Hari cepat berlalu, saat ini Utari tengah berada di pesawat untuk pulang ke tanah air bersama sang Ibunda. Utari tidak membawa banyak buah tangan hanya membawa kunci dan beberapa tas dengan lambang yang menyiratkan Korea Selatan. Selebihnya Utari hanya berencana berbagi rezeki dalam bentuk amplop jika bertemu dengan para saudaranya. Selain itu Utari menyiapkan mukenah dan beberapa kain sarung dan sejadah untuk saudara di kampung.
"Nak, keuanganmu untuk membeli ini apakah aman?" tanya Ibu pada Utari.
"Insyaallah aman Ibu, cuma satu yang ngak aman dan sepertinya Ibu harus bersabar," kata Utari dengan senyuman lebarnya.
"Apa?" tanya Ibu bingung.
"Pertanyaan kenapa Ibu masih belum punya menantu dan kenapa aku belum kunjung nikah. Sabar ya," kata Utari pada sang Ibu yang di balas Ibunya dengan mengelus punggung tangan Utari.
"Jika memang dia orangnya, kenapa kamu harus sembunyikan dari Ibu. Nak?" tanya Ibu memandangi Utari dalam.
"Siapa Ibu?" tanya Utari dalam keadaan loading.
"Kamu bisa mengatakan jika kamu belum siap dan lain sebagai macamnya tapi kamu ngak bisa bohongi Ibu, Nak..." kata Ibu menatap dalam putri semata wayangnya.
"Siapa Ibu?" kata Utari yang lemot mode on.
"Lee Ha Joon," kata Ibu, hal itu berhasil membuat Utari ngebug beberapa menit sebelum tersenyum dan mengalihkan tatapannya ke arah lain.
"Aku dan dia tidak akan bisa di paksakan bersatu Ibu. Aku sudah berusaha menempis rasa yang ada, tapi hingga titik ini aku belum menemukan titik terang Ibu," kata Utari dengan mata berkaca-kaca.
Utari memang sempat menyimpan rasa pada Lee Ha Joon, tapi Utari tau pasti jika Ha Joon hanya fotamorgana untuknya. Lembutnya seorang Ha Joon, santunnya seorang Ha Joon dan bagaimana Ha Joon menjaga dirinya dari pergaulan teman-teman sekitarnya.sempat membuat Utari mengatakan jika Yoongi tak bisa ku miliki setidaknya Ha Joon saja Ya Allah.
Tapi......
Tida akan mungkin salib dan al-qur'an bergandengan bukan. Karena itu Utari berusaha lari dan mengunci pintu hatinya rapat-rapat sampai Mr Right nya di temukan. Entah kapan Utari juga tidak tahu jelasnya, hanya waktu dan pertolongan Allah yang bisa menjawab hal itu.
"Nak..." perkataan Ibu di potong oleh Utari.
"Jangan bahas Ha Joon lagi Ibu, do'akan saja yang terbaik untuk Utari. Insyaallah Utari tidak akan melangkah sejauh yang Ibu bayangkan, Ibu jangan banyak fikiran ya. Utari kerja keras supaya Ibu bisa bahagia bukan banyak pikiran, cukup dulu semasa Utari menyelesaikan S1 Ibu banyak pikiran dan harus menanggung cacian makian orang sekitar karena kita tidak mampu tapi memaksakan diri untuk mampu," kata Utari seraya mengenggam tangan Ibunya.
"Ibu tidurlah, perjalanan kita masih lama," kata Utari pada sang Ibu.
Utari membuka al-qur'an dan membecanya dengan suara lirih, agar hanya dirinya yang bisa mendengar karena dia tengah berada di tempat umum.
Tidak terasa 7 jam berlalu dan saat ini Utari tengah menaiki travel bersama sang Ibunda untuk pulang ke kampung halaman. Utari sendiri merasa sangat lelah. Karena setelah turun dari pesawat harus menaiki travel lagi untuk sampai ke kampung halamannya yang berada di pelosok.
