Tanpa basa-basi Kenneth langsung menghampiri sebuah keributan yang Bastian informasikan tadi. Ia sangat panik, bahkan tidak memedulikan teriakan Kelvin dan Darel yang menanyakan ia akan kemana. Saat ini Kenneth hanya ingin menemui ...
"Kenzo".
Kenneth dengan mulut setengah terbuka melihat saudaranya tengah membogem lawan dengan tangan kosong. Bahkan Kenzo lihai menangkis tinjuan lawan. Kenzo cukup jago berkelahi.
"Gimana kalo lo sama Kenzo fight ?".
Bastian tau-tau sudah berdiri di samping Kenneth, dengan wajah tenang ikut memandang tawuran yang ada di depan mereka.
"Nggak mungkin, makin di kutuk Tuhan gue". Balas Kenneth tersenyum tipis.
Bastian mendengus, ia lalu menegakkan tubuhnya. "Kita liat dari atas gedung aja, disini nggak aman. Entar kita di kira ikutan juga, ayok!".
Mereka berlari menuju rooftoop gedung tua di samping jalan sepi yang digunakan untuk tawuran. Di sana sudah ada Dylan dan Cameron yang terlihat antusias membicarakan tentang tawuran itu.
"Gimana lo bisa tau kalo ada tawuran disini? Dan gimana lo bisa tau kalo ada Kenzo disini?". Dylan dengan segera melontarkan pertanyaan yang sejak tadi ada diotaknya.
Bastian menghela napas. "Arka yang bilang, katanya dia juga ma_".
Dia berhenti. Menahan napasnya saat tersadar sesuatu, buru-buru ia mencari-cari wajah Arka diantara keramaian di bawahnya. Kemudian Dylan yang merasakan ketidak beresan segera melihat tawurannya kembali.
"Brengsek!!! Itu Arka kan?!!!". Dylan mengumpat keras, ia menunjuk seorang Arka yang sedang bertarung dengan lawannya.
Cameron mengangguk. "Ken lo_". Cameron celingukan mencari Kenneth yang seharusnya ada disampingnya. "KEN!!!".
Kenneth berlari menuruni gedung lalu berlari menuju tawuran yang tiada henti itu. Bastian mendecak dengan keras lalu ikut turun untuk menemui Kenneth.
"KEN!!!".
Dylan menarik kerah baju Cameron, mengajak cowok kurus itu untuk berlari menyusul yang lain.
Di samping itu Kenneth mencari-cari Kenzo di antara keramaian, ia berkali-kali terdesak dan menghindar dari segala serangan yang tidak sengaja mengarah padanya.
Ia menggeleng pelan melihat wajah Kenzo yang sudah babak belur namun masih kuat untuk bertarung.
"KENZO!!!!".
Dimana Kenzo mendengar teriakan yang sangat ia kenali, ia berbalik badan dan melihat wajah saudaranya memerah. Seketika ia langsung menghempaskan tubuh yang sedang ia kerjakan itu. Menelan ludahnya susah saat Kenneth berjalan mendekati dirinya.
Tawuran mendadak berhenti setelah mendengar teriakan Kenneth. Arka kini tersenyum sinis, berfikir akan ada drama disini.
Sementara Cameron memasang wajah cengo sekaligus takjub. "Mantep juga teriakan Kenneth". Bisiknya yang di balas desisan kesal oleh Dylan.
"Pulang". Lirih Kenneth dengan wajah dingin.
Kenzo mengatupkan bibirnya, bersamaan dengan itu Brian menghampiri Kenzo dengan napas terengah. "Lo pulang aja Zo, kita nggak papa". Katanya yang langsung di angguki oleh Brandon dan yang lain.
Kenzo masih diam. Bimbang antara tetap berada disini dan melanjutkan tawurannya atau pulang dengan Kenneth. Dua duanya menghasilkan masalah baru, belum tentu jika ia pulang ke rumah Kenneth akan baik-baik saja. Orangtua mereka pasti bertanya-tanya dan tanpa pikir panjang akan langsung menyalahkan Kenneth.
"Yaudah lo lanjutin aja, biar gue ngomong sama mama". Kenneth menghela napas pasrah, bingung harus tetap berada disini atau berlalu meninggalkan area.
"Pulang, Zo!!!". Brandon mendecak gemas karena Kenzo masih diam di tempatnya.
Dengan langkah berat Kenzo mengikuti Kenneth yang tak jauh dari jangkauannya.
Arka menyeringai kecil. Sedang berfikir untuk menyusun rencana baru dengan menyaksikan kejadian saat ini. Ia akan memanfaatkan waktu untuk menghabisi Kenneth lewat saudaranya. Kenzo.
"Lo mikir apa lagi?".
