20. Ungkapan hati

Calvin baru sampai di rumah pada malam hari, rumah tampak begitu sepi. Pria itu pun segera naik ke lantai atas menuju kamarnya. Begitu dia masuk ke dalam kamar, tidak ada siapa pun di sana. Bahkan ranjang pun masih terlihat rapi. Calvin mencoba mencari sang istri di kamar mandi. Namun, tidak ada siapa pun di sana.

Saat melihat balkon, ternyata pintunya terbuka, dia yakin jika Zakira ada di sana. Segera pria itu melihatnya dan benar saja memang ada sang istri. Calvin segera membuka jas yang dipakai dan memakaikan di pundak Zakira, membuat wanita itu sedikit terkejut karena tidak menyadari siapa pun masuk ke dalam kamarnya.

"Angin malam tidak baik untuk kesehatan," tegur Calvin dan ikut berdiri di samping sang istri.

"Tidak apa-apa, aku juga di sini hanya sebentar, aku sedang bosan saja di dalam kamar jadi, ingin melihat keadaan sekitar. Apakah kamu sudah makan? Biar aku siapkan," sahut Zakira yang sekaligus memberi pertanyaan.

"Tidak perlu, sudah ada bibi yang menyiapkan semuanya, biar nanti saja aku makannya. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan."

Tiba-tiba saja suara Calvin menjadi dingin dan suasana mendadak berubah menjadi serius. Zakira menyadari pasti apa yang dikatakan sang suami ini sangat penting. Mungkin tentang Nadin dan kandungannya atau tentang wanita lain yang ada di hati pria itu. Berbagai pemikiran buruk hadir mengisi kepalanya.

Zakira tidak tahu harus bagaimana nanti jika sang suami benar-benar akan meninggalkannya. Entah sadar atau tidak dirinya sudah mulai terikat dengan pria itu. Sebagai seorang istri dia tidak rela jika pernikahan ini kandas begitu saja, tetapi jika dimadu pun wanita itu lebih tidak rela.

Melihat keterdiaman sang istri, membuat Calvin ragu. Mungkinkah dia harus mengatakan yang sejujurnya. Akan tetapi, pria itu tidak mungkin juga menyimpan semua ini seterusnya. Calvin menarik napas dalam-dalam, Dia memutuskan akan mengatakan yang sejujurnya, terserah nanti bagaimana Zakira menanggapinya atau tidak.

"Aku tidak tahu pernikahan seperti apa yang kamu inginkan. Aku hanya ingin mengatakan, dalam hatiku aku hanya ingin menjadi milikmu saat ini, nanti dan seterusnya."

Zakira menolehkan kepalanya dengan mengerutkan kening antara yakin dan tidak dengan apa yang dia dengar. Wanita itu sangat terkejut, apakah sang suami benar-benar mengatakan hal itu atau hanya bualan semata.

"Ma–maksud kamu apa? Aku sama sekali tidak mengerti."

Calvin menghadap ke arah sang istri. Dia juga menghadapkan tubuh Zakira agar melihat ke arahnya dan meletakkan kedua tangan di masing-masing sisi lengan istrinya. Kedua mata mereka saling berpandangan, jantung keduanya pun berdetak lebih cepat. Namun, sebisa mungkin mereka menutupinya entah karena gengsi atau karena hal lainnya.

"Aku tidak tahu pernikahan seperti apa yang kamu inginkan, kita memang menikah atas perjodohan, tapi jauh di lubuk hatiku yang paling dalam, aku sudah mulai nyaman dengan ikatan ini. Aku juga tidak pernah bermaksud untuk mempermainkan sebuah pernikahan. Aku berharap agar pernikahan kita bisa langgeng selamanya. Aku ingin menghabiskan masa tuaku bersama denganmu, hidup bahagia memiliki anak dan membesarkan mereka dengan penuh kasih sayang. Entah kenapa akhir-akhir ini aku sering sekali membayangkan hal seperti itu dan aku ingin mewujudkannya," ucap Calvin dengan tersenyum. Namun, matanya berkaca-kaca.

Pria itu sungguh sangat berharap dengan masa depan yang seperti keinginannya. Andai saja dia bisa mengatur masa depan, pasti sudah dirangkainya dengan seindah mungkin.

"Mas, apa kamu benar-benar menginginkan hal itu? Bukan karena keadaan atau paksaan, kan?" Zakira ingin memastikan apa yang dia dengar.

