Pertengkaran

Berlian mendengar suara ribut-ribut di rumah. Dari indera pendengaran yang ia tangkap suaranya berasal dari ruang tamu. Sayup-sayup ia juga mendengar namanya ikut terseret dalam keributan itu.

Suara itu adalah suara Arhan dan Ibu mertuanya Bu Maharani. Sesekali adiknya Aurelia juga ikut menimpali, walau Berlian tak tahu pastinya apa yang menjadi pemicu keributan tersebut. Dan yang mendominasi adalah Bu Maharani, ia lebih banyak berbicara ketimbang yang lainnya, bukan berbicara tepatnya berteriak.

Sejak kedatangan Berlian dua tahun yang lalu, rumah ini selalu penuh dengak cekcok, perdebatan antara Arhan dan Bu Maharani. Biasanya hanya karna sang mertua yang selalu nyinyir terhadap sesuatu tentang Berlian. Dan Arhan berdiri di depan sebagai pembela Berlian. Belum lagi Aurelia yaitu adik perempuannya Arhan yang menjadi kompor untuk Ibunya.

Karna perdebatan yang tak kunjung selesai, membuat Berlian jadi penasaran. Berlian memutuskan untuk keluar dari dalam kamar dan menuruni tangga.

Dan benar saja Ibu mertuanya sedang ngamuk parah. Terlihat dari wajahnya yang sudah merah padam, tapi masih berapi-api, belum lagi Aurelia yang ada di sisi Bu Maharani ikut menumpahkan bensin dalam keributan itu.

"Gara-gara perempuan itu!" Teriak Bu Maharani sembari menunjuk pada berlian yang baru menginjak anak tangga terakhir.

Bingung? Tentunya. Ia yang baru datang tapi malah ia yang disalahkan dan menjadi sasaran kemarahan mertuanya. Berlian hanya berdiri mematung kebingungan dengan mulut terbuka, namun tak berucap sepatah kata pun.

"Gara-gara kamu anakku berubah! Semenjak kedatangan kamu ke sini, dia tidak lagi menghormati aku sebagai Ibunya." Bwrang Bu Maharani dengan menunjuk-nunjuk ke arah Berlian yang berjarak tiga langkah darinya.

"Mama!" Seru Arhan, "Mama ini bicara apa sih?"

Sungguh! Arhan sangat frustasi dengan kelakuan Mamanya. Hampir setiap hari ia adu mulut dengan sang Mama karna masalah yang sama, yaitu Mamanya yang masih tidak bisa menerima Berlian sebagai menantunya.

"Memang benar! Perempuan ini yang menghasut kamu, kamu masih gak percaya dengan apa yang Mama katakan tadi? Kamu menganggap Mama bohong?"

Entah apa yang telah Bu Maharani katakan pada Arhan, Berlian pun tak paham. Tapi di sini ia jadi pusat permasalahan mareka. Berlian tak berani membuka suara barang sedetik pun, jujur saja ia takut.

"Baiklah Arhan kalau kamu tidak percaya dengan segala yang Mama katakan tadi. Biarin Mama saja yang pergi dari rumah ini." Entah itu sebuah ancaman, keputusan, atau malah hanya gertakan dari Bu Maharani saja.

Hah? Maksudnya bagaimana? Pergi? Yang benar saja? Ternyata masalahnya cukup besar.

"Ma! Jangan? Ma!" Arhan menarik lengan Bu Maharani yang hendak pergi.

"Ini rumah Mama, kenapa Mama yang keluar?" Tanya Arhan.

"Kalau begitu siapa yang seharusnya keluar?" Tanya Bu Maharani dengan nada sinis diiringi alisnya yang naik sebelah menambah kesan kejamnya.

"Mama tanya siapa yang seharusnya keluar dari rumah ini?" Teriak Bu Maharani tak sabar.

"Gak ada!" Tegas Arhan dengan suara tinggi, "Gak ada satu pun yang boleh keluar dari rumah ini."

"Baiklah. Sepertinya itu cukup sebagai jawaban." Timpal Aurelia. "Kalau Mas Arhan masih bingung gak bisa menentukan pilihan, biarin aku dan Mama yang pergi dari rumah ini. Mungkin Mas gak bisa percaya omongan aku dan Mama."

"Aurel!" Teriak Arhan.

"Mas! Sejak kedatangan perempuan ini, aku tuh menderita tahu gak? Dia selalu berkuasa. Aku dan Mama berasa numpang di sini."

"Benar sekali.Memang seharusnya Mama yang pergi, agar perempuan ini senang." Tunjuk Bi Maharani pada Berlian dengan dagunya.

