16. Ke perusahaan suami

Sudah satu jam Zakira menunggu sang suami di loby perusahaan. Namun, tidak ada tanda-tanda kehadiran Calvin. Entah pria itu sibuk apa saja hari ini, ingin sekali Zakira segera pergi. Akan tetapi, dia sudah terlanjur duduk di sana, tidak mungkin pergi begitu saja.

Apalagi saat ini pandangan para karyawan yang lewat tertuju padanya, semakin membuat dirinya tidak nyaman. Beberapa kali Dia membuang napas, berharap mengurangi rasa gugup sekaligus kekalutan yang ada dalam dirinya, tetapi ternyata itu tidak berguna. Tetap saja wanita itu merasa kalut.

"Nyonya Zakira," sapa Irfan, dia baru saja keluar dari lift dan saat melihat Zakira pria itu segera mendekatinya.

"Kak Irfan," sahut Zakira yang kemudian berdiri dari duduknya.

"Nyonya ke sini sama siapa? Apa ada sesuatu yang penting?" tanya Irfan karena ini baru pertama kali Zakira datang ke perusahaan. Entah dari mana wanita itu tahu alamatnya.

"Sebenarnya tidak ada, aku hanya ingin mengantarkan makan siang dan kue untuk Mas Calvin, tapi ternyata sulit juga bertemu dengan dia."

Irfan mengerutkan keningnya karena masih belum mengerti maksud kalimat Zakira, kemudian segera melihat ke arah resepsionis yang juga menetap ke arahnya. Resepsionis tersebut kini sadar jika dirinya sudah melakukan kesalahan karena membiarkan Zakira menunggu.

"Sebaiknya Nyonya ikut saya saja, kita ke ruangan Tuan."

"Apa Mas Calvin sedang tidak sibuk? Aku takut mengganggu pekerjaannya, sebaiknya aku titip makanan ini pada Kak Irfan saha. Nanti tolong berikan kepada Mas Calvin." Zakira mengulurkan kotak makanan agar Irfan menerima. Akan tetapi, ternyata pikirannya salah, pria itu menolak.

"Jangan seperti itu, Nyonya. Anda sudah jauh-jauh datang ke sini. Sebaiknya Anda ikut, nanti biar bisa bicara dengan tuan Calvin."

Irfan segera melangkahkan kakinya tanpa menunggu jawaban Zakira. Wanita itu pun terpaksa mengikuti langkah asisten suaminya tersebut. Keduanya menaiki lift menuju lantai di mana keberadaan pemilik perusahaan ini.

"Kak Irfan, apa benar Mas Calvin sekarang tidak sibuk? Aku takut kalau dia marah."

"Tidak apa-apa, Nyonya. Kalaupun marah juga sepertinya masih dalam batas wajar karena memang akhir-akhir ini pekerjaan di kantor sangat banyak. Ada proyek baru juga yang akan kami kerjakan."

Zakira mengangguk, dia juga tidak tahu apa saja kesibukan di perusahaan. Wanita itu memang pernah bekerja, tetapi hanya sebatas sebagai pelayan di restoran. Kuliah juga belum sampai tamat sudah berhenti karena terkendala biaya dan kasus yang menjerat papanya. Hingga akhirnya sampailah mereka di depan ruangan Calvin. Irfan mengetuk pintu tiga kali, terdengar sahutan dari dalam untuk memintanya masuk.

"Silakan, sebaiknya Anda masuk, Nyonya."

"Kak Irfan nggak ikut masuk?"

"Tidak, Nyonya. Saya tunggu di luar saja, lagi pula saya juga harus keluar untuk memberi makan siang."

"Tapi, Kak Irfan, saya takut nanti Mas Calvin marah."

"Tidak akan, Nyonya. Saya bisa memastikannya, kalau memang Tuan Calvin melakukan sesuatu yang berbahaya, Anda bisa berteriak. Di sini ada saya yang akan menunggu."

Zakira pun terpaksa mengangguk dan berjalan memasuki ruangan secara perlahan. Calvin yang tidak mendengar suara orang masuk pun segera mendongakkan kepala. Dia cukup terkejut mendapati sang istri di sana, padahal tidak ada pemberitahuan apa-apa dari wanita itu, maupun dari orang-orang yang ada di rumah.

"Kamu ke sini sama siapa?" tanya Calvin yang tidak sabar ingin tahu.

