Reyn sudah kembali sehat dan beraktivitas seperti biasa. Saat ini ia sedang bermain bersama dengan Queen di ruang duduk apartemen itu.
Ethan juga tak ke mana mana karena hari ini memang hari minggu. Ia lebih banyak diam memperhatikan interaksi antara Queen dengan Reyn.
Tringgg ....
Sebuah notifikasi masuk ke dalam ponsel milik Ethan dan pria itu langsung membacanya. Ia sedikit menautkan kedua alisnya saat membaca pesan itu.
"Reyn, apa kamu ingin bermain di luar?" tanya Ethan dengan tersenyum. Suara lembut dan senyuman Ethan saat itu mengingatkan Queen bagaimana pertama kali mereka bertemu, namun ia segera menepis semua kenangan itu dan menutupinya dengan apa yang ia rasakan belakangan ini.
"Bermain di luar? Aku mau!" Reyn sangat suka bermain di area bermain di taman apartemen.
"Ayo!" Ethan mengayunkan lengannya dan meminta Reyn untuk menggandengnya.
"Kamu ikut!" perintah Ethan pada Queen. Queen pun bangkit dan mengikuti langkah keduanya.
Saat sampai di taman apartemen, Queen menghirup udara di sana, seakan ini pertama kali ia bisa menghirup udara segar. Ia menatap ke sekeliling di mana banyak orang duduk duduk di taman yang terkesan sejuk itu. Beberapa daun yang menguning juga mulai berjatuhan.
"Bermainlah, Reyn," ucap Ethan. Queen mengikuti langkah Reyn yang berjalan menuju salah satu alat permainan di sana. Mata Ethan tak pernah lepas dari keduanya.
Ethan kembali menatap ponselnya dan berdecak kesal karena pesan yang tadi dikirimkan oleh Kai.
"Apa sebenarnya yang ia inginkan?" gumam Ethan.
Beberapa menit berselang, terdengar teriakan Reyn dari area permainan. Ethan langsung bangkit dan berjalan mendekat. Ia melihat Reyn sudah jatuh terduduk dengan Queen di sebelahnya yang membantunya untuk berdiri.
Ethan langsung mendekat dan menggendong Reyn. Ia membawanya masuk ke dalam apartemen. Queen bisa melihat tatapan tajam Ethan dan nafasnya yang memburu seakan amarahnya belum tersalurkan.
"Apa kamu tidak menjaganya dengan benar? Mengapa ia sampai terjatuh seperti itu?" tanya Ethan seakan mengintimidasi Queen. Bahkan tatapan Ethan saat ini menusuknya begitu dalam.
Belum sempat Queen menjawab, Ethan kembali berkata, "Kamu itu memang tidak pantas menjadi seorang ibu. Baru menjaganya begitu saja sudah terluka. Kemarin memasak malah memberikannya racun, lalu apa selanjutnya?"
Queen langsung menatap Ethan, "Hak apa dirimu mengatakan aku pantas atau tidak menjadi seorang ibu?"
Ethan tersenyum sinis, "Lalu apa menurutmu kamu pantas karena memiliki hak? Yang kamu lakukan hanya terus melukainya. Bahkan dulu kamu menyerahkan perawatan Reyn pada tetanggamu."
"Itu bukan urusanmu!"
"Itu memang bukan urusanku. Tapi sekarang Reyn adalah anak sambungku, maka aku juga memiliki hak atasnya. Kalau kamu memang tidak bisa menjaga dan merawatnya, maka aku akan mengambil hak asuhnya darimu," ucap Ethan sinis.
"Kamu tidak bisa melakukannya. Reyn adalah putraku," ucap Queen, meski ada keraguan di dalam hatinya karena ia memang bukan ibu kandung dari Reyn.
Ethan mengambil kotak obat dan mengobati Reyn di dalam kamar tidurnya. Ia tidak mengijinkan Queen melakukannya. Di dalam kamar, Ethan kembali merutuki Kai yang kembali menjadikan Reyn sebagai korban dari rencana mereka.
Sepertinya asisten gila itu harus mendapatkan sedikit pelajaran. - batin Ethan.
*****
Keesokan harinya,
Pletakkk
Sebuah lemparan bolpoin mendarat dengan sempurna di kepala Kai, saat asisten pribadi Ethan itu masuk ke dalam kamar hotel yang disewa oleh Ethan.
