"Berlian?"
Berlian menoleh dan memaksakan senyumnya. "???"
"Pak Dokter?" Panggil Berlian.
Ternyata itu adalah Cakra. Saking Berlian tak fokus, ia tak bisa melihat Cakra di depannya.
"Kamu kenapa? Kamu pucat banget?" Cecar Cakra khawatir. "Kamu sakit?"
"Gak papa." Geleng Berlian. Sungguh ia tak ingin menjadi pusat perhatian orang-orang.
"Yakin?" Tanya Cakra dengan kening berkerut seolah ragu dengan Berlian. Kondisi Berlian benar-benar kurang meyakinkan.
"Saya permisi ya Pak?" Berlian mohon izin ingin melanjutkan pekerjaannya yang di belakang.
Namun baru dua langkah ia berjalan, semua terasa kabur. Tidak! Bukan mengabur, tapi menjadi gelap. Ditambah kepalanya yang menjadi berat dan pusing parah. Berlian memegangi kepalanya, namun....
Yang Berlian ingat adalah, samar-samar suara orang yang meneriaki namanya. Sesudahnya, ia tak ingat lagi apa-apa.
...****************...
Arhan kelimpungan mencari dokumen pentingnya saat ini. Di saat-saat seperti ini, sungguh ia membenci dirinya sendiri. Karna di saat seperti ini Arhan sangat membutuhkan Berlian.
Berlian selalu rapi meletakkan semuanya, Arhan hanya perlu mengatakan saja, ia memerlukan apa, maka Berlian akan menyiapkannya. Dan Arhan hanya tanggung beres kalau ke kantor.
Bukan hanya itu saja, Berlian akan selalu menyiapkan pakaian Arhan. Jangan tanya bagaimana sekarang, Arhan harus teriak-teriak setiap pagi memanggil mamanya atau pembantunya untuk membantunya mencarikan baju yang ia inginkan.
Dan benar saja, Arhan telah membuang Berlian yang begitu berharga.
"Ya ampun, di mana lagi aku taruh?" Kesal Arhan.
Kemudian Arhan keluar dari ruang kerjanya lalu ia masuk ke kamar, mana tahu ada di sana.
Arhan mencoba mencari di laci lemari, namun ia tak menemukannya. Kemudian ia mencoba beralih pada laci nakas.
Dimulai dari yang paling atas, tidak ada. Kemudian Arhan mengacak-acak laci yang kedua, masih nihil. Dan Arhan mencoba mencari peruntungan di laci yang ketiga. Masih juga tidak ada, tapi....
Arhan menemukan sebuah kado kecil di sana. Milik siapa ini? Tanya hati Arhan. Jika bukan untuknya, pasti untuk Berlian. Arhan mengambil kado tersebut. Karna penasaran ia tak peduli itu milik siapa, Arhan pun membukanya. Arhan mengambil isi dalan kado tersebut.
Tespack? Dua garis?
Milik siapa ini? Arhan membekap mulutnya. Ia berasumsi bahwa pemilik ini adalah....
"Berlian?"
"Jangan bilang kamu hamil sayang."
Jika Benar ini milik Berlian, maka ia telah berdosa menceraikan perempuan itu dalam keadaan hamil.
Arhan terduduk lemah. Apakah ini juga bagian dari karma?
"Berlian? Kenapa kamu gak bilang dari awal sayang? Harusnya itu tidak terjadi pada kita. Mas pasti akan mempertahankanmu jika Mas tahu kamu hamil."
Arhan menjadi teringat saat Berlian muntah-muntah. Itu bukan karma asam lambungnya, tapi justru karna ia sedang hamil.
"Bisakah aku memperbaiki semuanya sayangku?"
...****************...
Berlian membuka matanya perlahan. Ia melihat ke sekelilingnya. Nuansa biru muda pada dindingnya yang membuat mata tetasa nyaman. Dan di satu pojok ada seorang laki-laki tampan duduk di sofa dengan ponsel di tangan sebagai mainannya.
Jika dilihat sekali lagi, ini bukanlah rumah sakit, tapi sepertinya klinik.