"Ibu nanti kita bermalam di tempat siapa? Pasti rumah kita di kampung sangat kotor karena bertahun-tahun tidak di huni," kata Utaru mengutarakan kekhawatiranya.
"Ibu tadi udah nelpon sama Maknin. Maknin pasti sudah bersihkan rumah, ya tapi peralatan seadanya di sana," kata Ibu pada Utari.
"Ya ngak papa, mau di apakan. Rumahnya memang sudah lama tidak di huni bukan. Lagi pula semua saudara yang di suruh meninggali rumah itu selalu mengatakan jika mereka tidak bisa tinggal di sana dan semuanya punya 1001 alasan," kata Utari dengan cuek.
"Kamu ngak ada kepikiran untuk merenovasinya Utari?" tanya Ibu, hal ini membuat Utari menatap pada sang Ibu.
"Aku bukan tidak ingin Ibu, tapi rumah itu milik keluarga. Aku tidak ingin menjadi bahan pertengkaran setiap berjumpa dengan keluarga besar. Jika harus punya kediaman sendiri di kampung maka aku ingin di tanah yang aku beli sendiri dan dengan bangunan yang memeng hak milik aku sendiri. Jadi semuanya atas namakymu tidak ada yang mengungkit ingin menjual ataupun menggadai. Lagi pula, Utari masih mengembangkan bisnis di perantauan Ibu. Utari belum bisa mengeluarkan uang di luar yang Utari anggarkan," kata Utari seraya menggenggam tangan Ibunya.
Lebih dari apapun Utari bukan tidak ingin merenovasi rumah lama itu, tapi Utari takut jika sang Ibu kembali ke sana dan berpisah jauh dari dirinya.
"Ya sudah tidak apa, Ibu tahu kamu masih butuh lumayan banyak uang untuk bisnismu," kata Ibu dengan raut wajah yang sabar.
"Apa Ibu sangat ingin merenivasi rumah itu?" tanya Utari kembali.
"Ibu sangat ingin merenovasi rumah itu di karenakan rumah itu hak Ibu dan kamu Nak. Jika kamu memang takut jika rumahnya di gadaikan bahkan di jual kamu bisa membuat sertifikatnya, lagi pula ketika kita pulang ke kampung kamu pasti merasa tidak nyaman karena terbiasa dengan fasilitas yang lengkap Nak," kata sang Ibu.
"Baiklah, nanti Utari lihat dulu kondisi keuangan Tari ya Bu. Do'akan saja cukup untuk renovasi," kata Utari pada Ibunya.
"Nak jika tidak cukup jangan di paksakan," kata Ibu pada Utari.
"Insyaallah kita lihat saja ya Ibu," kata Utari pada Ibunya.
Setelahnya Utari menahan air mata kerinduan begitu melihat indahnya hutan-hutan yang di lalui. Bayangan ketika masih kecil di mana sang Oma tercinta memangkunya saat akan pergi ke kota pada saat liburan tiba untuk bertemu Ibunda tercinta.
Masih basah di ingatan ketika Oma membangunkan dirinya dari efek obat anti mabuk.
"Tari, bangun Nak. Lihat banyak kapal penangkap ikan!"
"Lautan luas di depan Nak, tari jangan sampai kelewatan moment!"
"Tari, ada monyet di jalan Nak!"
"Tari, kapalnya besar! Lihat-lihat ituloh," kata Oma.
Utari merasakan matanya memerah karena mengenang masa-masa indah bersama sang Nenek.
"Maafin Tari, Oma! Tari jarang pulang, Tari sibuk di negeri orang sampe lupa jenguk tempat perisrirahatan Oma. Oma yang tenang di sana, suatu hari Tari harap kita akan bertemu Oma," kata Utari membayangkan wajah sang Oma yang penuh canda tawa dan kenangan manis dalam ingatannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments