Rencana Tunangan

"Berlian?" Pria itu nampak terkejut memanggil Berlian.

"Mas Arhan?" Berlian hanya mampu menyebut nama Arhan dalam hatinya.

Berlian mengalihkan atensinya ke samping dengan malas, ia juga melipat kedua tangannya di dada, seolah benar-benar tak sudi melihat Arhan.

"Kamu ngapain di sini?" Tanya Arhan lembut.

"Kamu kerja di sini lagi?" Tanya Arhan lagi lembut.

"Bukan urusan Mas!" Ketus Berlian.

"Dia siapa Lian?" Tanya Arhan, kini atensinya berpindah pada Cakra.

"Kenapa sih Mas cerewet banget? Mas gak perlu tahu siapa dia." Jawab Berlian masih dengan nada ketusnya.

Sebenarnya Arhan kecewa mendapat jawaban yang tak baik dari Berlian. Kecewa. Dulu Berlian begitu lembut padanya.

"Yok Mas?" Berlian menarik tangan Cakra dengan tergesa dan berlalu dari hadapan Arhan yang masih mematung.

Arhan begitu pengecut, dan ia mengakui itu. Ia tak mampu lagi mengejar Berlian, ia hanya bisa menatap nanar punggung perempuan itu. Perempuan yang akhir-akhir ini mengganggu tidurnya.

Di sisi lain, Cakra juga mengerti, pria tadi adalah seseorang yang cukup Berlian kenal. Kalau boleh Cakra menebak, mareka pasti punya satu hubungan yang tidak dapat Cakra pastikan apakah itu.

Dari yang Cakra tangkap, sepertinya hubungan mareka terlihat buruk. Entah apa yang sebenarnya terjadi, ia pun masih enggan untuk bertanya apalagi melihat Berlian tidak baik-baik saja.

Rencana yang tadinya membeli baju, malah gagal, sebab Berlian langsung masuk ke dalam mobil.

Berlian nampak murung, dan sekarang saja Berlian hanya diam dan mengedarkan pandangannya ke luar jendela. Menatap lalu-lalang anak manusia dengan segala kegiatannya.

Cakra sesekali melirik Berlian yang masih betah dengan lamunannya. Tampaknya mood Berlian memang tak lagi bagus. Mungkin mood Berlian terlanjur anjlok saat bertemu pria tadi.

"Ehem!" Cakra berdehem memecahkan kesunyian di antara mareka.

Berlian yang sadar langsung mengalihkan atensinya pada Cakra.

"Kita jadi ke klinik kan?" Tanya Cakra memastikan.

"Besok saja ya Mas? Gak papa kan?" Berlian terlihat lesu.

Cakra tersenyum memberikan kesan hangat pada Berlian. "Gak papa kok ditunda untuk besok."

"Antar aku pulang saja ya Mas?" Pinta Berlian.

Cakra mengangguk berusaha mengerti perasaan Berlian.

"Oh ya kalau boleh tau pria tadi itu siapa?" Cakra memberanikan diri mengulik informasi.

Hening. Berlian tak menjawab.

"Kalau kamu gak jawab gak papa kok! Itu gak terlalu penting." Cakra menjadi tidak enakan pada Berlian.

"Dia mantan suami aku." Lirih Berlian dengan tatapan kosong ke depan.

"Mantan suami?" Beo Cakra dalam hatinya. Bagaimana bisa mareka bercerai sedangkan Berlian dalam keadaan hamil? Atau laki-laki itu tak tahu Berlian hamil? Sebenarnya apa yang terjadi.

Begitu banyak pertanyaan yang mampir di kepala Cakra, namun ia masih enggan menanyakannya.

"Sudah lama?"

Berlian menggeleng. "Baru-baru ini."

"Jadi dia gak tahu kondisi kamu saat ini?" Terka Cakra.

Lagi-lagi Berlian menggeleng. Oh ****!!! Mantan suaminya tak tahu. Bagaimana reaksinya jika ia tahu?

"Aku juga gak berniat buat ngasih tahu."

Cakra tak bertanya lebih lagi, rasanya ini sudah bukan ranahnya lagi. Ia cukup tahu saja bahwa ternyata inilah penyebab Berlian murung setiap saat.

