Seminggu telah berlalu sejak hari Arhan mengantarkan Berlian oada Ibunya. Dari hari itu, Berlian hanya mennagis dan mengurung diri di kamar. Jangan bilang Berlian lebay. Tidak ada wanita yang langsung baik-baik saja sesudah diceraikan oleh orang yang dicinta. Kalau pun ada, itu hanya berlaku dalam dunia novel. Sejatinya wanita adalah makhluk yang lemah.
Setelah seminggu itu, Berlian mencoba mencari kerja lagi. Tak mungkin juga ia bergantung hidup pada Nautiya dan juga sang Ibu yang sudah tua, apalagi ia akan menambahkan anggota keluarga, yaitu janin yang masih tumbuh dalam rahimnya.
Walaupun ia belum bercerita perihal kehamilannya pada Bu Rahma dan Nautiya, tapi ia yakin lambat laun mareka akan tahu juga nantinya. Mungkin jika mareka tahu sekarang ia akan dipaksa untuk tinggal di rumah tak boleh bekerja, dan Berlian tak mau itu terjadi.
Tak susah mencari pekerjaan. Berlian kembali lagi bekerja di restoran tempatnya bekerja dulu. Ya! Ia kembali lagi menjadi seorang pelayan.
Dan hari ini adalah hari pertama Berlian bekerja. Ia kedapatan jadwal masuk pagi hingga sore. Jadilah ia pagi-pagi sudah siap dengan pakaian casual yang lumayan rapi, juga rambut panjangnya yang ia kuncir.
"Kakak mau ke mana pagi-pagi sudah rapi?" Tanya Nautiya yang mengambil tempat di samping Berlian. Ia pun sudah rapi dengan pakaian kantornya.
"Kakak mau kerja." Jawab Berlian jujur.
"Kerja?" Beo Nautiya dengan alis bertaut.
"Kamu mau kerja nak?" Tanya Bu Rahma sembari menaruh nasi ke dalam piring masing-masing anak perempuannya.
"Iya Bu! Masa Berlian tidur-tiduran aja di rumah."
"Emangnya kakak mau kerja apa? Gak usah kerja kak, gaji aku cukup kok untuk menghidupi kita berdua."
"Iya Berlian gak usah kerja, di rumah saja sama Ibu." Tambah Bu Rahma.
"Gak papa bu! Lian juga udah biasa kerja kok, jadi Ibu sama Tiya gak usah khawatir." Tutur Berlian sembari menyendokkan nasinya ke dalam mulut.
"Tetap aja loh kak. Kakak baru aja bercerai, mental kakak belum baik-baik saja." Kata Nautiya berharap kakaknya menurut.
"Justru itu, kakak perlu bekerja biar bisa mengalihkan perasaan kakak. Jadi perlahan-lahan kakak bisa bangkit dan lupain itu semua."
"Emang kakak mau kerja apa sih?"
"Kakak kembali bekerja di restoran yang dulu." Kini Berlian sudah menyendokkan nasi ka dalam mulut, ini adalah suapan kedua. Sedangkan Bu Rahma dan Nautiya malah tak jadi makan.
Nautiya menggeleng, "Gak kak! Aku gak setuju Kakak balik ke situ." Protes Nautiya.
"Loh kenapa? Kakak dulu nyaman-nyaman aja tuh kerja di sana. Bosnya baik dan gak pelit."
"Iya! Tapi masalahnya bukan itu."
"Terus apa juga?" Tanya Berlian sembati melirik Nautiya.
"Gimana kalau kakak ketemu lagi sama Mas Arhan? Dia pasti bakalan ngetawain kakak. Dia bakalan senang ngeliat kakak kerja di tempat itu lagi, seolah-olah kakak emang gak mampu tanpa dia."
Berlian mengedikkan bahunya. "Kalau saatnya lagi ketemu, mau di mana pun tetap ketemu Tiya. Dan masalah dia mau ngetawain kakak, itu hak dia. Gak papa, itu urusan dia. Tenang aja, kakak akan baik-baik saja."
"Kakak selalu begitu." Gerutu Nautiya.
"Ya sudah Ti, biarin saja kakakmu itu kerja dulu, mungkin benar dia bisa lupain apa yang terjadi dengan sibuknya bekerja." Lontar Bu Rahma.
Ia berpikir juga tak keberatan jika memang itu baik untuk Berlian.
"Tapi Bu, Mas Arhan dan keluarganya pasti menganggap kita rendah."
"Ya sudah, biarkan itu jadi urusan mareka. Kita memang orang rendahan. Asalkan saja kita tidak mengemis pada mareka, kita juga gak ganggu mareka, selesai."
Nautiya mengecurutkan bibirnya. Ia kurang sependapat dengan kakak dan Ibunya yang terlalu baik, sedangkan ia punya sifat yang agak lebih keras dari mareka.
"Udah Ti! Makan! Jangan dilihat aja, kamu gak bakalan kenyang." Tutur Berlian.
Nautiya pun tak lagi berkomentar. Ia melakukan ritual makan paginya untuk lanjut pergi bekerja.
...****************...
