"Tidak apa-apa, aku hanya ingin mencucinya," jawab Zakira tanpa melihat ke arah sang suami.
Calvin merasa aneh dengan sikap Zakira. Padahal tadi di hotel pria itu merasa sikap istrinya biasa saja, tetapi kenapa saat di rumah justru berbeda. Apa mungkin ini ada hubungannya dengan baju Zakira tadi. Setelah diingat-ingat, memang sikap wanita itu berubah setelah masuk rumah.
Calvin mengerti mungkin tadi perkataannya pada sang mama melukai hati wanita itu, tetapi sungguh dia tidak ada maksud seperti itu. Dia hanya belum terbiasa berbagi dengan istrinya. Pria itu ingin menjelaskan. Namun, dirinya urungkan kembali, Calvin terlalu gengsi harus menjelaskan sesuatu yang menurutnya tidak salah.
Pria itu pun memutuskan untuk kembali ke kamar dan beristirahat. Saat akan merebahkan tubuhnya, ponsel yang ada di saku berdering. Tertera nama sang asisten di sana. Sebenarnya dia sangat malas mengurusi pekerjaan hari ini, tetapi dirinya juga tidak mungkin mengabaikan pekerjaannya begitu saja.
"Iya, ada apa, Irfan? Aku masih mau ambil cuti, kenapa menggangguku? Aku sudah menyerahkan semuanya padamu."
"Maaf, Tuan, tapi di sini ada Nona Nadin. Dia mencari terus Anda, padahal saya sudah bilang jika Anda sedang mengambil cuti," jawab Irfan membuat Calvin melebarkan matanya. Bagaimana bisa wanita itu datang lagi, setelah apa yang dilakukan terhadap dirinya. Apakah Nadin tidak punya malu melakukan semua itu.
"Kenapa kamu tidak mengusirnya saja?" Calvin kesal karena Irfan sepertinya tidak bisa mengatasi masalah seperti itu.
"Dia tidak mau, Tuan. Dia ingin bertemu dengan Anda."
"Apa yang dia inginkan?"
"Saya sudah mencoba untuk bertanya padanya, tapi dia tetap tidak mau dan ingin bertemu dengan Anda secara langsung. Dia juga berkata akan menunggu Anda di sini sampai kapan pun, hingga anda datang."
Calvin berdecak kesal, hari ini dia ingin beristirahat dengan tenang, tetapi sepertinya mantan kekasihnya itu tidak akan mau pergi begitu saja. Pria itu sangat mengenal Nadine, apa yang diinginkan pasti akan diusahakan untuk mendapatkannya.
"Kamu tunggu saja di sana. Aku akan segera pergi ke kantor."
"Baik, Tuan. Saya akan menunggu."
Calvin beranjak dari ranjang dan mengganti pakaiannya. Setelah itu dia pergi begitu saja, tanpa berpamitan pada Zakira maupun mamanya. Lagi-lagi pria itu bersikap seenaknya tanpa memikirkan orang lain. Calvin mengendarai mobilnya menuju perusahaan.
Hingga tidak berapa lama, dia sampai juga di perusahaan. Para pegawai menundukkan kepala melihat kedatangan Calvin. Pria itu memang sudah ditunjuk oleh papanya untuk memimpin perusahaan ini, sementara Tuan Gunawan lebih memilih mengurus restoran bersama dengan sang istri.
"Selamat siang, Tuan. Maaf mengganggu waktu Anda," ucap Irfan dengan menundukkan kepala.
Dia sungguh merasa bersalah karena sangat tahu jika atasannya ini pasti sangat lelah dengan pesta pernikahannya kemarin, tetapi dengan tidak berperasaan meminta Calvin untuk datang. Dilihat dari wajahnya saja sudah terlihat sangat lelah.
"Tidak masalah, di mana dia?" tanya Calvin dengan terus melangkah menuju ruangannya.
"Ada di dalam, Tuan. Saya tadi memintanya untuk menunggu di luar saja, tetapi dia menerobos ke dalam."
"Dengan wanita saja kamu kalah, bagaimana kamu akan menghadapi musuh kita?" Calvin berdecih sinis, membuat Irfan merasa terpojok.
"Maaf, Tuan."
"Kamu ikut aku masuk ke dalam. Aku tidak ingin ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi."
Calvin memang selalu bersikap dingin pada siapa pun, tetapi dia juga bisa sangat hangat pada orang yang benar dirinya cintai. Begitu juga jika dikhianati, maka sampai kapan pun Calvin tidak akan pernah muda luluh.
"Baik, Tuan," sahut Irfan yang kemudian mengikuti atasannya. Dia sudah membuat Calvin kecewa jadi, sekarang dirinya akan mengikuti perintah atasannya apa pun itu.
Nadin yang mendengar suara pintu terbuka segera melihat ke arah pintu. Dia mengulas senyum saat mendapati Calvin masuk dengan begitu berwibawa. Usahanya ternyata membuahkan hasil, tidak susah membuat pria itu datang. Nadin sangat tahu jika di hati Calvin pasti masih mencintainya.
"Halo, Sayang, apa kabar? Sudah lama tidak bertemu," sapa Nadin yang bergerak mendekatinya, tetapi Calvin menghindar dan memilih duduk di sofa tunggal. Hal itu tentu saja membuat wanita tersebut kecewa.
"Kabarku baik, sekarang katakan apa yang kamu inginkan?" tanya Calvin yang sengaja tidak ingin berlama-lama dengan Nadin. Dia tidak mau nanti malah akan semakin membuatnya marah. Dirinya masih menghargai wanita itu sebagai mantan kekasih jadi, sebaiknya wanita itu segera pergi, itu juga demi kebaikan bersama.
"Kenapa kamu berubah, Sayang? Aku ke sini untuk bertemu kamu, aku sangat rindu sama kamu. Apa kamu tidak merindukanku sama sekali?" Nadin berusaha meraih simpati Calvin dengan berpura-pura terluka.
"Rindu? Apa kamu sedang bermimpi? Apa pria itu kurang memuaskanmu?" Calvin memang sengaja mengejek mantan kekasihnya itu.
Nadin mengepalkan tangannya, dia tidak menyangka jika ucapan Calvin begitu tajam terhadapnya. Padahal dirinya berharap jika pria itu masih mencintainya dan mau menerima kedatangannya dengan tangan terbuka. Apalagi wanita itu juga masih sangat berharap bisa kembali. Nadin mengakui jika sebelumnya dia bersalah karena lebih mementingkan kesenangannya sesaat, daripada bersama dengan Calvin.
Sekarang dirinya menyesal karena sudah menyia-nyiakan orang yang selama ini sudah sangat baik padanya. Calvin dan Nadin memang sebelumnya pernah menjalin hubungan. Mereka putus karena wanita itu ketahuan selingkuh. Saat itu Calvin sangat marah besar, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa.
Dia juga tidak mungkin menyakiti wanita dam lebih memilih pergi dari kehidupan Nadin. Biarlah mantan kekasihnya bahagia dengan selingkuhannya, tanpa harus bersembunyi dari dirinya. Calvin juga ingin bahagia tanpa seorang penghianat. Sekarang saat mendengarkan kedatangan wanita itu di perusahaannya, dia yakin bahwa tidak ada yang baik-baik saja dalam kehidupan wanita itu. Pasti Nadin memiliki tujuan tertentu dan dirinya harus waspada.
"Sudah tidak ada yang ingin kamu bicarakan, kan? Sebaiknya kamu pergi dari perusahaanku, aku masih ada kerjaan yang harus aku selesaikan."
"Kesibukan apa? Kesibukan bersama dengan istri barumu itu?" Kenapa kamu tega menikah dengan wanita lain dan meninggalkan aku begitu saja. Apa sudah tidak ada cinta lagi untukku?" tanya Nadin dengan mata berkaca-kaca, dia masih berusaha mengambil simpati dari Calvin. Wanita itu yakin jika mantan kekasihnya akan luluh.
"Kamu bertanya soal cinta? Kamu lucu sekali, bukankah kamu sudah mendapatkan cinta dari selingkuhanmu itu? Kenapa sekarang masih membicarakan cinta denganku? Di antara kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi jadi, sebaiknya kamu pergi dari kehidupanku. Aku juga sudah muak melihat wajahmu. Kamu kira aku akan luluh melihat kamu bersedih? Jangan harap! Aku sudah sangat tahu kebusukanmu jadi, percuma kamu bersikap sok manis di depanku. Tidak ada pengaruhnya sama sekali."
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Hafifah Hafifah
bagus g ada tempat untuk yg namanya mantan apalagi simantan tukang selingkuh.jangan lagi tergoda lebih baik tergoda ama istri sendiri itu lebih baik
2023-02-18
1