"Kalau kamu butuh tempat bersandar, saya selalu siap." Ucap Cakra mantap.

Dengan kata lain, Cakra siap mendengar keluh kesah Berlian, dan pastinya juga siap kapan pun Berlian membutuhkannya.

...****************...

Setelah berpisah dengan Berlian, Arhan benar-benar kelimpungan mengurus semuanya sendiri.

Belum lagi pertemuannya kemarin dengan Berlian, ia tak bisa fokus pada apa pun, termasuk pekerjaannya.

Pertemuan kemarin membuat Arhan menjadi penasaran. Gimana enggak? Berlian memakai seragam pelayan restoran. Apa ia kembali bekerja di sana lagi? Apa uang yang Arhan kirimkan untuk nafkah masa iddahnya tak cukup? Dan seingat Arhan ia mengirimkan nominak yang tergolong banyak. Ia juga mengirim sehari setelah mengantarkan Berlian ke rumah Ibu.

Tapi bukan hanya itu saja yang menjadi puncak komedinya. Berlian bersama dengab seorang laki-laki! Siapa itu? Mengapa mareka terlihat akrab? Bahkan Berlian juga tertawa lepas dengan pria itu.

Arhan cukuo mengenal Berlian. Berlian jarang, bahkan bisa dikatakan tidak punya teman laki-laki, apalagi sedekat itu. Jangan-jangan laki-laki itu yang akan menggeserkan posisinya di hati Berlian.

Arhan menggeleng kuat. Tidak! Ini tidak boleh terjadi. Tapi membayangkan posisinya sekarang, ia hanyalah mantan.

Arhan menyugar rambutnya kasar. Ia kesal sendiri memikirkannya.

"Kamu ini kenapa Han?" Tanya Bu Maharani yang baru mengambil posisi di samping Arhan.

"Mama liat akhir-akhir ini kamu melamun terus."

Arhan menggeleng malas. Andai boleh berkata, ia akan mengatakan ini ukah Mamanya, tapi cintanya kepada sang Mama melebihi rasa kesalnya. Maka, ia akan menahannya.

"Gak papa Ma." Jawab Arhan dengan suara kecil.

"Kamu masih mikirin Berlian ya?" Sangka Bu Maharani.

"Gak kok Ma!" Geleng Arhan.

Walau Arhan mengatakan tidak, tapi wajahnya mengatakan iya.

"Angel lebih baik dari segala sisi, lupakan dia!" Tegas Bu Maharani. Ia tak ingin Berlian menjadi pengacau sekali lagi.

"Mama akan membicarakan tentang pertunangan kalian." Tambah Bu Maharani.

Arhan langsung melirik Bu Maharani kaget. "Secepat ini Ma?" Tanya Arhan dengan nada terkejut.

"Sebelum kamu berubah pikiran."

"Tapi Arhan rasa ini terlalu buru-buru Ma!" Protes Arhan, ia kurang setuju dengan rencana Mamanya menggelar pertunangan dengan Angel.

"Mama gak mau Berlian menghalangi kamu untuk kedua kalinya. Mama tahu perempuan itu masih mengisi pikiran kamu."

"Mama salah sangka. Kalau pun iya, itu wajar. Hakim saja belum mengetuk palu, mana bisa Arhan melupakan secepat itu?"

"Maka dari itu Mama menghadirkan Angel, agar kamu ceoat melupakan dia!"

Hufft! Rasanya percuma membantah, Mamanya tak akan mendengarnya.

Arhan menghembuskan napas pasrah, sebenarnya lebih ke pada kesal.

"Ya sudah Mama fokus aja sama pertunangan Arhan."

Terpopuler

Comments

Teguh wira admaja

Teguh wira admaja

jadi anak laki-laki kok gak tegas
kyk di bawah ketek emak nya aja

2023-03-21

1

Maya Sari

Maya Sari

si arhan tuh ga tegas sama hidupnya sendiri , terlalu lemah tidak punya pendirian

2023-02-24

2

Diana Wiyono

Diana Wiyono

nngak suka ama sifat arhan..nggak ada pendirian

2023-02-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!