"Tuan ....," ucap Kai sambil meringis.
Mata tajam Ethan menatap Kai dan seakan menghunus hingga ke jantungnya.
"Mengapa kamu melakukan hal bodoh lagi, hah?!" teriak Ethan.
"Itu tidak bodoh, Tuan. Aku sedang membantumu mendapatkan hak asuh keponakanmu sendiri," ungkap Kai.
"Tapi tidak dengan mencelakainya, Kai," geram Ethan.
"Baiklah, maafkan aku, Tuan. Lain kali aku berjanji tak akan melakukan hal seperti itu lagi," ucap Kai.
Ethan menghela nafas kasar, ia segera kembali menumpahkan segala kekesalannya pada berkas berkas yang harus ia selesaikan. Sebenarnya ia ingin semua cepat selesai dan segera kembali ke Munich.
Meskipun jarak Augsburg dan Munich cukup dekat, tapi akan terasa aneh nanti bagi keluarganya jika ia terus bepergian ke luar kota, jadi ia mencoba menahan sebentar lagi.
"Kai! Apa kamu punya rencana yang bisa mempercepat semua ini?" tanya Ethan.
Kai terdiam dan tampak berpikir, "Aku masih memikirkannya, Tuan. Nanti kalau aku sudah mendapatkannya, aku pasti akan mengatakannya."
"Hmm ... Baiklah."
*****
Hari berganti hari dan tak ada pergerakan apapun dari Kai. Ethan merasa ia mulai membuang buang waktu karena hanya berharap dari ide Kai, asisten gilanya itu.
Ethan mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Kai. Sejak pagi setelah ia datang, asistennya itu hanya memberinya pekerjaan untuk menandatangani berkas berkas. Namun, tak ada jawaban sama sekali dari Kai.
Ia pun membuka aplikasi CCTV apartemen yang tersambung di ponselnya. Ia ingin tahu apa yang dikerjakan oleh Queen dan Reyn. Baru ia membukanya, netra matanya melihat bahwa Queen mendekati pintu masuk dan tampak Kai berada di sana.
"Apa yang dilakukannya lagi di sana? Apa dia berniat mencelakai keponakanku lagi? Tidak akan kubiarkan," gumam Ethan yang langsung keluar dari kamar hotel dan pergi menuju apartemen yang ditempatinya.
Ia melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi dan memang tak butuh waktu lama untuk sampai di apartemen. Ia langsung masuk ke dalam lift dan menuju unit apartemennya.
Matanya langsung membulat saat membuka pintu. Ia melihat Reyn sedang bermain di ruang duduk, sementara Queen dan Kai berada di ruang tamu dengan posisi yang tidak bisa ia bayangkan sebelumnya.
"Apa yang sedang kalian lakukan?!" teriak Ethan dengan tatapan tajam.
Seulas senyum tipis terukir di bibir Kai, kemudian langsung berdiri dan memeluk pinggang Queen. Wanita itu tampak risih dengan apa yang dilakukan oleh Kai dan berusaha melepaskan.
"Apa anda tidak bisa melihat bahwa kami sedang bermesraan, Tuan Ethan? Bukankah anda tidak menginginkannya, jadi biar menjadi milik saya saja," ungkap Kai.
"Kai!" teriak Ethan yang amarahnya sampai di ubun ubun saat mendengar ucapan asistennya itu.
Nafas Ethan seakan memburu. Ia menatap keduanya dengan marah, kemudian langsung keluar dan membanting pintu apartemen dengan kasar.
Kai yang melihat itu hanya tersenyum, kemudian langsung melepaskan tangannya dari pinggang Queen.
Tinggal selangkah lagi. - batin Kai.
Sementara Queen langsung melangkah pergi saat Kai melepaskan pegangannya. Ia merasakan tangannya terluka, karena sejak tadi Kai mengancamnya dengan menggunakan sebuah pisau kecil di belakang tubuhnya. Ia langsung membawa Reyn yang sedang bermain di ruang duduk dan mengajaknya ke dalam kamar.
🧡 🧡 🧡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
RossyNara
ternyata pangkat nggak menjamin kepintaran Kai bodoh tapi Ethan Kevin bodoh lagi
2025-01-30
0
Yunerty Blessa
jangan² tempat permainan pun kalian sengaja rosakkan 😏
2024-12-11
0
Yunerty Blessa
kasian Queen hidup nya terseksa
2024-12-11
0