"Ini surat perjanjian yang diminta oleh Tuan Gunawan. Silakan Anda pelajari terlebih dahulu, sebelum mendatangani. Jangan sampai ada yang tertinggal karena Tuan Gunawan tidak ingin Anda menuntutnya di kemudian hari," ucap seorang pengacara pada Fadli.
Pria itu pun segera membaca surat yang ada di tangannya. Mita yang ada di samping pun ikut membaca juga, sementara Zakira yang ada di sana hanya bisa berdoa agar kedua orang tuanya mau berbaik hati dan menolak semua yang diinginkan oleh Tuhan Gunawan. Namun, sepertinya itu hanya angan semata karena kedua orang tuanya, akhirnya setuju dengan permintaan Tuhan Gunawan.
Setelah dirasa semuanya cukup, Fadli pun mengiyakan dan menandatanganinya begitu saja. Tidak lupa juga pengacara memberikan sertifikat rumah dan juga bukti pembayaran hutang mereka yang sudah lunas. Fadli dan Mita merasa senang karena akhirnya mereka bisa bebas dari hutang dan penjara. Meskipun dalam hati ada rasa bersalah terhadap putrinya.
Setelah semuanya selesai, orang kepercayaan Tuhan Gunawan membawa Zakira pergi dari rumah itu. Tidak ada kata perpisahan antara gadis itu dan kedua orang tuanya. Orang-orang suruhan Tuan Gunawan segera membawa pergi Zakira. Gadis itu hanya mengikuti dan tidak lagi mempertanyakan dirinya akan dibawa ke mana.
Hal itu karena dia sudah cukup sakit hati dengan apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya. Mungkin memang jalan yang terbaik yang harus Zakira lalui. Perjalanan yang ditempuh cukup lama, hingga akhirnya mobil memasuki sebuah halaman yang sangat luas. Rumahnya pun begitu besar. Untuk sejenak Zakira begitu kagum dengan bangunan itu.
Rumah yang begitu besar dan begitu asri dengan banyak tanaman yang ada di sekitar. Dia yakin penghuninya pasti betah tinggal di tempat ini. Apalagi tamannya begitu luas, bisa melakukan apa pun di sini.
"Silahkan masuk, Nona," ucap pengawal membuyarkan lamunan Zakira.
Gadis itu pun mulai melangkahkan kaki, dia mencoba untuk berdamai dengan hatinya dan akan menerima apa pun nanti yang akan terjadi. Kalaupun dirinya memang harus menjadi istri kedua, tidak pa-pa karena Tuan Gunawan sendiri sudah menepati janjinya dengan memberikan rumah, serta melunasi hutang-hutang papanya. Zakira teringat kata papanya mengenai Tuan Gunawan yang sudah memiliki istri. Entah apa yang akan dilakukan oleh istri Pak Gunawan nanti saat melihat dirinya.
"Selamat pagi, Tuan. Saya sudah membawa Nona Zakira," sapa pengawal yang datang bersama dengan Zakira.
Ucapan pengawal tadi seketika membuat Zakira menegakkan kepalanya. Terlihat Tuan Gunawan duduk di sofa ruang tamu bersama dengan seorang wanita yang seusia mamanya, terlihat lebih cantik dan elegan. Gadis itu menundukkan sedikit kepalanya ke arah Tuan Gunawan dan istrinya. Tiba-tiba saja tubuhnya mengeluarkan keringat dingin, dia takut jika istri Tuan Gunawan akan marah padanya karena tahu jika sang suami akan menikahinya.
"Oh, jadi ini gadis pilihan Papa?" tanya Sekar—istri Gunawan—yang diangguki oleh Tuan Gunawan.
Wanita itu pun mendekati Zakira yang berdiri sedikit jauh dari mereka. Dilihatnya gadis di depannya dari ujung kepala hingga ujung kaki, ternyata suaminya memang tidak salah pilih. Dia pun menyunggingkan senyum, yang justru semakin membuat Zakira ketakutan.
"Selamat siang, kamu yang namanya Zakira?" tanya Sekar yang diangguki oleh Zakira. "Kamu cantik sekali, saya yakin kalau kamu pasti bisa menjadi istri Calvin dan kamu pasti bisa menaklukkan dia."
"Istri Calvin?" ulang Zakira yang tidak tahu siapa itu Calvin.