Bagaimana Berlian? Sedih, takut, bingung telah menjadi satu. Padahal ia sendiri masih yak tahu di mana letak kesalahannya.

"Mama mau ke mana? Jangan pergi Ma!" Arhan berusaha agar tak ada satu pun yang pergi, termasuk Berlian pastinya.

"Kalau kamu ingin Mama tetap di sini, silakan pilih, Mama yang melahirkan kamu atau perempuan ini yang baru kamu kenal?" Bu Maharani melakukan penawaran pada Arhan.

Kedua opsi yang sama-sama tak menguntungkan. Maksudnya ia ingin tak ada opsi behmgituan, karna ia akan memilih keduanya.

"Ma...., mana bisa begitu. Dia istri aku." Lirih Arhan memberi pengertian pada sang Mama berharap Mamanya akan luluh.

"Kalau begitu, biarin kami pergi Mas! Mas juga masih bingung siapa yang Mas perjuangkan." Aurelian memanas-manasi keadaan dengan ucapannya.

"Mama..., Mama mau ke mana? Ini rumah Mama." Barulah Berlian berani mengeluarkan satu kalimat dengan nada yang lirih.

"Diam kamu! Ini semua gara-gara kamu." Bukannya menjawab, Bu Maharani malah menghardik Berlian.

"Kamu pasti senangkan? Mas Arhan lebih memilih kamu daripada kami?" Pekik Aurelia dengan mata melotot.

Berlian menggeleng, "Enggak! Berlian sama sekali gak berpikir begitu. Berlian maaih bingung kenapa Mama dan Aurel ber-"

"Cukup Berlian!" Potong Arhan, alhasil Berlian tak melanjutkan kata-katanya lagi.

"Tapi Mas?"

"Aku bilang cukup, ya cukup! Jangan memperkeruh suasana."

Memperkeruh suasana? Apa maksud Arhan dengan kata lain, Berlian memang benar-benar penyebab keributan ini? Sumpah! Di sini Berlian hanya ingin meluruskan bagaimana yang seharusnya, ia juga ingin tahu di mana letak kesalahannya, mungkin saja ia benar-benar salah, dan itu ia akan merubahnya.

"Aurel ayo bantu Mama. Mama semakin pusing di sini." Pinta Bu Maharani.

"Ma..." Panggil Arhan.

"Sudahlah Arhan, kamu urusi saja istri kamu itu."

"Ma, Arhan mohon Mama jangan pergi. Arhan cuma punya Mama."

"Kalau Mama terus-terusan di sini, sperrinya dua hari lagi Mama akan mati."

"Ma..., jangan.ngomong begitu!"

"Apa brdanya? Toh kamu tidak bisa memilih kan antara Mama dan dia?"

Arhan mengacak rambutnya frustasi. Mengapa pula ia harus dihadapkan pada situasi sulit seperti ini?

Jika ia memilih Mama dan adiknya, otomatis ia kehilangan sang istri yang begitu ia cintai. Dan sebaliknya pula jika ia memilih Berlian, ia akan kehilangan, orang tua juga adik satu-satunya. Apa tak ada jalan lain selain pilihan?

"Kalau kamu pilih Mama, ceraikan dia!"

Cerai? Arhan dipaksa menceraikannya? Mengapa ia tega? Pikir Berlian. Bukankah ia juga seorang perempuan? Tapi mengapa ia sangat tega memisahkan anaknya dengan orang yang ia cinta. Di mana letak hatinya?

Bagaimana bisa seorang Ibu memaksa anaknya bercerai? Tapi untuk membantah, Berlian tak punya keberanian apa pun. Tapi satu yang ia yakini, Arhan tak akan meninggalkannya, ia sudah pernah berjanji dulu.

Arhan memejamkan matanya sesaat, ia frustasi. Lalu ia melirik Berlian yang Berjarak selangkah darinya, kemudian melirik Mama juga Aurelia yang berada di depannya. Benar-benar pilihan yang sulit.

Apa yang harus Arhan lakukan? Siapa yang harusnya ia pilih?

Terpopuler

Comments

Sulistia Anggraini

Sulistia Anggraini

tunggulah kehancuranmu arhan

2023-02-08

1

Maya Sari

Maya Sari

orang tua yg selalu mementingkan diri sendiri,,kamu akan menyesal arhan kalo ikuti kemauan ibu mu 😠🤪

2023-02-08

1

Syifaa رباني

Syifaa رباني

arhan bakal nyesel banget sih 😠😭

2023-02-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!