"Tuan, apa rencana Anda selanjutnya? Saya yakin jika Nona Nadin tidak akan melepaskan Anda begitu saja, pasti dia sudah membuat rencana untuk menjerat Anda," ucap Irfan pada atasannya.
"Iya, kamu benar dia memang tidak akan tinggal diam begitu saja. Perintahkan seseorang untuk mengawasi gerak-geriknya. Laporkan setiap apa saja kegiatannya, jangan sampai ada yang terlewat, apalagi kalau sampai dia melakukan sesuatu yang merugikanku," sahut Calvin dengan nada datar, dia sudah sangat geram dengan tingkah Nadin. Hubungan mereka sudah berakhir, tetapi wanita itu sepertinya enggan melepaskannya.
"Tentu, Tuan. Saya akan melaksanakan perintah Anda."
Calvin pun meminta Irfan untuk pergi, pria itu terdiam dengan berdiri di dekat jendela dan memandangi gedung yang tinggi menjulang. Dia jadi kepikiran mengenai sikap Zakira tadi, padahal dirinya sudah berusaha untuk mengenyahkan semuanya, tetapi tetap saja bayangan wajah sedih sang istri selalu melintas di depannya.
"Aku tidak tahu pernikahan macam apa yang sedang berjalan, tetapi setiap kali aku melihatmu sedih hatiku juga ikut merasakannya. Entah perasaan apa ini, apa mungkin aku hanya kasihan padanya? Atau ada perasaan yang tidak ingin kurasakan," ucap Calvin dalam hati.
Tidak mau terlalu memikirkannya, Calvin pun memutuskan untuk pulang karena memang hari ini dia masih mengambil cuti. Mama Sekar juga baru saja mengirim pesan, menanyakan keberadaannya. Wanita itu pasti nanti akan mengomel jika dirinya tidak segera pulang.
***
"Apa tadi Calvin tidak izin sama kamu saat pergi, Zakira?" tanya Mama Sekar pada menantunya.
"Tidak, Na. Tadi aku ada di belakang lagi cuci baju jadi, nggak tahu kalau Mas Calvin keluar," jawab Zakira.
"Kamu duduk di sini dulu, Zakira." Sekar mengajak menantunya duduk di sampingnya, dia ingin bicara dari hati ke hati dengan mertuanya.
"Bukannya Mama mau membela anak Mama, hanya saja Calvin itu orangnya dingin dan jarang sekali berbicara. Kamu jangan pernah mengambil hati apa yang dia katakan Dia memang selalu bicara dengan datar, tapi percayalah Jika dia orang baik. Hanya saja cara bicaranya saja yang kurang baik. Sebagai istri, kamu harusnya lebih mengerti bagaimana keadaan dia. Seiring berjalannya waktu, pasti kamu pasti mengerti maksud Mama."
"Iya, Ma. Aku mengerti, aku akan mencoba untuk memahami bagaimana karakter suamiku. Jujur aku merasa tidak nyaman dengan sikapnya yang dingin dan cuek, apalagi kata-katanya yang begitu menyakitkan hati. Entah dia sadar atau tidak saat mengatakannya, tapi tetap saja saat kata-kata kasar itu terucap, rasanya sakit sekali."
Mama Sekar mengangguk, dia juga bisa merasakan apa yang dirasakan menantumya. "Mama mengerti, itulah kenapa Mama berharap sangat kepada kamu agar mengerti bagaimana karakter dia. Itu juga yang membuat Mama akhirnya setuju saat Papa Gunawan memperlihatkan profil kamu. Mama yakin kamu orang yang sabar dan bisa merubahnya menjadi lebih baik."
"Mudah-mudahan saja, Ma. Sebenarnya aku juga tidak yakin tapi aku akan berusaha."
"Baguslah kalau seperti itu."
Terdengar suara mobil dari luar memasuki halaman. Mama Sekar yakin jika itu adalah mobil putranya. "Sepertinya itu Calvin, sebaiknya jangan membicarakan hal tadi," lanjutnya dengan suara pelan.
"Iya, Ma."
Mama Sekar dan sang menantu pun berpura-pura memperbincangkan tentang fashion. Zakira begitu kagum dengan mertuanya. Meskipun sudah berumur, tetapi Mama Sekar tidak ketinggalan zaman mengenai model dan lainnya. Wanita setengah baya itu juga menawarnya beberapa gaun pada menantunya. Namun, Zakira menolak karena merasa segan.
