Hari ini! Tepat dua minggu. ayah mertua pergi bertugas keluar negeri. Masih pagi, aku sudah siap bersama istri tercinta, untuk menyambut kepulangan ayah.
Karena sudah biasa, saat ayah tugas diluar. Setiap ayah pulang, semua keluarga, sudah menunggu di ruang tengah. Jadi sudah tradisi bagi keluarga Winata, untuk menyambut , Tuan besar dirumah ini.
Maka masih pagi buta! Dinda, istriku! membangunkan aku untuk mandi, dan bersiap menyambut kepulangan Ayah mertua. Tapi sampai saat ini sudah hampir satu jam kami duduk. Tidak ada tanda-tanda kepulangan ayah mertua. Jangankan pulang, kabar kepulangannya saja tidak diberitahu.
Biasa ibu Anjani! duduk di sofa favoritnya dengan hati yang gelisah, aku juga tidak tahu apa yang membuat dia gelisah.
"Bu! Tumben ayah belum sampai." titah Dea, ibu mertua hanya memasang wajah datar tanpa senyum.
"Iya bu, tidak biasannya ayah begini, tumben lama! Coba ibu hubungi ayah" sambung Dinda Istriku .
"Diam...." Bentak ibu mertua, seketika hening. Entah apa yang membuatnya marah.
Tapi tak berselang lama, benda pipih milik bu mertua berbunyi sangat nyaring. Sontak membuat semua orang yang duduk di ruang tegah, kaget.
Drrrtttt drttttt!
Bu, mertua langsung mengangkat telponnya dengan ekspresi datar.
"Hallo....Siapa ini! " dengan suara datar dan congkak bu mertua menjawab telpon.
"Iya, ini dengan saya sendiri" Bentak ibu mertua, entah apa yang dibicarakan sampai marah.
"A apa.....Tu, Tuan. Evan kecelakaan"? pernyataan bu mertua, sontak membuat semua orang yang ada di ruang tengah gempar dengan berita yang kami terimah pagi ini. Termasuk aku dan Dinda istriku. Ternyata bu mertua terimah telpon dari rumah sakit, memberitahukan bahwa ayah mertua kecelakaan.
Setelah kami menerima berita itu, aku perhatikan setiap wajah yang ada dalam ruangan ini.
Dengan wajah dan ekspresi yang berbeda, ada yang benar terkejut dan sedih, tapi ada juga yang awalnya menunjukan ekspresi tengang sekarang mala senyum.
Sedangkan Istriku langsung lemas gak terasa bulir bening bermunculan tanpa perintah.
"Ayah!......." Ujar istriku lirih dalam keadaan menangis.
Ibu mertua terlihat syok berat, aku melihat air mata begitu deras lolos keluar dari mata bu mertua, tanpa suara. Bu mertua menatap kedua anaknya serta menantunya dan adik dari ayah mertua, dari ekspresi bu mertua mau memberitahukan sesuatu.
Dea, Alexsa kalian berdua bersama suami dan Gibran, tolong persiapkan semuanya! Tolong lapor pak Rt. Karena sebentar lagi Jenazah ayah di antar oleh ambulans.
"Apa.....Jenazah ayah...?." Semua orang yang ada dalam rumah itu dibuat terkejut dan syok ! oleh berita yang kami terimah, menimpa ayah mertua.
Ya termasuk aku juga syok, karena tadi kami pikir hanya kecelakaan biasa. Dan gak sampai menghilangkan nyawa! ternyata kami salah. Ayah mertua yang selama ini membelah dan menyayangi aku dan istriku sudah pergi.
Tadi suasana tenang dan tengang, kini berubah menjadi suara tangisan dimana-mana. Dari semua yang ada dalam rumah ini, yang terlihat paling syok adalah ibu mertua dan Dinda istriku, kalau Dea dan Alexsa mereka kelihat sedih, tapi hanya sesat. Namun yang menjadi pusat perhatian adalah, adik kandung ayah mertua, yaitu Gibran bersama istrinya kelihatan senyum sinis di bibir mereka.
Belum setegah jam kami menerima berita itu, namun di luar pagar sudah banyak wartawan, dari berbagai awak media sudah berdatangan. Untuk mencari tahu berita selengkapnya. Dan kami yang tinggal di rumah ini sama sekali tidak tahu persis, seperti apa kejadiannya, karena setahu aku. Ayah punya tiga pengawalnya. Jadi setiap ayah bepergian mereka pasti ikut, selalu di kawal.
Adiknya ayah mertua patut dicurigai, dari gerak-geriknya seperti menyembunyikan sesuatu. Aku akan selidikinya nanti! Kalau ayah mertua sudah di kuburkan
Aku merangkul pundak istriku , karena hanya ayah mertua yang selama ini, menjadi panutan dan kekuatan untuk kami, yang selalu membelah Dinda, jadi kalau ayah mertua sudah meninggal berarti, Dinda sudah gak mendapatkan tempat khusus di rumah ini, aku harus siap untuk membawa istriku pergi.
Aku membawa Dinda masuk kekamar. Dan menyuruhnya jangan keluar, karena aku mau membantu kak iparku untuk mempersiapkan semuanya itupun kalau mereka mau.
Hitung-hitung! ini balas budi aku ke ayah mertua, selama beliau masih hidup, sudah menyayangi aku dan Dinda. Pada saat seluruh isi rumah menentang pernikahan kami. Ayah mertua orang yang satu-satunya merestui.
"Sayang dengarkan mas, kamu tetap disini sampai jenazah ayah diantar, biar mas bantu diluar" ujar ku mengelus lembut kepala istriku, kasian kamu sayang. Waktu ayah masih ada saja! Kamu sudah tersiksa. Apalagi ayah sudah meninggal, tidak terasa air mataku jatuh begitu saja.
Ya aku menangis karena mengingat kebaikan beliau. Aku gak mau berlarut dalam kesedihan. Gegas aku keluar untuk membantu, tapi mala dapat perlakuan tidak terpuji dari adiknya ayah mertua, ia mengusirku dan tidak mengijinkan aku keluar. Takut nanti semua orang melihatku.
Karena katanya menantu miskin tidak perlu memperlihatkan wajah.
"Mau ngapain rakyat jelata! Menantu miskin" bentak Gibran.
"Aku mau membantu apa yang bisa aku bantu" jawabku lugas, mungkin ia pikir hanya dia yang bisa marah terus aku gak!. Aku sabar karena ada ayah mertua, tapi sekarang untuk apa diam kalau diinjak.
"Gak perlu, masuk sana". Bentaknya
Dengan terpaksa aku kembali masuk kekamar, bukannya aku tidak mampu melawan. Hanya saja ini bukan waktu yang tepat untuk berdebat. Dengan laki-laki tak tahu diri ini, jadi mendingan yang waras mengala saja. Aku duduk disamping istriku yang sedari tadi tidak berhenti menangis, sedangkan ibu mertua sudah tidak terlihat di ruang tengah mungkin ia ada di kamar.
Satu jam kemudian, aku mendengar bunyi sirine ambulance dengan mobil polisi beriringan masuk ke halaman rumah, awalnya masih sepih. Karena hanya sebagian dari warga dan pak rt yang datang. Hanya sekejap mata di halaman rumah seperti lautan manusia entah dari mana.
Memang aku akui! ayah mertua aku sangat baik kepada siapa saja, beliau tidak memandang dari kasta seseorang. Kalau seandainya beliau memandang kasta kemungkinan aku tidak menikah dengan Dinda.
Itu yang membuat banyak orang datang melayat karena rencana setelah di sholatkan. Langsung makamkan siang itu juga.
Setelah jenazah di serahkan kekeluarga, semua keluarga berkumpul untuk disholatkan jenazah.
Papan bunga ucapan turut berduka cita. Berdatangan memenuhi halaman rumah dan diluar gerbang.
Sekarang, semua keluarga sudah berkumpul, pak ustad juga sudah datang, akhirnya jenazah ayah mertua langsung di sholatkan. Untung waktu di rumah sakit sudah di mandikan dan semuanya sudah beres, jadi tinggal disholatkan dan antar kemakam.
Aku melihat istriku yang duduk bersandar di sampingku, ia benar-benar terpukul, aku merangkulnya dengan erat, sebenarnya aku juga sedih, tapi aku gak bisa tunjukan ke istriku, aku harus menjadi pelindung dan memberikan kekuatan kepadanya, sekarang hanya aku satu-satunya yang menjadi pelindungnya.
"Sayang! Kamu harus kuat, kita doakan ayah biar diterimah disisi Allah. Jangan tangisi ayah sayang, kasian ayah nanti melihat kamu menangis terus. Kamu tenang saja, setelah ini mas janji akan membawa kamu keuar dari tempat ini.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 458 Episodes
Comments
Adhy Jie Tho
Thor...!.
ini novel atau diari...?.
2024-08-03
2
Astrid Gita
maapkeun ga bisa melanjutkan baca 😭 bahasanya meng bingung kan thor 🙏🏻
2024-01-12
1
Anonymous
gunakan bahasa indonesia dengan benar.males bacanya.bahasanya aneh
2023-11-21
1