"Aku ke sini sendiri, Mas. Aku ingin mengantar makanan siang dan kue yang aku buat. Tadi di rumah aku nggak ada kerjaan jadi, aku buat kue. Kata mama kamu suka kue brownies jadi, aku bawain ke sini. Maaf jika kedatanganku mengganggu pekerjaan Mas."

Tadinya Calvin juga ingin marah karena Zakira datang tanpa pemberitahuan, tapi melihat wajah ketakutan sang istri, pria itu merasa kasihan sekaligus kagum karena wanita itu masih saja memikirkan keadaannya di saat dirinya saja tidak peduli pada tubuhnya.

"Tidak apa-apa, aku tidak terlalu sibuk. memang kamu bawa kue apa saja banyak kelvin yang sengaja ingin mengalihkan pembicaraan dia tidak ingin Shakira terus saja merelakan dirinya sendiri karena kesalahan yang tidak sengaja wanita itu aku hanya buat brownies besok aku akan buatin kamu."

Pria itu hanya mengangguk sambil tersenyum. Dia pun mencoba kue buatan sang istri, ternyata rasanya begitu manis. Tidak kalah dengan yang biasa dibeli di toko-toko.

Zakira menatap wajah sang suami, mencoba mencari jawaban dari ekspresinya. "Bagaimana rasanya, Mas?"

"Rasanya manis, seperti yang buat," jawab Calvin yang seketika membuat Zakira tersedak ludahnya sendiri.

Calvin yang melihat sang istri tersedak pun segera mengambilkan minuman dan memberikannya pada Zakira. "Kenapa bisa sampai tersedak? Memang siapa yang mau merebut makananmu?"

"Aku dari tadi juga nggak makan," sahut Zakira dengan cemberut yang seketika membuat Calvin sadar.

Memang dari tadi istrinya tidak makan, lalu tersedak apa. mungkinkah karena ucapannya tadi, mengenai dirinya yang memuji sang istri, tetapi apa yang dikatakan memang keluar begitu saja dari bibirnya. Apa yang keluar dari bibirnya juga tulus dari dalam hatinya, tidak ada maksud apa-apa. Calvin ingin menjelaskan. Namun, bingung harus berkata bagaimana dan akhirnya dia hanya diam, membiarkan Zakira dengan pemikirannya.

Setelah selesai menghabiskan makan siangnya, Zakira pamit untuk pulang. Dia merasa tidak nyaman saat berada di tempat kerja Calvin, apalagi hanya berdua saja. Sedari tadi juga sang suami terus menatapnya, membuat dirinya merasa risih. Bukan karena terganggu, lebih tepatnya dia merasa gugup.

Setelah memastikan jika Zakira sudah benar-benar pergi, barulah Calvin mencari ponselnya. Dia akan menghubungi mamanya dan bertanya tentang keberadaan istrinya di sini. Pasti ada pengaruh mama karena tidak mungkin Zakira begitu berani datang.

"Halo, ada apa, Calvin. Tumben kamu telepon Mama di saat jam kerja?"

"Mama kenapa nyuruh Zakira datang ke sini? Mama 'kan tahu bagaimana dia, pasti merasa malu datang ke perusahaan. Meskipun dia baik, tapi saat berada di sini pasti rasa percaya dirinya pergi begitu saja."

"Justru itu, Mama ingin dia mulai terbiasa datang ke sana. Bagaimanapun juga dia adalah istrimu. Mama ingin menunjukkan kepada seluruh dunia, bahwa Zakira adalah menantu Mama dan tidak akan ada wanita mana pun yang bisa menggantikan posisinya," ucap Mama Sekar dengan tegas.

"Ma, Mama 'kan tahu kalau aku dan Zakira itu ...."

"Iya, Mama tahu. Mama yakin pernikahan kalian juga akan bertahan lama. Entah itu dengan cinta atau tanpa sedikit pun perasaan. Biarlah waktu yang menjawab semuanya."

Calvin terdiam, meresapi apa yang dikatakan Mama Sekar. Memang tidak ada yang salah, hanya saja dia merasa sangat bersalah pada sang istri.

Terpopuler

Comments

Hafifah Hafifah

Hafifah Hafifah

ya dicoba dong calvin

2023-03-01

1

Wiwin Anwar

Wiwin Anwar

dikit amat up nya kak

2023-03-01

0

Melki

Melki

next Thor.....

2023-03-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!