dan selalu asing seperti dirinya sangat pantas mendapat banyak luka. Karena sampai akhir pun ia tidak akan pernah bisa menitikan air mata, tidak akan pernah merasakan apa yang namanya sakit.
Dan selalu terombang-ambing dalam sebuah kenyataan yang pahit.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
anggita
hadiah bunga buat author 🌹,
2023-02-11
1