Chapter 8

Kenneth menghela nafas gusar saat tiba-tiba tertangkap basah oleh guru BK karena ketahuan merokok di jam sekolah. Mereka berempat di bawa ke ruang BK, akan diadili dan di pertanyakan tentang kepulan asap yang menguar melewati hidung guru itu.

Cameron menggerutu di sebelah Kenneth, Bastian memasang wajah tenang walau dalam hati diam-diam gelisah karena dia juga salah. Sementara Dylan dan Kenneth saling melirik dengan umpatan yang tertahan.

"Jadi kalian bener merokok di sekolah? Terus Kenneth muka kamu kenapa lebam begitu?, habis berantem?". Pak Adit bertanya sambil menatap tajam siswa-siswa didepannya.

Dylan menghela napas lelah, sekitar 5 menit pak Adit mengomel namun belum ada tanda-tanda untuk berhenti. "Pak Adit, itu bukan pertanyaan yang harus bapak jawab. Kan bapak tadi juga liat sendiri, terus juga ya pak kan bapak juga liat muka Kenneth bonyok begitu. Udah pasti bener semua pak, nggak perlu di tanyain lagi".

Bastian makin pias, Cameron menahan tawanya dengan polos, sementara Kenneth membuang muka tak peduli.

Pak Adit memijit pelipisnya, jika saja murid-murid didepannya ini bukan anak-anak yang berprestasi, meskipun hanya Kenneth dan Bastian setengah. Pasti sudah sedari tadi ia masukan dalam daftar merah.

"Ini terakhir kalinya kalian berbuat seperti ini, kalo mau ngerokok di luar aja jangan di sekolah".

"Tadi juga kita di belakang area sekolah pak". Sahut Cameron polos.

Pak Adit mendelik. "Ngejawab aja kamu!".

"Yah gimana ya pak, kita kan friend, jadi santai aja kali pak". Cameron mengerucutkan bibirnya, kemudian memperhatikan Pak Adit yang duduk di depan mereka.

"Jadi kalian berantem lagi?". Tanya pak Adit kini dengan mimik muka lebih santai.

Bastian menarik nafasnya, kemudian menghembusnya dengan pelan. "Iya, tapi kali ini cuma duel Arka sama Kenneth".

Mereka mulai mengobrol santai, membicarakan perihal permasalahan anak muda. Kebetulan Pak Adit adalah guru magang yang awalnya hanya menjadi asisten guru kini menjadi guru resmi.

Mereka membicarakan soal Arka, laki-laki yang menjadi musuh duel Kenneth. Fyi, Arka adalah tetangga dari Pak Adit, tepatnya adik dari teman pak Adit. Pria itu di minta untuk mengawasi Arka selagi temannya itu di luar negeri. Awalnya Adit keberatan karena itu bukan urusannya. Namun berhubung Adit menyukai temannya itu, ia rela mengawasi Arka dari kejauhan. Dan sejauh ini Arka belum menyadari tentang Adit.

"Apa Arka terus-terusan maksa kamu berantem? Saya kira udah reda karena ayahnya Arka juga udah memperlakukan Arka dengan baik". Pak Adit tampak berpikir, tak lama pria itu terlihat gusar sendiri.

"Kalo Arka udah di perlakukan dengan baik, paling enggak berantemnya itu nggak sering kambuh pak. Tapi ini hampir ngajak tiap hari, tapi karena Kenneth kadang ogah-ogahan jadi sering ketunda". Sahut Dylan.

"Apa Arka itu masih ada masalah? Sama ibunya pak? Maybe". Celetuk Bastian beropini.

Adit menggeleng tidak tahu, ia saja kadang menyerah dengan kelakuan Arka. "Saya nggak bisa ngendaliin dia, yang cuma bisa nyeimbangin itu cuma Kenneth".

"Dan saya jadi malah khawatir sama kamu Ken, tiap hari muka kamu babak belur begitu. Yang saya bingungin kenapa makin lama makin parah, apa kamu enggak ngelawan balik? Apa kamu nggak bales dia?". Tanya Pak Adit yang kini beralih menatap Kenneth.

Kenneth hanya diam, kini atensi mereka sepenuhnya menatap pemuda itu yang sejak tadi tidak membuka suara. Sementara Kenneth sendiri bingung harus merespon seperti apa.

