"Ini vitaminnya, diminum sehari sekali. Sama ini susunya juga." Ucap Cakra sembari mengeluarkan vitamin dan susu dari kantong kresek yang dibawanya.
"Makasih Mas, harusnya Mas Cakra gak usah repot-repot deh!" Berlian merasa tak enakan.
"Enggak! Oh iya, sama buahnya juga ada di mobil."
"Tuh kan! Mas Cakra kerepotan banget!"
"Enggak kok! Aku seneng malah! Bye the way kamu suka gak kalau susunya rasa coklat?"
Berlian mengangguk. "Suka! Suka banget malah!"
Cakra memang begitu perhatian kepada Berlian, terlepas dari hatinya yang juga sangat menyukai Berlian.
"Masih mual-mual gak?"
Berlian menggeleng. "Gak lagi, gak sesering dulu. Cuma sesekali aja."
Cakra mengangguk paham. "Biasanya di trimester ketiga bakalan hilang kok."
"Kalau nafsu makan kamu gimana? Atau kamu lagi ngidam apa?" Seperhatian itu Cakra kepada Berlian.
Berlian menggeleng lesu. Sebenarnya sih ada sesuatu yang ia inginkan, namun urung mengatakannya pada Cakra. Lagi pula Cakra juga tak akan bisa mewujudkannya.
Ah memikirkan Cakra juga membingungkan. Mareka berkenalan dengan waktu yang singkat, dan begitu akrab.
"Hey! Kamu kenapa?" Cakra menyadari perubahan dari raut wajah Berlian.
Berlian menggeleng lemah. Masa iya dirinya terus merepotkan Cakra? Memang Cakra siapanya dia? Tak ada hubungan yang lebih selain daripada kata teman.
"Bilang sama aku, apa pun yang kamu mau, aku turutin kok!"
"Gak ada kok Mas!"
"Aku tahu kamu lagi ada sesuatu, entah itu sebuah keinginan atau bagaimana. Kalau pun itu masalah, ayok cerita dong! Jangan murung begitu, nanti kamu stres, dan gak baik untuk bayi kamu." Jelas Cakra.
"Ayo dong cerita!" Desak Cakra lagi.
"Sebenarnya aku ingin makan nasi goreng suamiku." Lirih Berlian, "Aku juga bingung, sebenarnya ini keinginanku karna rindu dia, atau keinginan anaknya."
Ah iya! Cakra lupa. Ia bisa membeli semua yang Berlian inginkan, tapi untuk hal rindu merindu ia tak bisa mengabulkannya. Bagaimana pun juga, sulit melupakan orang yang terlanjur bertakhta di hati kita, sama sepertinya.
Bingung! Mungkin itu yang Cakra rasakan. Cakra juga mengerti bahwa ini adalah suatu hal yang lumrah terjadi pada ibu hamil. Biasanya ibu hamil cenderung sensitif, mareka ingin dekat-dekat dengan sang suami dan bermanja-manja. Mungkin begitu pula yang dirasakan Berlian, ia ingin juga merasakan bagaimana bermanja-manja pada saat seperti ini.
"Euhmmm, gimana kalau aku yang masakin?" Tawar Cakra, siapa tahu ia bisa sedikit mengobati kerinduan Berlian, atau setidaknya Berlian tidak merasa sendiri.
"Mungkin gak akan seenak dia, karna aku kurang mahir dalam urusan masak memasak. Keahlianku adalah memegang stetoskop." Kata Cakra diiringi sedikit candaan, "Tapi setidaknya kamu bisa melepas rasa rindu kamu ."
"Tapi.., " Lagi-lagi Berlian merasa menjadi beban bagi orang lain.
"Gak usah tapi-tapian, ayok mau aku masakin apa?"
"Tapi gak papa mas?" Berlian memastikan.
"Ya gak papa dong, asal kamunya senang." Ah ini termasuk trik gombalan tidak ya?
"Ya udah deh! Yang simple-simple aja mungkin, nasi goreng?"
"Ok! Lets go!" Setu Cakra semangat.
Tak payah waktu lama, Cakra dan Berlian sudah berada di dapur.
"Kamu suka pedas?" Tanya Cakra.
"Suka banget." Angguk Berlian. "Tapi katanya Ibu hamil gak boleh makan pedas ya? Nanti dedek bayinya kepanasan?"
"Hahaha," Cakra tertawa, "Kata siapa?"
"Katanya, hehe."
"Kamu kebanyakan denger katanya si ini si itu ya? Ibu hamil gak ada larangan makan pedas, hanya saja tidak boleh berlebihan, takut memicu masalah kesehatan lainnya, kayak lambunh misalnya." Jelas Cakra sembari terus mengupas bawang yang akan dijadikan bumbu.
"Owh gitu."
"Heum.."
