Menjelang sore hari, Dinda keluar dari kamar. Karena mendengar ada keributan di ruang keluarga, ternyata semua keluarga kembali berkumpul, kali ini bukan hanya kedua kaknya Dinda tapi juga turut hadir kedua kak ipar Dinda.
"Dinda...kamu sudah keluar dari rumah sakit, kok perut kamu kempes?" titah Dea. Kak kedua Dinda
"Iya kak! saya sudah keluar, tapi kandungan aku gak bisa di selamatkan, cucu yang mama idamkan" ujar Dinda penuh senyum yang tulus.
Namun Anjani dengan wajah tanpa senyum menjawab," Tidak aku tidak perna menganggapnya sebagai cucuku, karena itu adalah darah daging pria yang berasal dari keluarga miskin! Yang dapat dipilih oleh Dinda di pinggir jalan, beruntung juga anak itu tidak selamat!" Mata Anjani melirik sekilas ke Dava.
Deg!
Jantung Dinda seakan ditusuk oleh ribuan belati. Belir bening jatuh begitu saja membasahi kedua pipinya. Dinda tidak menyangka bahwa ibu kandungnya tega berkata begitu dan sekejam itu.
Tidak hanya Dinda yang tersinggung dengan perkataan ibu Anjani. Dava juga merasakan hal yang sama. Namun kali ini Dava diam, ia tidak mau melawan ibu mertuanya. Bukan karena takut tapi Dava masih sabar.
Dava yang berdiri tidak jauh dari situ, langsung merangkul Dinda dan menuntun untuk kembali masuk ke dalam kamar mereka. Sedangkan bu Anjani beserta kedua kak Dinda dan menantunya, menatap sinis Dinda dan Dava, mereka membisikan kalau Dinda dan Dava adalah Anak dan menantu paling miskin di keluarga Winata.
Dinda duduk di pinggir ranjang, dan langsung memeluk Dava dengan erat, sambil meneteskan Air mata. Menangis dalam diam dan tanpa suara tu lah sakit yang paling dalam.
"Menangislah dalam deritamu jika engkau ingin menangis, karena air mata Adalah doa di saat, engkau tak mampu bicara."
"Karena Ayah belum pulang jadi mereka merajah lelah menghina kita, tapi janji sama mas sayang, kamu tetap kuat kita jalani bersama menghadapi mereka, percayalah mas akan membuat kamu bahagia!"
Dava sangat mencinta istrinya Dinda! Begitu Dava melihat istrinya sedih, hati Dava hancur. Dava membelai rambut Dinda dengan lembut. Dava tahu bahwa hidupnya bersama istrinya dirumah ini seperti di neraka, karena hanya ayah mertua yang berpihak sama mereka, sedangkan ibu Anjani dan yang lain menolak mereka di rumah ini.
"Jangan sedih. ya sayang, ada aku yang selalu disampingmu. Sekarang kamu harus tenang dan kita tunggu kedatangan ayah besok. Kamu harus kuat dan sekarang kamu kedepan dan gabung dengan mereka disana.
Dava melepaskan pelukannya dan menyeka air mata istrinya
"Menurut mas, apakah aku harus gabung dengan mereka? Mas tidak lihat seperti apa perlakuan mereka kepada kita"?
"Gabung lah sama mereka, bagaimanapun mereka adalah keluarga"
Dinda memantapkan hatinya! dan melangkah kaki keluar dengan percaya diri untuk bergabung dengan keluarga Winata, di ruang keluarga.
"Dinda! Besok ayah pulang, ibu minta kamu tinggalkan laki-laki miskin itu! Lihat, semenjak kamu menikah denganya, hidup kamu menderita. Apa yang kamu suka dari dia Dinda"? Titah ibu Anjani.
"Maaf bu, pernikahan itu bukan mainan, jadi nikah cerai begitu saja. Saya mencintai mas Dava bu, jadi saya gak akan meninggalkan mas Dava"?
"Dinda! kamu jadi pembangkang sekarang ya, ibu lakukan ini semua demi masa depan kamu, lihat ini kak kamu suaminya anggota dewan. Dan sebentar lagi kak ipar kamu akan menjadi caleg. Sedangkan kamu dapat sampah jalanan" ucapan bu Anjani mengundang gelak tawa.
"Terserah ibu! Saya tidak peduli bu, saya dan suami tinggal disini karena permintaan Ayah. Kalau tidak kami juga tidak betah tinggal disini." ujar Dinda.
"He adik durhaka, sekarang sudah punya keberanian ya, melawan orang tua. Seharusnya kamu bersyukur karena yang dikatakan ibu itu benar. Lihat kondisi kamu saat ini seperti gembel."