Pemuda itu tampak lingung, apa yang harus ia katakan. Selama ia berkelahi dengan Arka pun dengan alasan yang sama. Dia dan Arka tidak ada bedanya, mereka sama-sama memiliki masalah dengan keluarga. Arka terlihat bingung memihak pada siapa, sementara ia juga bingung tidak dimiliki pihak manapun.

Apa yang harus ia jawab. Toh selama ini pun ia sangat menikmati itu, dan tidak semudah itu untuk berhenti. Selama ia masih di pandang sebagai pembunuh oleh orangtuanya sendiri, selama itu pula ia tidak akan berhenti. Sulit untuk melupakannya, karena kebencian itu selalu membekas dalam hatinya.

"Saya nggak tau pak".

**

Kenzo tidak buta untuk melihat saudaranya keluar dari ruang BK bersama teman-temannya. Saat itu ia hendak ke ruang olahraga, membahas tentang pertandingan futsal antar sahabat bersama SMA lain. Namun matanya tidak sengaja menangkap Kenneth bersama teman-temannya yang memasang wajah kusut, juga mulut Cameron yang terlihat menggerutu.

Ia ingin bertanya pada saudaranya itu, namun panggilan telepon dari rekan futsalnya yang menyuruhnya untuk segera datang ke ruangan tidak bisa di ganggu.

Saat bel pulang pun ia sudah berdiri di depan kelas Kenneth. Namun setelah diberitahu oleh teman sekelas Kenneth, kata mereka Kenneth sudah pulang lebih dulu.

Ia lagi-lagi kehilangan kesempatan itu.

Dan sore ini kebetulan ia melihat Kenneth memasuki kamar, ia berjalan mengekor Kenneth masuk ke dalam. Kenneth belum menyadari kehadirannya sampai tiba-tiba laki-laki itu menatap datar padanya.

"Hehe. Sekali-kali Ken, gue tidur sini ya. Pisah ranjang nggak papa gue mah, gue bisa tidur pake sleepbag".

Kenneth masih diam, memperhatikan senyum konyol itu. Ia berlalu ke kamar mandi, tidak tampak terganggu pada Kenzo yang kini berteriak kesetanan di atas ranjang karena merasa senang diijinkan tidur dikamarnya.

"YEAYY KENNETH YEAYY!!!".

"KEN POKOKNYA GUE TIDUR DISINI SAMA LO!!".

"GUE TIDUR DISINI YEEAY!!".

"GUE NGGAK BAKAL PERGI SAMPE BESOK, SELAMANYA!!".

"GUE HARUS TIDUR SAMA LO!!".

"YEAYYY KENNETH KENZO YEAYY!!".

Di dalam kamar mandi saat Kenneth merendam badannya di dalam bathtub, pemuda itu menggeleng heran.

Tampang Kenzo itu tampang badboy yang terkesan galak dan dingin. Namun di dalam rumah lebih terlihat seperti kera lepas kandang. Kenzo akan berteriak heboh jika ia mengijinkan laki-laki itu dekat dengannya, toh ia biarkan saja. Kapan lagi ia bisa melihat wajah serupa dengannya itu dalam waktu yang lama.

Malam ini mereka habiskan waktu untuk berdua. Kenzo menyebutnya night party.

Mereka duduk berhadapan di karpet bulu yang Kenzo gelar secara mendadak, berbagai makanan yang Kenzo pesan menggunakan jasa ojek online kini ada diatasnya.

Ada berbagai makanan seperti ayam goreng, nasi, sambal, beef burger, donat, dan lalapan. Minumnya Kenzo menyediakan air putih dingin.

Kenneth memperhatikan Kenzo yang telaten meletakan nasi dan berbagai lauk ke dalam piringnya.

Jika mengingat soal makanan, ia mendadak teringat juga pada Kelvin. Diam-diam ia juga memesankan makanan untuk laki-laki itu, dan ia juga mengirim pesan karena tidak bisa mengunjungi untuk malam ini. Beruntung Kelvin mengerti dan juga mengatakan bahwa Darel menemaninya.

Karena jika ia memaksa keluar, Kenzo pasti tidak akan mengijinkannya.

"Udah Zo". Katanya yang lelah karena Kenzo sejak tadi terus menanyakan takaran sambal.

Kenzo meringis kecil, meletakan piring ditangannya pada adiknya.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!