"Mau diulek atau diblender bumbunya?"
"Kalau Mas Cakra mau, diulek lah!" Jawab Berlian sembari tersenyum lebar dan memperlihatkan gigi-gigi putihnya yang rata.
"Apa sih yang enggak buat kamu!" Tuh kan! Gombal lagi.
"Pak Dokter suka gombal deh! Jangan-jangan Pak Dokter ini emang suka godain pasiennya ya?"
"Haha iya! Tapi, kamu doang!"
Berlian tersenyum malu-malu, pipinya bersemu merah. Ya kali gak salting digombalin sama Dokter setampan Cakra ini.
"Gitu dong! Kalau senyum kan cantik!" Lagi-lagi Cakra masih sempat menggombal walau tangannya sedang sibuk mengulek bumbu.
"Iya deh! Tapi buruan dong Pak Dokter, jangan gombal terus, dedeknya laper nih!"
"Iya-iya!"
Cakra pun mempercepat gerakan menguleknya. Kalau dilihat-lihat, Cakra cukup lihai dalam bermain dengan cobek.
Selesai, Cakra menumis bumbunya, dan setelah dirasa bumbu sudah cukup matang, Cakra kemudian menambahkan perasa beruba garam dan juga kaldu bubuk dan sedikit kecap. Lalu barulah kemudian Cakra menambahkan nasi di sesi terakhir, kemudian di aduk rasa.
Setelah di rasa cukup, Cakra menaruhnya dalam sebuah piring, lalu meletakkannya di depan Berlian yang sedari tadi menjadi penonton setianya.
"Sudah siap tuan putri, silahkan dinikmati."
"Makasih Mas! Baunya enak nih!"
Cakra melepaskan celemek yang tersangkut di badannya, lalu duduk berhadapan dengan Berlian.
"Aku makan ya Mas?"
Berlian menyendokkan nasi ke dalam mulutnya, dan... Berlian menggeleng lalu tersenyjm. Ekspresinya tidak dapat ditebak.
Cakra menunggu pendapat Berlian tentang nasi gorengnya.
"Enak banget Mas! Kok bisa sih?"
"Gak lagi bohong kan?" Cakra memastikan, takutnya ternyata nasi gorengnya tidak enak, namun karna Berlian yang tidak mau menyinggung perasaanya.
"Beneran sumpah!" Jawab Berlian jujur. Memang benar, nasi gorengnya sangat cocok dengannya.
Berlian melanjutkan makannya dengan lahap, sedang Cakra terus memperhatikannya.
"Mas gak mau coba?"
"Enggak, buat kamu aja."
"Ayo dong Mas! Ini enak tau."
Cakra menggeleng, menolak.
"Ayo dong Mas!" Paksa Berlian, "Ak..." Berlian mendekatkan sendok ke bibir Cakra namun Cakra menolak.
"Ayok ih..." Rengek Berlian.
Dengan terpaksa Cakra membuka mulutnya dan menerima suapan dari Berlian. Enak. Memang enak. Satu lagi keahliannya, memasak. Dan suap-suapan pun berlanjut hingga nasi dalam piring tandas semua.
"Uh..., kenyang!" Berlian menyandarkan tubuhnya di kursi sembari mengelus perutnya yang kekenyangan.
"Mas..."
"Iya?"
"Makasih ya?"
"Untuk?"
"Untuk nasi gorengnya, dan juga semuanya. Perasaanku udah lebih tenang."
Cakra mengangguk tulus. "Pokoknya kamu harus bahagia, karna sekarang kamu udah jadi bagian penting dalam hidup aku."
...****************...
"Gimana misi yang kemarin? Ada kendala?" Tanya Arhan pada Rachel pada pertemuan kedua mareka.
"Sejauh ini gak ada."
"Bagus! Kerja bagus!" Arhan tersenyum puas, dalam pikirannya yang ada adalah, setidaknya ia bisa meringankan beban Berlian. Cintanya.
"Oh ya? Sejauh yang kamu lihat, bagaimana keadaan Berlian? Apa ada tanda-tanda dia hamil?"
"Euhmmm," Rachel tampak berpikir sejenak. "Aku gak terlalu ngerti Pak, Tapi yang aku lihat, Berlian gak papa."
"Maksudnya?"
"Ya..., Berlian tidak menunjukkan tanda-tanda apa pun, saya juga gak terlalu ngerti pak!"
"Kamu gak coba tanya?"
Rachel menggeleng.
"Gini deh! Minggu depan kamu datang lagi, sekalian ngobrol, tanya-tanya giti. Kamu bisa kan?"
"Apa gak terlalu cepat? Itu bakalan kelihatan aneh, dulu saya gak yang sedekat itu sama dia."
"Anggap saja kamu lagi perhatian sama dia."
????
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments