Cinta Yang Terbuang

Cinta Yang Terbuang

Positif

Positif.

Dua garis.

Tespack yang dipegang Berlian menunjukkan dua garis, yang artinya saat ini ia sedang mengandung.

Mata Berlian berkaca-kaca, kala melihat tespack yang berada di tangan kanannya.

Ah..., rasanya lega sekali, setelah penantiannya selama dua tahun, akhirnya tuhan mempercayakan juga ia punya keturunan.

Betapa sangat bahagianya dirinya, ini adalah salah satu keinginan sang suami. Arhan.

Arhan selalu bertanya, apakah ia sudah positif? Dan kali ini ia akan memberikan kejutan untuk suaminya itu.

Namanya Berlian Husein. Tepatnya nama belakangnya tersemat nama ayahnya yang sudah tiada lagi.

Berlian adalah seorang perempuan yatim, yang bisa dibilang beruntung karna dua tahun yang lalu ia dinikahi oleh seorang pria kaya.

Kenapa enggak? Dia memiliki paras yang cantik, rambutnya yang lurus panjang, hidung yang mancung dan jangan lupakan dua lesung pipi yang menambah kesan manisnya ketika ia tersenyum. Jadi tak usah heran bila ia mampu memikat hati pria berdompet tebal.

Dua setengah tahun yang lalu ia mengenal seorang laki-laki yang sering mampir ke restoran tempatnya bekerja. Disitulah benih-benih cinta mulai bersemi.

Namanya Arhan, lengkapnya Arhan Pratama. Ia adalah seorang pengusaha muda di bidang tekstil, ia juga seorang anak yatim yang kini melanjutkan usaha mendiang ayahnya.

Berbicara tentang Arhan, ia juga seorang pria tampan dengan tinggi 175 cm, berkulit putih, dan punya senyum yang manis. Ah tak perlu jauh-jauh agar kalian bisa membayangkan Arhan, lihat saja mark prin, itu adalah salah satu dari tujuh kembarannya yang ada di dunia.

Balik lagi pada awal bagaimana mareka bertemu. Berlian adalah seorang pekerja paruh waktu di sebuah restoran yang ada di Jakarta. Tempat Berlian bekerja cukup elit, sehingga tak jarang yang mampir adalah Bos-bos besar dari perusahaan ternama, sekedar mampir untuk mengisi perut atau pun mengadakan pertemuan dengan klien mareka. Dan salah satu dati sekian banyaknya pelanggan, adalah Arhan yang kini menjadi suaminya.

Arhan memang langsung terpikat saat melihat Berlian. Bisa dibilang cinta pandangan pertama, namun Berlian tak telalu peduli, atau lebih kepada sadar diri bahwa seirang yang sempurna seperti Arhan menaruh hati padanya.

Dari situ Arhan gencar menarik hati Berlian. Namanya juga kaum Hawa, pantang sekali digoda. Dan jatuhlah Berlian ke dalam pelukan Arhan.

Lima bulan menjalin hubungan, Arhan memantapkan diri melamar Berlian. Walau mendapatkan penolakan dari sang Mama, Arhan tak mau mundur, ia tetap kekeuh menikahi pujaan hatinya.

Sempat saat itu Berlian ingin menyerah karna mendapat sambutan yang kurang baik, atau kasarnya ia ditolak oleh Mamanya Arhan. Namun bukan Arhan namanya jika ia tak mampu merayu hati Berlian, hingga mareka sampai di pelaminan.

Dan yang lebih indahnya, sekarang Berlian akan menjadi calon Ibu. Bolehkah ia berbahagia?

Berlian membekap mulutnya, dan hatinya tak henti-hentinya mengucap syukur memuja sang Rabb untuk berterimakasih atas segala yang telah diberikan tuhan kepadanya.

"Mas Arhan, aku hamil Mas!"

"Sebentar lagi Mas Arhan ulang tahun, nanti saja deh, sebagai kadonya saja. Mas Arhan pasti senang."

Yupzz, Berlian tak akan langsung memberitahukan Arhan, ia akan menunggu ulang tahun Arhan yang tak lama lagi.

Berlian tersenyum membayangkan reaksi Arhan yang senang mengetahui kehamilannya.

"Mas tunggulah sebentar lagi." Berlian bermonolog sendiri.

...****************...