Dia tidak ingin salah mengambil keputusan. Dalam hati wanita itu merasa bahagia karena dia juga mengharapkan seperti yang dikatakan sang suami. Bayangan masa depan indah ada di depan mata, Zakira berharap itu akan menjadi kenyataan bukan hanya bayangan semu. Calvin mengerti keraguan sang istri, mengingat bagaimana pernikahan mereka terjadi.

"Aku mengatakan sejujurnya. Apa yang aku rasakan bukan sebuah kebohongan, tapi aku tidak akan memaksamu untuk menerimanya. Kamu bebas menentukan pilihan mau menerimaku atau tidak."

Zakira segera memeluk sang suami, dia tidak menyangka akan mendengar itu dari bibir Calvin, pria yang selama ini dianggap dingin dan kejam. Nyatanya sekarang bisa berkata begitu manis. Wanita itu tidak tahu apa kalimat tadi terdengar romantis atau tidak, tetapi yang penting bagi Zakira saat ini setiap kata yang terucap dari bibir pria itu, tengah menyentuh relung hatinya yang paling dalam.

Kemeja Calvin terasa basah dengan air mata Zakira. Namun, pria itu sama sekali tidak keberatan. Yang jadi pertanyaannya sekarang adalah istrinya itu bahagia atau tidak. Belum ada kata-kata yang terucap dari bibirnya dan dia hanya bisa menunggu sampai keadaan tenang. Hingga akhirnya wanita itu mengurai pelukan dan menatap wajah sang suami.

"Aku juga menginginkan anak, sama seperti keinginanmu, Mas. Aku ingin rumah tangga kita bahagia hingga akhir usia. Aku juga ingin membangun rumah tangga yang bahagia bersama denganmu."

"Benarkah? Jadi kamu juga mencintaiku? Berarti cintaku tidak bertepuk sebelah tangan?" tanya Calvin dengan wajah berbinar.

Zakira hanya mengangguk sebagai jawaban. Calvin kembali memeluk sang istri, kali ini bahkan lebih kuat lagi. Dia melakukan itu karena ingin meluapkan perasaannya yang begitu bahagia, sampai tidak menyadari jika sang istri di tengah kesakitan.

"Mas, jangan terlalu erat memeluknya," ucap Zakira pelan yang membuat Calvin segera mengurai pelukannya.

"Maaf, maaf, aku tidak bermaksud untuk menyakitimu. Aku tadi hanya terlalu bahagia saja." Calvin tampak merasa bersalah dengan apa yang dilakukan tadi.

Zakira tersenyum dan berkata, "Aku mengerti, Mas. Aku juga bahagia karena akhirnya aku bisa bersamamu selamanya."

Keduanya tersenyum, tidak menyangka kebahagiaan akhirnya datang di kehidupan mereka. Semoga kebahagiaan ini abadi hingga tua bahkan sampai ajal menjemput. Tiba-tiba saja senyum di wajah Zakira surut, dia teringat dengan wanita yang bernama Nadin. Zakira pun segera bertanya pada sang suami.

"Lalu bagaimana dengan Nadin? Dia sedang hamil anak kamu."

"Jangan terlalu memikirkannya, yang ada dalam kandungannya itu bukan anakku."

"Terus kenapa Nadin mengatakan seperti itu?" Zakira mengerutkan keningnya karena tidak mengerti.

"Mungkin dia sedang mengigau. Kamu tahu sendiri kalau aku sudah lima tahun tidak bertemu dengannya. Bagaimana bisa Nadin hamil anakku? Itu sangat tidak masuk akal. Orang b*d*h saja pasti sangat mengerti."

"Kenapa selama ini kamu diam saja? Kenapa tidak melawannya?"

"Bagaimanapun juga Nadin itu seorang wanita, aku tidak ingin mencemarkan nama baiknya. Biarlah dia berkata yang tidak-tidak tentangku, nanti kalau lelah juga akan berhenti sendiri. Semakin kita menanggapi, dia akan semakin ngelunjak."

.

Terpopuler

Comments

Nany Setyarsi

Nany Setyarsi

cinta berbalas Calvin dan zakira

2023-03-19

0

Reni Anjarwani

Reni Anjarwani

lanjut thor semanggat up yg banyak thor

2023-03-14

0

Novvi

Novvi

next yaa thor🙏🥺

2023-03-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!