Dava yang mendengar dari balik pintu sakit hati, seperti ini kah kehidupan orang kaya, yang tidak memandang rakyat jelata itu ada.
"Tunggu! Ada waktunya, saya disini karena menghargai ayah mertua. Kalau tidak aku sudah bawah Dinda pergi dari sini."
"Saya janji Dinda, saya akan berikan kebahagiaan untuk kamu. Tapi saat ini kita harus sabar, selagi ayah masih ada kita tetap terjebak ditempat ini"
"Dinda! Kalau nanti terjadi sesuatu terhadap ayah, kak pastikan kamu tidak akan dapat hak warisan. Karena kamu gak pantas berada di keluarga besar Winata."
"Jangan Sampai reputasi kak ipar kamu buruk diluar sana hanya karena, suami adik iparnya seorang rakyat jelata."
"Bu jika reputasi kak ipar buruk, itu bukan salah aku, tapi salah kak ipar, bisa jadi perlakuan buruk kak ipar diluar sana yang buat reputasinya jadi buruk, kenapa aku yang disalahkan?"
"He....jaga ucapanmu! Saya tidak perna melakukan kejahatan diluar sana, keluarga kita adalah keluarga yang terhormat. Lihat kak-kak kamu mereka adalah yang dibangakan dirumah ini, mereka berdua memiliki pencapaian besar, sedangkan kamu bisa apa"?
"Bisanya numpang tidur dan makan" Alexsa tertawa terbahak-bahak di ujung kalimat yang diucapkannya.
"Ya Allah mempukan aku, untuk tetap kuat menghadapi keluarga kejam seperti mereka! Kalau bukan karena ayah, aku tidak mungkin masih disini, lihat saja nanti aku akan membalas kalian semua termasuk ibu."
"Aku belajar diam dari banyaknya bicara, aku belajar sabar dari sebuah kemarahan. Aku belajar mengala dari suatu keegoisan, aku belajar menangis dari kebahagiaan dan aku belajar tegar dari kehilangan! Tidak masala jika aku kehilangan keluarga tidak memiliki etika dari pada aku kehilangan Suami yang baik dan sangat menyayangi aku."
Dinda kembali masuk kedalam kamarnya, ia mendapati Dava, duduk bersandar di kepala ranjang. Dinda langsung berhambur kepelukan suaminya dengan erat. Tak terasa bulir bening lolos begitu saja, membasahi pipi cantik nan putih mulus Dinda
"Sayang! Jangan menangis, mas janji! Mas akan membahagiakan kamu tapi nanti. Mas akan tunjukan kekeluarga kamu sayang kalau mas bisa membuat kamu bahagia, jadi tolong jangan menangis, mas gak suka istri mas menangis terus
*******
"Pah...apa rencana papa! Untuk berikan pelajaran kepada keluarga Winata, mama tidak tenang keluarga angkuh dan congkak itu memperlakukan anak dan memantu mama seperti itu."
"Sabar mah! Yang penting kita sudah tahu, dimana anak kita tinggal. Kalau soal berikan pelajaran. Biar anak dan menantu kita yang lakukan, papa dengar, mantu dari keluarga Winata akan ikut caleg tahun ini".
"Pah! Menurut papa Dava pulang tidak, ibu kangen"?
" Menurut papa dia tidak akan pulang, tapi semoga istrinya berhasil membujuknya agar dia mau pulang"
"Iya pah, seharusnya tadi ibu tunggu saja sampai dia datang."
"Kalau nanti dia gak pulang biar papa nyuruh Iqbal menjemputnya, mah, karena papa sudah tua jadi semua bisnis harus di alihkan atas nama Dava, karena ia penerus segala bisnis kita bu."
"Papa menyesal waktu itu mengusirnya dari rumah bu, maafin papa ya seandainya papa bisa menahan emosi mungkin dia gak pergi"
"Sudah pah, semua sudah berlalu. Jangan diingat-ingat lagi! Anak kita juga salah."
Kedua orang tua itu adalah orang terkaya nomor satu di negara ini. Mereka membicarakan putra tunggalnya yang pergi dari rumah dan tidak perna kembali, karena kesalahan yang dulu perna ia lakukan.
Sekarang kedua orang tua itu, menginginkan putranya pulang biar bisa meneruskan semua bisnisnya. Namun sampai saat ini, putra mereka gak kunjung kembali pulang, padahal sudah titip pesan lewat istrinya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 458 Episodes
Comments
Mazree Gati
baru berapa bab uda bosan terlalu bodoh di hina seneng bgt
2025-02-15
1
Astrid Gita
mamah apa ibu nih panggilannya /Grin/
2024-01-12
1
Sogol Shinko
perbaiki lagi cara penulisannya,,semangat💪
2023-11-30
0