"Weehh siapa tuh?".
"Ganteng iihh lucu!!".
"Mukanya soft banget".
Kenneth tetap berdiri dengan pandangan mencari-cari Kelvin yang sudah 15 menit sejak bel berbunyi namun belum keluar juga. Laki-laki itu beberapa kali tampak gusar dan risih karena menjadi atensi bocah SMP didepannya. Baru kali ini dia menjemput Kelvin disekolahnya, selain saat ia mendaftarkan Kelvin.
Karena beberapa mata memberanikan diri tetap menatapnya, dan tersenyum dengan wajah terpesona akhirnya Kenneth mencoba bersikap ramah. Ia membalas dengan senyum kaku.
Satu hal fakta tentang Kenneth. Ia tidak pernah dekat dengan perempuan. Tidak pernah berhubungan dengan perempuan. Dan jarang mengobrol dengan perempuan.
"Sabar Ken".
Ia menghela napas. Sesaat kemudian matanya membola melihat Kelvin berjalan di lobby utama sekolah. Dengan cepat ia membuka ponselnya, hendak menghubungi Kelvin bahwa ia ada di depan sekolah.
Kelvin
Kenneth: kakak di depan sekolah kamu
Kenneth menatap ke depan, melihat Kelvin yang memegangi ponsel sambil celingukan mencari cari.
Kenneth: depan sekolah kamu
Di kejauhan Kelvin meringis kecil, lalu berlari menghampiri Kenneth. "Kakak jemput?". Katanya yang kini berada di depan Kenneth.
Kenneth mengangguk. "Ayo. Kakak nggak betah disini". Kenneth beranjak memasuki mobil. Sementara Kelvin melirik sekitar yang kini ramai pasang mata melihat kearahnya. Dengan mimik muka bertanya-tanya sekaligus ingin tau. Siapanya elo?. Begitu sekiranya.
Kelvin tidak peduli, ia menyusul Kenneth memasuki mobil setelah Kenneth mengetuk kaca.
"Makan apa ya yang enak?". Kenneth bertanya sambil melajukan mobilnya.
"Nasi Padang kak. Oh iya Darel kan sakit, gimana kalo kita jengukin dia". Kata Kelvin mengusulkan ide.
Beberapa jam yang lalu Darel menelponnya, temannya itu rewel menyuruhnya untuk pulang. Padahal saat itu masih ada jam pelajaran, hanya perkara ingin nasi Padang. Mengapa tidak pesan lewat apk saja.
Kenneth menyetujuinya, ia menuju ke arah rumah makan nasi Padang. Sekitar 5km tak jauh dari dari sekolah Kelvin, mereka sampai di rumah makan itu.
"Kamu yang turun ya, kakak di mobil aja". Kenneth memberikan uangnya pada Kelvin. Diterimanya uang itu lalu Kelvin turun dari mobil berjalan menuju rumah makan itu.
Kenneth mengetukan setir mobil, matanya tidak sengaja mengarah pada salon kecantikan yang persis di depan rumah makan. Keluarlah mama dan papanya dari arah pintu salon. Fina menggandeng lengan Reyhan sambil menenteng sebuah kotak.
Baru hari ini setelah pertengkaran beberapa hari yang lalu Kenneth bisa melihat wajah ceria mamanya. Sejak saat itu ia tidak ingin menampakan diri di depan mereka, namun sepertinya sulit karena mereka tinggal satu rumah. Kendati pun harus bertemu, itu karena Fina memang sering ada di rumah sebagai ibu rumah tangga. Wanita itu bukan tipe pekerja keras, ia hanya ingin melayani suami dan anak-anaknya.
Ulasan senyum Fina benar-benar membuat Kenneth rindu. Semenjak keributan itu Gwen mengingatkan dirinya untuk tidak berdekatan dengan orangtuanya. Karena Gwen tidak ingin ia terluka dan kembali mendengar rentetan ucapan pedas dari orangtuanya.
Dan sebisa mungkin ia menghindar. Untuk kenyamanan keluarganya, juga Gwen yang tidak harus terus-menerus memusuhi kakaknya sendiri hanya karena membelanya.
Dalam hati Kenneth berdecih. Tanpa tantenya minta pun ia tidak pernah bersama orangtuanya. Sejengkal saja jika ia mendekat pada Fina, mamanya itu akan berteriak kesetanan menyuruhnya untuk menjauh dan pergi. Dua kata itu setiap hari memenuhi telinganya hingga ia sendiri hapal dan terbiasa.
"Kak, tiga nasi Padang kan?".
Kenneth mengangguk, ia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Mendadak mood- nya hilang, ia tidak lagi berpikir untuk memakan nasi Padang itu. Biarkan dua bocahnya nanti yang menghabiskan.