"Dia anak saya, nanti kamu juga akan mengenalnya," jawab Sekar dengan tersenyum.
"Jadi saya akan dinikahkan dengan anak Anda? Bukan dengan Tuan Gunawan?" tanya Zakira yang terlihat seperti orang b***h.
Sekar melongo, dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Zakira. Mana mungkin dia membiarkan wanita lain menikah dengan suaminya. Saat wanita itu akan menyela ucapan Zakira, Tuan Gunawan yang masih duduk di sofa tertawa terbahak-bahak Mendengar hal itu. Tentu saja Sekar menatap sama suami dengan pandangan intens. Pasti pria itu mengerjai calon menantunya.
"Papa nggak bilang sama mereka kalau Zakira akan menikah dengan Calvin?" tanya Sekar.
"Aku mana sempat bicara seperti itu, Ma. Aku cuma bilang kalau Zakira harus diserahkan padaku karena memang seperti itu kenyatannya. Aku tidak mengatakan apa-apa tentang pernikahan. Mereka saja yang berpikir terlalu jauh, berpikir jika Zakira akan kunikahi," jawab Gunawan setelah tawanya reda.
Dalam hati Zakira merasa lega karena dirinya tidak harus menikah adalah seorang yang lebih tua dari dirinya. Akan tetapi, masih ada ketakutan lain dalam dirinya. Bagaimanakah rupa dari calon suaminya yang ternyata anak dari Tuan Gunawan. Dilihat dari kedua orang tuanya, pasti pria itu tampan lalu, bagaimana kepribadiannya.
"Zakira, maafkan suami saya. Dia memang orang yang suka usil. Nanti saya akan memperkenalkan kamu dengan Calvin, semoga kalian nanti cocok. Pesta pernikahan akan dilakukan satu minggu lagi jadi, kamu juga harus mempersiapkan diri."
"Satu minggu lagi? Cepat sekali!"
"Semakin cepat semakin baik kalau tidak, anak saya itu pasti akan melarikan diri jadi, lebih baik disegerakan."
Zakira hanya bisa mengangguk, ternyata anak dari Tuan Gunawan juga sama seperti dirinya, menolak pernikahan ini. Bedanya anak Tuan Gunawan memiliki kekuatan untuk menolak, sementara dirinya yang sudah dibeli tidak berhak melakukan apa pun. Dia hanya bisa menuruti saja. Dalam hati gadis itu berdoa agar anaknya Tuan Gunawan benar-benar pergi sebelum acara pernikahan itu dilangsungkan. Sekar memanggil asisten rumah tangga dan memintanya mengantarkan Zakira ke kamar.
"Terima kasih," ucap Zakira begitu sampai di kamarnya.
"Sama-sama, Neng. Nanti kalau butuh sesuatu, panggil saja Bibi."
Zakira mengangguk dan memasuki kamar tersebut, sementara ART tadi kembali ke belakang.
"Bagaimana menurut Mama?" tanya Gunawan pada sang istri, saat Zakira sudah tidak terlihat.
"Mama masih belum tahu karakternya, Pa. Mama mana bisa menilai begitu saja."
"Bukankah Kemarin Papa sudah memberitahu semuanya? Mama juga sudah membaca biodata dan yang lainnya tentang Zakira, apa masih ada yang kurang?"
"Meskipun Papa sudah memberitahu semuanya, tetap saja Mama ingin melihat sendiri secara langsung. Mama tidak ingin salah memilih pasangan untuk Calvin."
Gunawan mengangguk, dia juga mengerti perasaan sang istri dan tidak memaksa lagi. "Terserah Mama saja, kalau memang Mama tidak setuju, kita bisa mengembalikan dia pada keluarganya."
"Kita tunggu saja sampai satu minggu kedepan, mudah-mudahan dia tidak mengecewakan."
"Papa yakin dia tidak akan mengecewakan," sahut Gunawan dengan begitu yakin.
"Iya, asal jangan Papa yang menikahinya," sahut Sekar dengan cemberut.
Seketika membuat Gunawan kembali terkekeh, dia pun mencoba untuk membela diri. "Mama ini, tadi sudah Papa jelaskan kalau mereka saja yang salah paham, bukan Papa."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Nany Setyarsi
semoga di Calvin ini gk jahat dan gk tengil ya
2023-02-07
1