Arka menggeleng dengan wajah tenang. "Enggak. Nanti aja gue ngomongnya. Sekarang berhenti aja tawurannya, pemain utamanya pulang jadi nggak seru".
Temannya itu mengangguk. Lalu berteriak menyuruh mereka semua untuk pergi meninggalkan area sebelum polisi datang.
Brian dan Brandon pun berhenti. Mereka masih berdiri mengatur nafas yang masih saja memburu. Bastian menyodorkan dua botol air mineral. Awalnya mereka bingung, namun melihat tatapan Bastian yang menyuruh mereka untuk menerima air itu, mereka menerimanya.
"Thanks". Balas Brandon dengan senyum tipis.
"Gue mau nanya". Dylan berbicara dengan wajah serius.
"Apa?". Balas Brian.
Dylan sebentar melirik ke arah Bastian, namun laki-laki itu membuang muka tak peduli. Ia menghela napas. "Sejak kapan kalian ikutan kaya gini?".
Yang ia tau. Kenzo memang memiliki tampang yang sedikit berandal, namun ia tidak pernah menduga bahwa Kenzo akan bertindak sejauh ini. Ketimbang Kenneth yang bolak-balik babak belur, namun Kenzo terlihat seperti anak yang tidak suka berkelahi. Kenzo dimatanya adalah laki-laki banyak tingkah namun tidak neko-neko seperti ini.
Berkelahi. Itu sangatlah tidak cocok untuk seukuran Kenzo yang selalu terlihat baik-baik saja.
Justru Kenneth lah yang setiap hari patut di pertanyakan.
Brandon dan Brian saling pandang, mereka terlihat ragu namun akhirnya juga saling mengangguk meyakinkan.
"Sejak kita gabung sana-sini buat ikut tawuran". Jawab Brandon dengan helaan napas lelah.
"Maksudnya?". Tanya Dylan tak paham.
"Sebenarnya kita nggak niat ikut tawuran, kita juga nggak pernah ada di pihak manapun. Kita ikut tawuran itu karena kita di bayar, dan itu lama-lama jadi hobi". Jawab Brian sejelasnya.
Cameron menggeleng heran. "Kalian kan kaya, ngapain repot-repot babak belur demi duit".
Brandon mendelik. "Sekali doang, tapi jadi nagih trus jadi hobi".
Cameron semakin menggeleng dengan tatapan sinis pada laki laki kembar didepannya. "Hobinya nantang maut".
"Jadi maksudnya, kalian ikut tawuran terus nanti di bayar? Kalian bantuin anak tawuran terus di kasih duit?". Tanya Dylan menggebu.
"Apa bedanya?". Sahut Cameron polos.
Dylan mengatupkan bibirnya, membuang muka dengan wajah sok tenang.
"Gimana kalo setiap pe-la-nggan kalian balas dendam waktu tau kalo kalian selalu beda pihak". Kata Bastian menekankan salah satu kalimat. Awalnya ia tidak tertarik, namun mendengar alasan yang menurutnya konyol itu ia jadi ikut penasaran.
Brandon mendengus pelan. "Nggak akan. Kita juga bikin perjanjian kok, kalo mereka langgar tinggal bales aja".
Bastian mengangguk paham, namun masih tetap mengira bahwa pihak yang mereka bantu tidak bisa di percaya sepenuhnya. Dengan cara yang serupa, job membantu tawuran itu bukan hal yang sepele. Bisa jadi apa yang mereka normalisasikan menjadi boomerang untuk setiap orang yang mereka bantu. Mungkin kali ini mereka lolos dan bisa santai saja. Namun tetap saja itu patut menjadi kecurigaan tersendiri.
"Kenneth nggak pernah tau soal ini, jadi kenapa Kenzo nggak ngasih tau ke Kenneth?". Cameron kali ini bertanya.
Brian menggeleng dengan keras. "Itu nggak mungkin. Gue nggak tau apa masalah di keluarga mereka, sampe Kenzo selalu ngomong nggak mau buat Kenneth khawatir dan di salahin".
"Intinya Kenzo nggak pernah mau Kenneth tau soal ini, dia bilang itu bakal berimbas besar sama Kenneth".
Mereka masih bertukar pikiran. Beberapa kali melempar pertanyaan dan jawaban yang tidak mereka ketahui jalan keluarnya.
Bastian berdiam diri dalam pikirannya sendiri. Berputar berbagai macam pertanyaan diotaknya. Tentang mengapa Kenneth yang terus-menerus berkelahi. Kenneth yang tidak pernah menghindar ketika dipukuli. Kenneth yang terlihat baik-baik saja saat selesai berkelahi.
Dan sekarang saudara kembarnya. Kenzo. Laki-laki itu berbicara mengutarakan perasaan khawatir dan ketakutan yang kurang logis diotaknya.
Sebenarnya apa yang terjadi dengan dua bersaudara itu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments