Morning sickness

Usai mandi dan berpakain, Arhan langsung merebahkan diri di atas ranjang. Pikirannya kalut. Sedari tadi ia sudah tak tenang memikirkan kata-kata Mamanya tempo lalu.

Berlian membuka pintu, dan pandangan yang menusuk matanya adalah Arhan. Tak biasanya Arhan begitu, maksudnya biasanya ia akan segera turun ke bawah untuk menyantap makan malamnya, tapi sekarang ia malah rebahan. Berlian langsung saja mendekati Arhan.

"Mas? Gak mau makan dulu?" Tanya Berlian yang menatap Arhan masih dalam pembaringannya.

"Gak!" Jawab Arhan tanpan mengalihkan atensinya dari langit-langit kamarnya.

"Aku udah kenyang tadi, makan sama klien. Aku capek, pengen istirahat." Sambung Arhan dengan nada yang cukup dingin.

Berlian bisa melihat ekspresi Arhan saat ini. Bahkan untuk menatapnya berbicara saja Arhan enggan. Berlian bukanlah perempuan bodoh, ia bukan perempuan yang begitu polos hingga ia tak menyadari perubahan suaminya.

Dalam pikiran Berlian beeputar tentang Arhan yang akhir-akhir ini berubah, dan telihat lebih dingin juga datar. Tidak ada lagi Arhan yang hangat seperti sebelum-sebelumnya. Apakah ia sedang punya masalah di kantor?

"Mas? Lagi ada masalah ya?" Berlian memberanikan diri bertanya pada sang suami dengan nada yanh selembut mungkin.

"Mas Arhan bisa cerita kok! Aku istrinya Mas! Aku siap mendengar keluh kesah Mas. Kali saja aku bisa memberikan masukan." Lanjut Berlian sembari memaksakan senyumnya.

Tak ada jawaban. Diam.

"Masukan apa yang bisa kamu berikan Lian?" Lirih hati Arhan.

Ah..., diamnya Arhan artinya tak mau di ganggu. Alangkah baiknya bila Berlian membiarkan Arhan untuk istirahat dulu, menenangkan pikirannya. Tapi sayangnya mulutnya tak bisa diam.

"Mas?" Panggil Berlian lagi seolah tak ada jera.

"Sudahlah Berlian, kamu tidur saja. Aku hanya capek, aku hanya butuh istirahat. Jadi, biarkan aku beristirahat, ini akan lebih baik daripada bicara dengan kamu." Barulah Arhan melihat pada wajah Berlian, namun setelah itu Arhan membelakangi Berlian dengan tidur dengan posisi miring.

Kata-kata Arhan bagaikan air es yang menyirami dirinya, dingin sekaligus menyadarkannya juga bahwa Arhan benar-benar telah berubah. Entah apa penyebabnya ia juga tak tahu.

Arhan yang dua tahun lalu menikahinya adalah Arhan yang lemah lembut juga penyayang. Tapi sekarang?

Ah sudahlah! Berlian tak ingin menerka-nerka hal buruk, biarlah ia berpikir positi bahwa sekarang Athan memang capek dan butuh istirahat.

Berlian pun memilih merebahkan dirinya fi samping Arhan, lalu menarik selimut sampai ke dadanya. "Selamat malam suamiku." Lirih Berlian.

Dan jika Arhan masih terjaga, niscaya ia bisa mendengat lirihan Berlian.

...****************...

Berlian terbangun di pagi harinya ketika ia merasakan gejolak yang amat sangat dari dalam perutnya. Lalu ia juga merasakan mual yang amat sangat seolah ingin kembuang apa saja yang pernah ia makan semalam.

Berlian segera bangkit dari tidurnya dan berlarike kamar mandi.

"Huek! Huek! Huek!" Berlian mengeluarkan isi perutnya. Rasanya pening juga iya, lega juga iya. Campur aduk.

Inikah yang dinamakan morning sickness? Mual dan muntah di pagi hari?

Ketika ia sudah mencuci mulutnya, juga membasuh muka. Berlian keluar dari Kama mandi dengan langkah lemas.

"Jangan lupa minum obatnya. Asam lambung kamu parah tuh!" Ucap Arhan dingin, dan suaranya terasa serak.

Rupanya laki-laki itu sudah bangun dan tengah duduk di tepi ranjang dengan muka khas bangun tidur.

..."Mas keganggu karna suara muntah aku ya?" Tanya Berlian sembari melangkah mendekat....