Berlian hanyalah seorang perempuan dengan lulusan SMA. Hingga ia tak dapat mencari pekwejaan yang lebih layak yang bisa membwrikan gaji yang lebih tinggi kepadanya.
Dari dulu ia sudah bekerja sebagai pelayan restoran, lalu malamnya ia mencari pekerjaan paruh waktu lainnya.
Dan sekarang Berlian kembali bekerja di restoran yang dulu.
Di sinilah ia dan Arhan dulu saling mengenal. Arhan yang sering nongkrong, makan siang, makan malam bahkan kadang meeting juga ia lakukan di sini.
Awalnya Arhanlah yang lebih dulu tertarik padanya, dan mendekatinya. Awalnya pun Berlian tak terlalu menanggapi Arhan, Ia tak pernah berpikir tentang cinta. Karna dalam otak Berlian adalah bagaimana caranya agar Nautiya bisa lulus kuliah dan sukses. Lalu Ibunya tak terlalu harus banting tulang dengan banyak menerima kain untuk dijahit.
Namun kedatangan Arhan mampu mematahkan itu semua. Arhan yang perhatian, sering mengantar jemput Berlian, mampu mencuri hati Berlian bahkan Ibunya. Tak jarang Arhan mampir untuk sekadar ngobrol dengan Ibunya Berlian.
Selain tampan, Arhan juga berkepribadian baik. Setelah menikah saja Arhan selalu mengirimkan uang bulanan untuk Bu Rahma dengab jumlah yang tak tanggung-tanggung. Hingga biaya kuliah Nautiya juga ditanggungnya.
Mungkin itu adalah salah satu penyebab Bu Maharani tak menyukai Berlian. Ia menganggap Berlian dan keluarganya adalah parasite yang bergantung pada Arhan.
Bu Maharani menganggap Berlian adalag wanita yang materalistis yang suka memoroti anaknya. Setidaknya itu adalah salah satu alasan yang juga Berlian tahu.
"Berlian, kok kamu bisa kerja di sini lagi?" Tanya Rachel, teman Berlian di tempatnya bekerja.
"Ceritanya panjang Hel!" Jawab Berlian sedih.
"Tapi bukannya kamu sudah menikah dengan pria tampan itu?" Tanya Rachel lagi sembari terus membuat kopi di mesin coffe maker.
Berlian menggeleng. "Kami sudah bercerai."
"Loh? Kok bisa? Tapi kamu bilang dia adalah pria yang baik."
"Entahlah Chel! Tapi saat aku menikah dengannya, dia memang memperlakukanku dengan sangat baik. Aku saja kaget dengan perceraianku yang secara tiba-tiba."
Rachel manggut-manggut seolah mengerti.
"Sampai di hari dia menalakku, dia masih mengkhawatirkan aku."
"Hah? Aneh sekali ya?"
Berlian mengedikkan bahunya. "Udahlah aku gak mau mikirin itu lagi. Aku mau fokus cari uang dulu saja."
Rachel mengangguk. "Ya sudah deh kamu antar itu aja dulu. Nanti pulang kerja kuta lanjutin ceritanya. Aku masih gak nyangka kamu balik ke sini."
Rachel menaruh kopi yang telah dibuatnya di atas nampan. Lalu Berlian mengantarkan pesanannya ke meja.
Berlian menaruh pesanan di atas meja pelanggan dan mempersilakannya. Ia ingin berbalik kembali. Namun tak sengaja matanya menangkap seorang laki-laki yang bangkit pergi, namun orang itu melupakan ponselnya.
Segera saja Berlian mengambil ponsel tersebut dan sedikit berlari menhampiri laki-laki yang hampir berada di pintu.
"Maaf Pak! Ponsel anda ketinggalan." Ujar Berlian sembari memberikan ponsel yang dipegangnya.
"Oh iya, makasih ya Mbak."
"Iya Pak! Lain kali hati-hati. Saya permisi."
"Baik."
Hay hay! Maafin aku yang kadang bolong upnya ya? Jangan bosen sama cerita aku. Oh ya? Aku janji usahain update sehari sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Syifaa رباني
apa jadinya arhan pas tau lian hamil..hihhhh main asal cere aja!! klo ibu kmu keberatan kamu biayain klrganya lian kan bisa dibicarakan!! beneran deh rezeki tu datang dr mana aja. suamiku juga tulang punggung klrga n sblm nikah blg masih ada 4 adik perempuan yg harus dibiayain smpe kuliah, awalnya mau mundur aja deh tp ga tau knp ortuku malah ngedukung malah beliin rumah n mobil wkt awal2 nikah (bersyukur bgt punya ortu pengertian). dan skrng alhamdulillah kebutuhan klrga dipenuhi suami lbh dr cukup, adik2 disediakan rumah (ga ngekos lg) boleh tinggal disana smpe nikah dan ortunya suami jg sdh disediakan rumah klo2 mau pindah didekat anak2nya. emang banyak pait2nya krn klo dipikir pke nafsu kok suami mentingin klrganya tp merasa cukup itu perlu.
2023-02-13
2
Maya Sari
siapakah laki laki itu ,,apa dia orang yang akan membahagiakan Lian
2023-02-13
1