18. Kekecewaan Mama Sekar

Saat ini di ruang keluarga, Mama Sekar dan Zakira hanya berdiam diri. Tidak ada satu kata pun yang terucap setelah kepergian Nadin. Keduanya sedang sibuk dalam pikiran masing-masing. Entah mereka bingung harus bagaimana. Sesekali Mama Sekar membuang napas kasar, hingga akhirnya wanita itu pun bertanya pada sang menantu.

"Za, Mama mau tanya, apa yang akan kamu lakukan, kalau yang dikatakan Nadin tadi benar?" tanya Mama Sekar dengan menatap wajah Zakira. Dia ingin mendengar kejujuran dari bibir menantunya.

"Sejujurnya aku tidak pernah mengharapkan poligami dalam rumah tanggaku, Ma, tapi kembali lagi, kehadiranku di rumah ini karena aku sudah dibeli oleh Tuan Gunawan. Walau sesakit apa pun kehidupan yang aku jalani sekarang, aku akan menerimanya. Tubuhku bukan lagi milikku sepenuhnya." Zakira berusaha tegar meski ada kegetiran dalam suaranya.

"Kenapa kamu bicara seperti itu? Kamu sangat tahu jika Papa Gunawan tidak pernah bermaksud seperti itu. Dia hanya ingin kamu menikah dengan Calvin, itu saja. Kami tidak pernah bermaksud untuk membelimu jadi, kamu jangan merasa terbebani dengan semuanya."

Zakira tersenyum, dia sebenarnya juga merasa seperti itu, tetapi wanita itu juga sadar diri siapa dirinya. Tidak mungkin bersikap seenaknya saja. Akan tetapi, apa yang dikatakannya tadi bukan hanya omong kosong. Zakira akan tetap bertahan meskipun Calvin menduakannya, kecuali jika pria itu sendiri yang memintanya pergi, maka dia akan menyerah dengan rumah tangga ini. Akan tetapi, tetap saja wanita itu akan berusaha untuk bersama sang suami seperti perjanjiannya dengan sang mertua.

"Aku sangat bersyukur bisa kenal dengan Mama, yang selalu memperlakukanku seperti anak sendiri, disaat aku sudah mulai kehilangan kasih sayang orang tua. Terima kasih, Ma."

Tanpa sadar air mata menetes di kedua pipi Zakira, dia sudah tidak sanggup lagi mengatakan apa yang dia rasakan. Ini bukan air mata kesedihan, tetapi kebahagiaan karena wanita itu bisa merasa dicintai dan dibutuhkan.

"Kamu memang putriku, sampai kapan pun kamu tetap anak perempuanku. Meskipun Calvin tidak pernah menganggap keberadaanmu, tapi Mama sudah mulai menyayangimu. Entah bagaimana rumah tanggamu kelak, kamu selamanya akan tetap menjadi putri Mama. Apa pun yang kamu rasakan dan apa pun yang kamu inginkan, katakan saja karena Mama adalah mama kamu."

Zakira segera memeluk sang mertua tanpa mengatakan apa pun. Beribu rasa syukur dia ucapkan. Tuhan begitu baik padanya, hingga mengirim mertua sebaik Mama Sekar. Sebelumnya wanita itu berpikir akan menerima siksaan saat tahu Papa Gunawan membelinya, tetapi kini malah sebaliknya.

"Ma, ada apa? Kenapa Mama memintaku pulang cepat dan Zakira juga, kenapa kamu menangis?" tanya Calvin yang baru saja datang.

Pria itu terlihat seperti kebingungan. Tadi di kantor mamanya tiba-tiba mengirim pesan agar dirinya segera pulang. Ada sesuatu yang terjadi di rumah, tetapi saat sampai justru dia melihat istrinya sedang menangis dalam pelukan Mama Sekar. Calvin tidak tahu ada kejadian apa dan harus bagaimana.

Zakira yang mendengar suara sang suami segera mengurai pelukannya dan menghapus air mata yang sudah membasahi pipi. Mama Sekar menatap putranya dengan rasa kecewa. Calvin juga bisa melihat itu, tetapi dia berusaha untuk tenang agar emosinya tidak terpancing.

"Duduklah! Ada sesuatu yang ingin Mama tanyakan dan Mama harap kamu mengatakannya dengan jujur," ucap Mama Sekar dengan nada datar.

Tanpa banyak bertanya Calvin menuruti perintahmamanya. Dia hanya diam dan semakin bingung dengan situasi sekarang. Entah kenapa pria itu merasa ada sesuatu yang membuat mamanya itu kecewa. Apalagi tadi Calvin melihat istrinya menangis, pasti ini sesuatu yang besar.

"Tanyakan saja, Ma. Kalau memang aku bisa jujur, akan aku katakan."

"Tadi Nadin ke sini, dia datang untuk meminta pertanggungjawaban darimu dan Mama harap kamu menjawabnya dengan jujur. Apa benar dia tengah hamil anak kamu?"

Calvin pun melototkan matanya. Dia tidak menyangka jika Nadin akan benar-benar mendatangi rumah dan meminta pertanggungjawaban atas apa yang bukan miliknya. Ingin sekali pria itu mendatangi mantan kekasihnya dan membuat perhitungan. Akan tetapi, Calvin bukanlah pria pengecut yang bisa membuat ulah dengan wanita.

Dia menarik napas dalam-dalam dan menjawab, "Ma, aku memang pernah menjalin hubungan dengan Nadin, tapi aku yakin jika anak yang ada dalam kandungan Nadin itu bukan anakku. Sudah sangat lama kami tidak pernah bertemu, apalagi melakukan hubungan."

Mama Sekar terkejut, hingga tangannya juga ikut bergetar. "Ja–jaadi kamu benar sudah melakukan hal di luar batas bersama dengan Nadin?" tanya Mama Sekar lagi dengan pandangan kecewa.

Selama ini dia mengira putranya adalah laki-laki baik, yang tidak akan pernah merendahkan seorang wanita dengan melakukan hal seperti itu. Akan tetapi, kenyataannya malah berbanding terbalik. Mama Sekar merasa gagal sebagai seorang ibu. Andai saja dirinya lebih tegas pada sang putra, pasti tidak akan seperti ini.

"Maafkan aku, Ma. Saat itu aku ... aku ...."

Calvin bingung harus mengatakan apa. Jika dia jujur maka bisa pastikan mamanya akan lebih marah lagi, tetapi kalau dia hanya diam, maka fitnah akan disematkan pada dirinya.

"Kenapa tidak diteruskan? Memangnya ada apa denganmu? Mama tidak ingin ada kebohongan lagi jadi, tolong katakan yang sejujurnya."

Calvin memejamkan matanya sejenak dan dia akan menerima apa pun yang akan mamanya lakukan, termasuk jika kebencian dari wanita yang sudah melahirkannya. Calvin memutuskan tidak ingin ada kebohongan lagi yang nantinya malah akan menghancurkannya.

"Sebenarnya saat itu aku dalam pengaruh alkohol hingga tidak sadar dengan apa yang sudah aku lakukan," jawab Calvin pelan dengan menundukkan kepalanya.

"Apa! Jadi selain kamu berzina kamu juga telah meminum minuman haram? Astaghfirullah! Apa selama ini Mama kurang dalam mendidikmu, hingga kamu sampai lepas kendali seperti itu? Apa kesalahan Mama sampai kamu bisa seperti ini? Seharusnya kamu tahu apa pun yang kamu lakukan semuanya masih tanggung jawab Mama."

Mama Sekar menangis karena merasa hancur. Dia tidak percaya kalau putranya telah tega berbuat demikian Tadinya saat Nadin datang untuk meminta pertanggungjawaban, wanita itu yakin seratus persen bahwa Calvin bukanlah pria seperti itu. Sekarang mendengar apa yang keluar dari mulut putranya, kepercayaan yang begitu besar hilang begitu saja. Entah bagaimana nanti dirinya nanti mempertanggungjawabkan segala kesalahan putranya.

"Maafkan Calvin, Ma. Aku benar-benar tidak bermaksud seperti itu. Saat itu aku benar-benar tidak sadar."

"Terserah padamu, Mama sudah tidak lagi peduli dengan apa yang akan kamu lakukan. Mama sudah lelah, terserah kamu mau apa, tapi jangan sakiti Zakira, dia putri Mama. Hanya dia yang bisa Mama percaya saat ini dan Mama tidak rela jika dia harus tersakiti atas apa yang tidak pernah dia lakukan."

Setelah berkata demikian Mama Sekar beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kamar. Rasa kecewanya pada sang putra sungguh begitu besar, dia perlu menenangkan diri agar tidak terbawa emosi.

"Zakira, kamu harus percaya kalau apa yang dikatakan Nadine itu tidak benar. Percayalah padaku!"

"Hal itu benar atau tidak, memang apa pengaruhnya padaku, Mas? Pernikahan kita hanyalah sebuah perjanjian jadi, kamu memiliki hubungan dengan siapa pun tidak ada hubungannya denganku. Aku juga tidak berhak melarangnya."

Zakira berusaha untuk tetap kuat meski hatinya menangis, sebisa mungkin dia akan terlihat tegar di hadapan sang suami.

Calvin yang mendengar apa yang istrinya katakan merasa sakit hati. Padahal itu semua benar, tetapi kenapa hatinya merasa terluka. Entah perasaan apa ini, satu hal yang pasti, pria itu tidak ingin Zakira pergi meninggalkannya. Rumah ini terasa hidup setelah kedatangan wanita itu.

Dia tidak ingin kembali seperti sebelumnya. Untuk mengembalikan semua seperti semula, Calvin harus mendatangi Nadin dan meminta wanita berkata sejujurnya. Pria itu tidak ingin mendapat hukuman atas apa yang tidak diperbuat.

Zakira pergi meninggalkan sang suami yang masih mematung di tempatnya. Dia juga perlu waktu untuk menenangkan pikirannya. Bibirnya memang berkata tidak peduli, tetapi hatinya benar-benar terluka.

Terpopuler

Comments

Tiwik Firdaus

Tiwik Firdaus

katanya diawal diselidiki asistennya dan ternyata dijebak kok sekarang beda cerita di bab ini

2023-04-05

0

Wiwin Anwar

Wiwin Anwar

aku ampe lupa jalan cerita nya

2023-03-12

0

Hafifah Hafifah

Hafifah Hafifah

katanya udah lama putus kok bisa hamil ama calvin sih

2023-03-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!