Berlian telah selesai membungkus kadonya. Ia tak mampu melunturkan senyumnya melihat kotak kado tersebut. Ia yakin ini akan menjadi kado terindah untuk suaminya. Jelas! Arhan sangat mengidam-idamkan seorang anak. Ia selalu berbisik ketika pergumulan mareka selesai, bahwa ia menginginkan penerusnya. Bukan apa-apa, Arhan memang menginginkan ada yang akan mengikuti jejak kakinya nanti.

Berlian menaruh kadonya di laci paling bawah. Ia akan memgambil ketika hari itu akan tiba. Akan Berlian berikan di waktu yang tepat.

Jam menunjukkan pukul delapan malam. Biasanya Arhan akan pulang di jam segini jika ia punya pertemuan dengan kliennya.

Berlian pun bergegas menuruni tangga untuk menunggu sang suami. Ini adalah satu kebiasaanya, menunggu suami pulang. Dan inu sangat menyenangkan untuk Berlian.

Saat di anak tangga terakhir, Berlian melihat Ibu mertuanya, yaitu Bu Maharani. Berlian memberikan senyum hangat pada Bu Maharani, namun dibalaa dengan tatapan sinis.

"Mama." Sapa Berlian sembari menundukkan kepalanya sopan.

"Saya bukan Mama kamu!" Ketus Bu Maharani sembari berlalu pergi.

Dan ya! Ini adalah hal yang sudah biasa menjadi makanan sehari-hari Berlian. Hubungannya dengan Ibu mertuanya tak pernah baik. Tidak-tidak! Bukan Berlian yang tidak baik, melainkan Ibu mertuanya yang tak bisa menerima kehadiran Berlian di rumahnya.

Entah apa yang menyebabkan Bu Maharani tak menyukai Berlian, tapi yang Berlian sangat ingat Bu Maharani menentang pernikahan Arhan dengannnya dulu. Setelag dipikir-pikir mungkin saja karna Berlian berasal dari keluarga miskin, namun selain itu apalagi alasannya?

Sebenarnya bukan hanya Bu Maharani saja yang tak menyukainya, Adik iparnya pun ikut juga membencinya. Padahal selama ini, Berlian sudah mencoba untuk bersikap sebaik mungkin dengan keduanya. Namun hingga hari ini, ia masih di acuhkan.

Suara derit pintu terbuka, dan Berlian segera berlari ke arah suaminya lalu tersenyum sembari menyalaminya. Setelahnya Berlian mengambil tas kerja yang ada di tangan suaminya.

Raut lelah tercetak jelas di wajah Arhan. Ia bekerja keras seharian.

Berlian berjalan beriringan mengimbangi langkah besar suaminya yang tampak lesu.

"Masih nyetir sendiri ya Mas?" Tanya Berlian ketika mareka sudah menaiki gundukan tangga.

Arhan mengangguk seadanya.

"Pak Husein belum balik juga?" Tanya Berlian lagi.

"Anaknya masih sakit."

Berlian mengangguk mengerti. Lamgkahnya sudah tertinggal, Arhan lebih cepat menaiki tangga daripadanya.

"Mas mau makan dulu ata mandi dulu?" Tanya Berlian lagi, ini memang sudah rutinitasnya memperhatikan Arhan.

"Mandi dulu aja ya? Aku siapin air panas." Putus Berlian sendiri.

Sedangkan Arhan memilih diam dan pasrah atas pilihan istrinya. Tak terlalu penting.

Arhan membuka pintu kamar lalu berangsur merebahkan diri di atas ranjang. Sedangkan Berlian menaruh tas kerja Arhan di tempat yang semestinya lalu ia berlalu ke kamar mandi menyiapkan air mandi sang paduka.

Arhan menatap langit-langit kamarnya. Ia tak bergairah. Ia punya segudang masalah yang lebih rumit daripada masalah di kantornya. Dan masalah itu berhasil menyita selurih konsentrasi di otaknya.

"Mas! Airnya sudah siap!" Seru Berlian dari kamar mandi.

Arhan bangkit lalu duduk di tepi ranjang, wajahnya menunduk, sedangkan tangan kanannya memegang keningnya.

Berlian keluar dari kamar mandi. "Mas airnya sudah siap, Mas bisa mandi sekarang. Aku turun ke bawah dulu ya? Siapin makan malam buat kita."

Arhan hanya mengangguk asal tanpa ada niat untuk berkomentar.

Terpopuler

Comments

lovely

lovely

mampirr

2023-02-16

1

da alfa

da alfa

terimakasih😊

2023-02-04

0

Syifaa رباني

Syifaa رباني

🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥 bakarrrrr dlu biar semangat authornya ❤❤❤

2023-02-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!