Mereka sampai di apartemen. Bukan langsung masuk ke apartemen Kenneth, melainkan ke apartemen sebelah. Darel.
Kenneth mendecak sambil menggeleng prihatin. Wajah Darel pucat dan bibir yang kering, rambutnya acak-acakan dan yang paling memprihatinkan adalah. Tatapan anak itu lemas dan sayu.
Darel persis seperti anak yang tidak terurus. Belum lagi wajahnya babak belur. Kenneth yakin Darel tawuran lagi.
Kelvin meletakan bungkus nasi Padang ke atas meja, Darel langsung berlalu ke dapur dan mengambil piring. Selanjutnya anak itu langsung membuka nasi Padang nya dan memakannya dengan lahap.
"Nggak makan berapa hari lo? Kaya kucing jalanan aja". Kekeh Kelvin sambil mendudukan diri di sofa, kemudian memperhatikan cara Darel makan yang persis seperti gembel.
Darel mendengus tidak peduli. "Mungkin kalo lo nggak beliin gue nasi, gue sekarat terus mati".
Tersadar Kenneth masih berdiri, Darel langsung tersenyum manis. "Duduk kak, ayo makan". Katanya yang langsung kembali melahap nasi Padang.
Kenneth tidak menjawab, ia duduk di sebelah Kelvin dan bermain ponsel. "Punya gue buat lo aja". Responnya yang langsung diangguki Darel dengan semangat.
"Kamu makan juga Vin". Lanjut Kenneth.
Kelvin menurut, ia membuka bungkus nasi Padang dan menuangkannya pada piring Darel yang besar. Mereka makan bersama berdua, sesekali saling iseng-iseng yang untungnya tidak di gubris Kenneth.
"Kak abis ini main PS yuk!". Celetuk Darel kini dengan wajah semangat.
"Lagi sakit tuh nggak usah betingkah dulu kenapa sih!". Sahut Kelvin sinis.
Darel mendelik. "Gue tuh bosen Vin, lo mah nggak tau sih. Kata mami gue kalo lagi sakit tuh banyak gerak biar cepet sembuh, diem mulu lama-lama jadi fosil gue".
"Iya tapi nggak main PS juga. Geraknya tuh maksudnya lo olahraga, ngepel kek, nyuci gitu. Sumbu pendek sih mana paham!". Balas Kelvin tak mau kalah.
Darel melirik Kenneth sebentar, kemudian mengumpat dengan lirih. "Ngomong lagi gue tampol lo!!".
Kelvin menjulurkan lidah mengolok-olok dengan wajah konyol ke arah Darel.
"Ngomong lagi kalian yang kakak tampol! Mendingan kalian abis ini main ular tangga aja, jangan banyak betingkah". Kata Kenneth yang tak mengalihkan pandangannya dari ponsel.
Mereka diam, mendengus dan mendecak bersamaan. Kenneth melihatnya, kemudian menghela napas panjang. "Biasanya main ular tangga kan? Main aja jangan gelut terus, pusing yang denger".
Kelvin dan Darel diam lagi, mereka mengangguk patuh.
Sambil menunggu dua bocahnya makan, Kenneth membalasi pesan teman-temannya. Terkait dengan pertandingannya dengan Arka. Juga membalasi pesan Gwen yang meneror dirinya dengan spam chat. Sejak sejam yang lalu, Gwen tidak berhenti mengirimkan random chat.
Manusya Biasa
Dylan: besok menunya apa btw mas Kenneth?
Cameron: jangan nasi Padang ya gue capek di genitin kasirnya
Dylan: makanya kalo pake pelet tuh kira kira
Dylan: kelebihan dosis sih
Bastian: waahh rame ya
Cameron: no pelet peletan kalo gue sih
Cameron: hai Bastian ketemu lagi dengan saya Iqbal
Dylan: dan saya Riski
Cameron: aldinya sok cool yah @kenneth
Dylan: padahal nyimak ya pemirsa
Dylan: KELUAR LO KEN!!! EMOSI GUE TUH!!
Kenneth: apa
Cameron: dah lah ngambek gue
Bastian: kata Arka nanti malem
Dylan: loh loh loh kok cepetan sih
Cameron: jadi lo mau makan apa Ken?
Kenneth: kenapa tiba-tiba?
Bastian: gue nggak tau, Arka tiba-tiba langsung ngomong gitu
Kenneth: gue capek, besok aja bilangin sana
Bastian: oke
Dylan: kobam kali tuh bocah
Cameron: jadi lo mau makan apa Ken?
Dylan: nanya mulu heran
Kenneth: apa aja yang penting jangan kuah kuah
Dylan: waaaww kuah kuah apaan tuh
Bastian: Ken gawat
Cameron: apa apa
Dylan: apa heh??!!!
Kenneth: kenapa?
Bastian: Kenzo...
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments