Kenzo masih mengekor saudaranya melewati garasi belakang yang biasa Kenneth pakai. Laki-laki itu akhirnya berjalan cepat untuk mencegat saudaranya.
Mereka diam. Baik Kenzo atau pun Kenneth tidak ada yang bersuara.
"Sorry Ken". Celetuk Kenzo lirih, ia merunduk dengan wajah penuh penyesalan.
Kenneth memalingkan muka. "Buat apa? Harusnya lo ngomong gini sama mama papa, bukan sama gue. Yang di bohongin kan mereka, bukan gue".
Kenzo semakin pias, terasa kelu untuk sekedar menelan ludahnya. Dari nada bicara Kenneth yang terdengar dingin dan datar, laki-laki itu pasti marah padanya. Bukan soal berbohong dan di bohongi, namun nyatanya kejujuran dari seorang saudara patut untuk diakui. Ia sangat berharap Kenneth mendekat padanya, menunjukkan kekhawatiran seperti saat dirinya khawatir pada laki-laki itu.
Namun Kenneth masih bersikap biasa, seolah tindakannya tidak berpengaruh pada hati sedikitpun.
Kenzo menghela napas panjang. "Gue pasti bakal ngomong sama mereka".
Kenneth mengangguk singkat. "Hem, emang harusnya lo kaya gitu". Balasnya sambil berjalan melewati Kenzo yang kini terdiam.
Laki-laki jangkung itu berjalan menuju dapur yang terhubung langsung dengan garasi belakang, sejenak ia mematung di ambang pintu dapur. Sementara Kenzo berjalan dengan lesu melewati Kenneth menuju pintu utama.
Kenzo membuka pintu, terlihat mamanya duduk di sofa depan televisi, yang pasti menunggunya pulang. Kenzo mendesah berat, akhirnya ia memutuskan untuk masuk ke dalam.
Fina menyadari kehadiran Kenzo, wanita yang masih terlihat awet muda itu menyambut hangat putranya dengan pelukan.
"Kamu kok telat sih pulangnya?". Tanya Fina yang masih memeluk Kenzo.
Kenzo menggigit bibirnya, melirik Kenneth yang ada di samping tangga. Saudaranya hanya diam mematung melihat kearahnya.
Perasaan Kenzo tidak karuan. Ia harus berbicara jujur tentang apa yang terjadi, atau seperti biasa berkeinginan untuk menarik Kenneth untuk berpelukan bersamanya.
Raut wajah Kenneth sulit untuk di tebak, sekalipun mereka kembar, Kenzo sama sekali tidak bisa mengerti bagaimana maksud perasaan Kenneth.
Fina melepas pelukannya, ia baru sadar akan memar yang memenuhi wajah Kenzo. "Ini kenapa sayang? Kamu berantem?".
Wanita itu mengecek tubuh putranya dengan wajah khawatir. Begitu Kenzo memekik saat ia tidak sengaja menekan satu titik luka, ia langsung begitu yakin bahwa putranya baru berkelahi.
"Zo siapa yang lakuin ini sama kamu?". Fina meringis kecil melihat luka robek di sudut bibir putranya.
"Kamu berantem sama siapa?".
Kenzo tidak menjawab, laki-laki itu malah masih memandangi Kenneth yang berdiam diri.
Fina melihat ke arah pandangan Kenzo. Ia langsung mendengus dingin.
"Kamu kaya gini gara-gara dia kan?!!! Gara-gara anak itu?!!". Fina menunjuk dengan keras ke arah Kenneth.
"Enggak ma!!!! Bukan Kenneth yang lakuin itu, ini karena salah aku sendiri!!".
Fina menggeleng tidak percaya. "Enggak Zo!. Ini pasti gara-gara dia!! Dia ngajak kamu berantem kan?!!".
"Enggak ma!! Mama jangan ngomong kayak gitu, ini karena salah aku sendiri!!". Kenzo berteriak frustasi. Sulit meyakinkan Fina dengan cara yang baik.
"Huh!! Atau jangan-jangan dia yang bikin kamu kayak gini? Dia yang mukulin kamu?!! Anak itu bener-bener kurang ajar!!". Sahut Fina mengelak.
Kenzo semakin menggeleng tak percaya. "Ma, ini bukan salah Kenneth". Lirihnya lelah.
Fina terkekeh geli. "Kamu nggak bisa bohongin mama Zo, kamu sengaja nutupin ini kan? Kamu selalu pulang dalam keadaan begini, berapa lama dia lakuin ini sama kamu?!!".
Kenzo menggeleng pelan.
"KURANG AJAR!!!".
Fina menghembuskan napas kasar, dia berjalan ke arah Kenneth yang masih saja berada di tempat. Namun Kenzo segera memeluk Fina dari belakang, menyuruh Fina untuk tenang dan diam. Dia juga mengarahkan pada Kenneth untuk masuk ke kamar.
"KEN, MASUK KE KAMAR!!!".
"KURANG AJAR KAMU!! KAMU YANG BUAT ANAK SAYA KAYAK GINI KAN?!!".
"SINI KAMU!! KAMU HARUS DI KASIH PELAJARAN!!!!".
Fina masih berteriak meronta, menyuruh Kenzo untuk tidak menghentikannya. Sementara Kenzo menyumpahi Kenneth yang masih saja diam di tempat.
"KENZO LEPASIN MAMA!! MAMA HARUS KASIH PELAJARAN SAMA ANAK ITU!!".
"KENNETH GUE BILANG MASUK!!".
"KENNETH MASUK KEN!!".
"KENZO LEPASIN MAMA!!".
"ANAK SIAL!!".
Mengalah. Kenneth berjalan cepat menaiki tangga menuju kamarnya. Ia menutup pintu dengan pelan, lalu terduduk di lantai, bersandar pada pintu dengan melipat kedua kakinya. Menelungkupkan wajahnya pada lipatan kaki dengan tangan yang mengacak rambut frustasi.
Selalu seperti ini. Tidak jauh-jauh dari teriakan dan penolakan yang jelas. Akan sangat bodoh jika ia masih mengharapkan Fina menerimanya. Terdengar sepele, namun itu adalah hal yang sangat berharga untuknya.
Beberapa kali di pukuli, ia sama sekali tidak merasakan sakit di titik manapun. Ia selalu merasa bahwa setiap pukulan yang ia terima, tidaklah sakit di banding dengan apa yang Fina ucapan. Kalimat itu sangat menusuk hatinya, bahkan perlahan tapi pasti akan membunuhnya. Ia lebih baik di pukuli dan di tusuk berkali-kali di banding dengan mendengarkan teriakan kebencian dari Fina.
Kenneth beranjak menuju meja belajar, ia duduk di kursi memandangi buku-buku yang berjejer didepannya dengan rapi.
"Lo harus bisa buat mereka bangga, jangan nyusahin mereka terus Ken". Lirihnya dengan senyum getir.
Di sisi lain Kenzo melempar tasnya ke atas meja belajar, duduk di sisi ranjang dengan wajah gusar. Memikirkan bagaimana lagi untuk membuat orangtunya sadar tentang Kenneth. Bahwa Kenneth itu anak mereka, Kenneth ada dan masih menjadi anak mereka, saudaranya patut mendapatkan perlakuan yang sama dengannya.
Dia ingin menangis jika melihat Kenneth selalu seperti itu. Jika Kenneth akan terlihat biasa saja, namun bagaimana dengan dirinya yang hancur.
Kenneth selalu terlihat baik-baik saja, seolah menganggap enteng dengan apa yang terjadi. Bersikap seperti itu namun hati manusia bisa terluka. Terlebih Kenneth merasakannya selama bertahun-tahun.
Tok tok tok
"Zo, buka pintunya sayang".
Kenzo melirik sebentar, matanya berkaca-kaca dan otaknya masih memikirkan Kenneth.
"Kenzo, mama mau ngomong sama kamu".
Fina masih berbicara di luar sana. Kenzo masih diam dan makin merenung.
Mendengar tidak ada pergerakan di dalam. Akhirnya Fina memutuskan untuk membuka pintu dengan paksa. Wanita itu melihat Kenzo yang termenung di sisi ranjang. Ia terdiam sejenak, lalu berjalan mendekati putranya.
"Kenzo".
Kenzo melirik, kemudian mengulas senyum tipis. Ia kemudian berdiri di hadapan Fina. "Maafin Kenzo ma, tadi Kenzo ngelawan mama".
Fina tersenyum manis, lalu menggeleng dan menarik Kenzo ke dalam pelukannya. "Mama juga minta maaf tadi marah-marah sama kamu".
Wanita itu menguraikan pelukannya, mendongak memandang wajah tampan putranya. "Mama cuma nggak mau kamu terpengaruh sama anak itu, dia nggak baik sayang".
Fina kembali memeluk Kenzo dengan erat, menyalurkan kekhawatiran yang luar biasa sebagai seorang ibu.
Tidak menyadari raut wajah Kenzo yang menyedihkan dengan setitik air mata yang mengalir di pipi.
Bolehkan ia mengatakan bahwa mamanya sangat egois. Tidak mengerti dirinya yang menginginkan Kenneth untuk bersama mereka kembali. Membangun arti keluarga yang sebenernya, menunjukan bahwa kepalsuan yang ia kira tentang keluarganya tidaklah nyata. Melewati hari-hari bahagia tanpa mengungkit masa lalu.
Ia hanya ingin keluarganya hidup normal seperti keluarga yang lain. Tanpa ada perbandingan dan kebencian.
Kenzo menginginkan keluarga yang sebenarnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments