4. Terpaksa menerima

"Tuan, nyonya besar meminta Anda untuk segera pulang," ucap Irfan—asisten Calvin—yang selama ini selalu mengikutinya ke mana pun pria itu pergi.

"Memang ada acara apa? Tumben mama minta aku pulang?" tanya Calvin dengan mengerutkan keningnya.

"Di rumah ada calon istri Anda dan nyonya ingin Anda berkenalan dengannya," jawab Irfan sambil melirik ke arah atasannya.

Dia pikir Calvin akan marah. Namun, ternyata pria itu hanya menghela napas tanpa berkata apa pun. Sepertinya kali ini atasannya itu sudah menyerah dan mungkin akan menerima pernikahan ini, semoga saja seperti itu. Pria itu juga kasihan pada atasannya yang selalu mendapatkan tekanan dari keluarga dan juga rekan bisnis.

Bahkan seringkali mereka menawarkan putri-putri mereka untuk dinikahi oleh Calvin. Padahal sudah jelas di antara mereka bukan selera atasannya. Rata-rata wanita yang ditawarkan semua seksi dan menggoda, tentu Calvin tidak suka, Irfan saja ilfeel.

"Nanti malam saya akan pulang," sahutnya tanpa melihat ke arah Irfan.

"Benar, Tuan! Anda akan pulang?" tanya Irfan guna meyakinkan pendengarannya.

"Kalau kamu bermasalah dengan pendengaranmu, sebaiknya pergi ke rumah sakit. Tidak perlu mengulang pertanyaanku," sahut Calvin dengan nada datar membuat Irfan terdiam. Dalam hati asistennya itu menggerutu kesal. Atasannya itu selalu saja suka seenaknya.

Sore hari Calvin bersiap untuk pulang, Irfan tentu saja mengantarkan atasannya sampai rumah. Sebenarnya dia berharap agar pemilik rumah menawarinya untuk menginap karena dirinya penasaran, bagaimana rupa gadis yang akan dijodohkan dengan Calvin. Namun, sayang hingga atasannya turun, pria itu tidak ditawari untuk menginap.

Tentu saja Irfan kesal, Calvin benar-benar tidak peka. Dia juga tidak bisa mengatakannya secara langsung. Pria itu pun kembali melajukan mobil atasannya menuju apartemen, tempat dirinya selama ini tinggal. Tidak ada yang spesial di sana, apalagi orang yang sedang menunggu karena Irfan adalah pria single yang belum menikah.

Sementara itu, Calvin masuk rumah yang tampak begitu sepi. Dia memang jarang sekali pulang dan selalu menginap di apartemen, yang tempatnya satu gedung dengan Irfan. Hal tersebut juga mempermudahkan mereka untuk pulang pergi bersama, jadi pria itu tidak lagi memerlukan sopir.

"Anak Mama akhirnya pulang juga!" seru Sekar saat melihat putranya memasuki rumah. Segera dia memeluk Calvin sejenak untuk mengobati rindunya.

"Mama, kenapa minta aku pulang?" tanya Calvin saat sang mama mengurai pelukan.

"Pasti Irfan juga sudah bilang 'kan sama kamu? Pokoknya kali ini Mama nggak mau tahu, kamu harus menerimanya karena Mama juga suka sama dia."

"Aku sudah bilang, kalau aku belum mau menikah, Ma! Nanti a—"

"Mama nggak mau dengar apa yang akan kamu katakan. Mama tidak menerima penolakan, lagi pula dia kan sudah menghianati kamu. Tidak seharusnya kamu selalu mengingatnya."

"Aku bukan mengingatnya, hanya saja memang aku tidak berniat untuk menikah saat ini." Calvin mencoba untuk meyakinkan mamanya, tetapi sepertinya Sekar juga memiliki pendirian yang kuat.

"Lalu kapan kamu sudah siap untuk menikah? Sejak lima tahun yang lalu, bahkan sampai sekarang pun kamu tidak ingin membuka hati lagi. Untuk kali ini Mama mohon sama kamu agar mau menerimanya. Tolong, buka hati kamu untuk dia! Mama yakin kalau dia orang baik dan cocok untuk kamu."

Calvin dapat melihat harapan yang begitu besar di mata mamanya. Sebagai seorang anak yang sangat menyayangi ibunya, tentu saja tidak tega melihat mamanya seperti itu. Dia pun akhirnya mengangguk, semua ini demi wanita yang sudah melahirkannya.

"Baiklah, aku akan mengikuti apa yang Mama katakan," sahut Calvin dengan menundukkan kepala.

Dirinya tidak tahu rumah tangga seperti apa yang nantinya akan dijalani, tetapi dia tidak tega melihat mamanya yang selama ini menyayanginya bersedih. Apalagi dengan omongan orang yang ada di luaran sana, terkadang menganggap dirinya memiliki hubungan tidak sehat dengan Irfan. Selama ini Calvin diam saja karena pria itu juga masa bod*h dengan rumor tersebut.

Berbeda dengan kedua orang tuanya yang selalu merasa risih, sampai akhirnya mereka pun terpaksa menjodohkannya. Sebenarnya ini usulan lama, hanya saja baru hari ini Gunawan dan Sekar melakukannya karena cukup sulit mendapatkan gadis yang sesuai selera keduanya dan Calvin tentunya

"Tapi boleh aku tahu dia dari keluarga mana? Aku harap Mama jujur dan tidak menutupi apa pun. Aku yakin dia bukan dari kalangan pengusaha."

Sekar menatap putranya dan bertanya, "Kenapa kamu seyakin itu? Bertemu dengan orangnya saja belum."

"Dari semua pengusaha, aku sangat mengenal mereka dan Mama juga pastinya tidak menyukainya karena tampilan mereka yang seperti wanita murah*n. Kali ini Mama mengapa ingin menjodohkan aku? Pasti gadis itu hanya dari kalangan orang biasa, kan?"

"Kamu memang benar, Mama memang sengaja mencarikan kamu wanita dari kalangan biasa. Bahkan dari kalangan yang sangat biasa dan keluarganya setelah ini pun pasti tidak bisa mengusiknya lagi," ucap Sekar dengan pandangan lurus ke depan.

Jika mengingat keluarga Zakira, entah kenapa Sekar begitu marah. Mereka dengan begitu tega menukar putrinya dengan sebuah rumah. Padahal gadis itu selama ini begitu baik, berbakti pada kedua orang tuanya. Namun, dibalik itu dia senang karena bisa memiliki menantu seperti Zakira.

"Maksud Mama?" tanya Calvin dengan mengerutkan kening, pandangannya lurus tertuju pada mamanya.

Mama Sekar pun akhirnya menceritakan semuanya tanpa menutupi apa pun. Dia sangat mengenal putranya, kalau dirinya menjawab asal, pasti Calvin akan bergerak untuk mencari tahu tentang Zakira jadi, lebih baik mengatakan yang sejujurnya saat ini. Tidak ada salahnya juga mengatakan yang sebenarnya.

Calvin terdiam mendengar cerita mamanya. Dia juga tidak menyangka jika akan ada orang tua yang begitu tega pada putrinya. Pria itu kira hanya anak saja yang tega pada kedua orang tuanya, tetapi ternyata ada juga yang sebaliknya. Mendengar cerita tersebut, entah kenapa ada sudut hatinya yang juga ikut merasa tersakiti. Padahal itu adalah cerita dari seseorang yang sama sekali tidak dikenal.

"Begitulah, Sayang. Mama sama sekali tidak ingin menutupi apa pun dari kamu. Cobalah untuk mengenal terlebih dahulu, kalau memang ada sesuatu yang mengganjal di hatimu tentang dia, kamu bisa bicarakan dengan Papa dan Mama. Kita bahas bersama jika memang benar-benar dia tidak cocok untuk kamu. Kita akan mencarikan calon istri yang lain untuk kamu."

Calvin menghela napas, sepertinya untuk kali ini dirinya benar-benar akan menikah. Keteguhan sang mama memang benar-benar sudah kuat. Kali ini dia tidak punya pilihan lain selain mengikuti perintah mamanya. Mungkin juga ini adalah jodohnya, semoga saja sampai akhir kehidupan.

.

Terpopuler

Comments

Nany Setyarsi

Nany Setyarsi

semoga Calvin bisa melihat kebaikan,kelembutan ,dan ketulusan Zakira.
dan menerima nya sebagai calon istri

2023-02-09

0

Eni Sofie

Eni Sofie

sepertinya Calvin pria yg baik.. tp ada apa dgn masa lalu nya..... dia pernah di hianati atau knp y......

2023-02-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!