"Ehem!" Alih-alih memanggil Cakra, Berlian memilih berdehem.
Secepatnya Cakra menoleh ke arah sumber suara. Ia tersenyum. Pasiennya sudah sadar.
"Udah sadar?" Tanya Cakra sembari bangkit dan mendekat pada ranjang Berlian.
Ah iya jadi gugup dan malu, pertanyaan macam apa itu tadi? Tidak bermutu sama sekali. Jelas-jelaa Berlian sudah membuka mata, pastinya ia sudah sadar.
"Jadi menurut Pak Dokter, saya ini masih pingsan?"
Ya! Ya! Jawaban yang logis sekali. Cakra tersenyum. Baru sadar Berlian sudah mengajaknya bercanda.
"Bisa-bisanya kamu bercanda saat kamu baru sadar." Geleng Cakra tak habis pikir, tapi ia suka.
"Tapi saya di mana ya Dok?" Tanya Berlian, ia merasa memang asing dengan tempat ini.
"Di klinik saya."
"Dokter yang bawa saya?"
"Menurut kamu, siapa lagi?"
Ah..., iya juga ya.
"Makasih ya Dok, tapi saya gak kenapa-napa kan?"
Hening. Cakra juga bingung bagaimana cara menjelasjannya. Sejauh ini Berlian memang baik-baik saja, tapi...
"Pak Dokter?" Panggil Berlian ketika melihat Cakra malah melamun.
"Ah?"
"Kok ngelamun?" Tanya Berlian.
Cakra melihat Berlian penuh arti.
"Saya gak papa kan Dok?"
"Kamu gak papa, tapi..."
"Tapi kenapa?"
"Kamu hamil." Lirih Cakra.
Berlian langsung tersenyum. Ia pikir ada terjadi sesuatu yang aneh. Kalau hanya hamil, ia pun tahu.
"Ohhh.."
"Kamu?"
"Kalau hamil saya juga tahu Dok! Maksud saya itu janin sata gak kenapa-napa kan? Dan saya gak lagi mengidap suatu penyakit yang serius kan?"
Cakra masih agak bingung dengan jawaban Berlian. Ia hamil. Dan ia mengetahui kehamilannya? Banyak pertanyaan yang timbul dalam benak Cakra, namun segera ia menepisnya.
"Kamu sehat, hanya saja kamu gak boleh capek dan stress. Satu lagi, kamu harus makan tepat waktu, lambung kamu sedikit parah. Hindari juga makanan instant, karna itu gak baik buat kamu juga bayi kamu." Jelas Cakra.
"Sama banyak-banyak makan buah, juga mengonsumsi protein yang banyak. Itu bagus untuk kehamilan kamu."
Berlian mengangguk mengerti. "Siap! Selain dari itu Dok?"
Cakra menggeleng, "Itu saja dulu."
"Berarti saya sudah boleh pulang ya?"
"Boleh! Tapi tunggu sebentar lagi ya? Tunggu infusnya habis dulu, biar kamu juga punya tenaga."
"Iya! Makasih Pak Dokter!"
"Bye the way, jangan panggol saya begitu. Panggil saya Cakra saja. Atau kalau kamu sungkan karna saya lebih tua, panggil kak atau Mas saja, kebetulan saya suku jawa."
Berlian mengangguk, gak masalah, panggilannya gak buruk juga tuh menurutnya.
"Baik Pak! Eh Mas! Mas Cakra maksudnya."
Cakra tersenyum melihat tingkah Berlian.
"Ya sudah kalau gitu kamu baring-baring aja dulu, kalau mau lanjut tidur juga boleh. Saya permisi dulu, nanti saya masuk lagi lepasin infus kamu."
Berlian mengiyakan, dan setelah itu Cakra keluar dari ruangannya di rawat.
Pikiran Cakra dipenuhi dengan Berlian yang sudah hamil, itu artinya? Apakah ia tak punya harapan?
"Berlian hamil? Otomatis dia punya suami? Kalau dia gak punya suami, itu artinya???"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Maya Sari
itu artinya apa mas Cakra ,,,boleh deh berharap dikit ya ,,,
2023-02-16
0