Apalagi saat melihat harga yang tertera begitu mahal. Mana mungkin dia berani memintanya. Meskipun itu sama sekali tidak ada harganya bagi Mama Sekar. Dulu bagi Zakira itu juga hal yang biasa, tetapi kini dirinya tahu diri harus bagaimana.
"Assalamualaikum," ucap Calvin saat memasuki rumah.
"Waalaikumsalam, kamu dari mana saja tadi? Mama cariin juga!"
"Aku pergi sebentar, Ma."
"Kenapa tidak pamit?"
"Maaf, Ma. Tadi Irfan meneleponku dan memintaku untuk ke kantor jadi, aku buru-buru nggak pamit tadi," jawab ukannya kamu lagi ambil cuti, kenapa masih mengurusi pekerjaan? Apa Ifan tidak sanggup melakukan pekerjaannya? Kalau memang dia sudah tidak mampu, sebaiknya kamu cari orang lain saja."
"Jangan begitu dong, Ma. Bagaimanapun juga Irfan itu sudah lama bekerja denganku," sela Calvin yang tidak ingin kehilangan asisten seperti Irfan.
Mama Sekar menatap putranya dengan pandangan tidak suka. "Kamu itu selalu saja membela dia."
"Memang dia dari dulu selalu bersamaku dan menjalankan tugasnya dengan baik, Ma. Mana mungkin aku memecatnya begitu saja. Hari ini aku memang ada pekerjaan yang tidak bisa dia handle. Mama mengerti 'kan kesibukanku."
"Ya sudahlah, terserah kamu mau bagaimana. Yang penting sekarang kamu harus mulai berubah. Sekarang itu kamu sudah memiliki istri, kamu juga harus memikirkan perasaan dan hatinya. Kamu jangan main pergi begitu saja."
"Iya, Ma. Aku minta maaf, tadi juga refleks pergi begitu saja. Biasanya aku kalau mau ke mana-mana juga pergi begitu saja, jadi merasa aneh saat ada yang menungguku. Aku tidak terbiasa juga."
"Sudahlah, kamu sudah makan siang belum?"
"Belum, Ma. Tadi sebenarnya mau makan di luar tapi males jadi pulang saja."
"Ya sudah, ayo kita makan siang dulu! Mama juga sudah sangat lapar, bibi tadi juga sudah selesai masak." Mama Sekar berdiri diikuti anak dan nenantunya. Mereka pun pergi menuju ruang maka dan benar saja, segala makanan sudah terhidang di meja makan.
"Iya, Ma."
***
"Kamu tadi dari mana, Mas?" tanya Zakira begitu keduanya sampai kamar setelah menghabiskan makan siang.
"Bukannya aku tadi sudah menjawab kalau aku pergi ke kantor," jawab Calvin tanpa melihat ke arah Zakira.
"Aku bukan orang yang bisa dibodohin. Aku tahu kamu sedang berbohong, kamu sudah mengambil cuti, bagaimana mungkin Pak Irfan memintamu untuk ke kantor, apalagi dengan alasan pekerjaan yang penting. Itu sangat tidak masuk akal. Kalau memang ada yang penting, kenapa tidak datang ke sini, justru asisten kamu malah meminta atasannya datang ke kantor. Padahal masih dalam masa cuti. Pegawai saja jika mengambil cuti tidak akan ada pekerjaan apa pun."
"Apa kamu lupa kalau aku ini atasan mereka?"
"Justru karena kamu atasan di kantor, makanya aku meragukan apa yang kamu katakan tadi karena aku sangat yakin asisten kamu sanggup menyelesaikan masalah yang ada."
Calvin tidak lagi berbicara karena apa yang dikatakan oleh Zakira memang benar. Irfan sangat handal dalam pekerjaannya, tidak mungkin hanya masalah kecil tidak bisa diselesaikan. Melihat keterdiaman sang suami, akhirnya Zakira tidak bertanya lagi, dia tidak ingin menekan pria itu, biarlah suatu saat nanti Calvin sendiri yang berbicara terus terang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Melki
crazy up donk kak,,, next......💪💪
2023-02-21
0