"Enggak juga. Ini memang sudah waktunya aku bangun."

"Ya sudah kalau begitu, aku siapin sarapan dulu ya Mas?" Izin Berlian tanpa mendapat respon apa pun.

Berlian segera keluar dari kamarnya, menuruni tangga lalu menuju dapur. Di sana ia mengambil telur lalu menggorengnya. Setelah itu Berlian mengambil sepotong ikan lalu digorengnya. Tapi bau ikan tadi membuat rasa mual kembali bergejolak.

Setelah menggoreng ikan, Berlian cepat-cepat berlari ke kamar mandi dan...

"Huek! Huek! Huek!"

Dia jadi anti terhadap bau sekarang.

Setelah selesai di kamar mandi, Berlian keluar. Di sana sudah ada Ibu mertuanya yang sedang membuatkan susu.

"Gimana bisa anak saya menikahi wanita penyakitan seperti kamu!" Sindir Bu Maharani. Nampaknya ia tadi mendengar Berlian muntah.

"Ngurusin sarapan sendirian aja kamu gak becus!" Tambahnya lagi sembari mengambil nampan yang berisi tiga gelas susu hangat.

"Dek! Kamu jangan dengerin Nenek kalau lagi ngomong ya? sebenarnya Nenek itu baik kok!"

Ingin rasanya Berlian berteriak bahwa sekarang ia sedang mengandung. Mungkin Bu Maharani berpikir bahwa asam lambung Berlian sedang kambuh.

Setelah menyiapkan sarapan untuk Arhan, Berlian menghidangkannya di meja makan. Tak lama setelah itu Arhan turun dan bergabung di meja makan. Ada Bu maharani, Aurelia, Arhan juga Berlian.

Berlian mengambil roti tawar yang sudah di isi dengan telur olehnya. Sedangkan Berlian mengambil sedikit nasi juga ikan. Maklum ia tidak biasa sarapan ala mareka dengan rot, tak membuat perutnya kenyang.

"Kok susunya cuman tiga?" Tanya Arhan saat melihat di depan Berlian tak ada susu.

"Mama kan buat hanya untuk anak Mama. Lagian Berlian bukan anak kecil, dia bisa bikin sendiri. Masa buat susu saja malas."

"Gak papa Mas! Aku kan gak suka susu Mas!"

"Ya udah deh! Lanjut makan!" Arhan malas harus memperpanjang masalah sepele yang sebenarnya itu termasuk penting.

Bu Maharani selalu bersikap begitu pada Berlian, tak menganggap Berlian seorang menantu yanh selayaknya. Hal itu kadang-kadang membuat Arhan sedih.

Di saat Berlian baru menyuapi bebera sendok nasi juga ikan ke dalam mulutnya, perutnya tak mau menerima. Apalagi bau ikan yang menurutnya masih amis, padahal biasanya tidak. Seketika rasa gejolak itu muncul lagi.

"Aku permisi dulu ya?" Berlian bangkit dari tempat duduknya lalu berlari ke kamar mandi.

"Huek! Huek!" Berlian memuntahkah isi perutnya lagi.

Setelah itu Berlian kembali dengan keadaan lemas ke meja makan.

"Kamu muntah lagi?" Tanya Arhan saat Berlian baru duduk.

"Iya Mas!"

"Kan istri kamu memang penyakitan!" Cibir Bu Maharani yang diikuti senyum remeh oleh Aurelia.

"Ma!" Tegur Arhan.

"Kan memang iya Mas?" Tambah Aurelia.

Arhan malas membalas ucapan adik dan mamanya.

"Kamu udah minum obat belum? Harusnya setengah jam sebelum makan, kamu minum obat dulu." Protes Arhan.

"Ada kok Mas" Jawab Berlian diiringi anggukan.

Dalam hati Berlian tersenyum, ternyata sang suami masih memperhatikannya juga. Walau sikapnya dominan dingin, tapi Berlian yakin Arhan masih mencintainya.

"Ya udah deh aku langsung ke kantor aja." Ucap Arhan lalu meneguk susunya.

"Aku antar Mas!"

Arhan mengangguk menyetujui, lalu ia bangkit dari meja makan diikuti oleh Berlian yang menjinjing tasnya Arhan.

Sedikit cuap-cuap. Aku balik lagi nih. semoga kalian suka ☺ jangan lupa like komennya.

Terpopuler

Comments

Maya Sari

Maya Sari

ok Thor semangat berkarya 😍😍 d tunggu up nya,, 👍

2023-02-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!