Menyesalinya

Rachel datang untuk menjenguk Berlian. Setahu Rachel, Berlian berhenti karna ia sedang sakit. Rachel pun tak tahu pastinya Berlian sakit apa. Hanya saja ia pernah sekali beetanya dan yang Berlian katakan adalah lambung. Bisa jadi.

Rachel pertama kali mengenal Berlian saat ia bekerja pada restoran. Berlian sosok yang baik menurutnya, dan ia juga cantik. Jadi tak heran jika banyak pelanggan restoran yang kepincut hatinya pada Berlian. Hingga hati Berlian terpatri pada satu laki-laki bernama Arhan, yang kini meninggalkannya.

Rachel juga tak tahu bagaimana ceritanya Beelian dan Arhan bisa bercerai, lalu Berlian kembali bekerja di sana.

"Minum dulu Nak Rachel." Kata Bu Rahma sembari meletakkan secangkir teh di depan Rachel.

"Iya Bu, terimakasih." Rachel mengangguk sopan.

Bu Rahma ikut duduk di sofa berhadapan dengan Rachel.

"Berliannya masih pakai baju." Bu Rahma memberi tahu.

"Oh iya gak papa!" Jawab Rachel sembati teeua memaksakan senyumnya. Ia canggung.

Setelah Bu Rahma mengajak Rachel mengobrol basa basi, Berlian oun keluar dari kamarnya. Wajahnya juga lumayan segar, mungkin juga karna ia baru selesai mandi.

"Rachel!" Panggil Berlian semangat sembari tersenyum, lalu ia langsung duduk di dekat Rachel. "Aku pikir kamu udah lupa."

"Enggak lah! Kamu apa kabar Berlian?"

"Baik, kamu?"

"Baik juga. Katanya mau mampir, tapi kok gak pernah mampir?"

Berlian menyunggingkan senyumnya menampakkan sederet gigi putih dan gusinya.

"Maaf deh! Aku janji besok bakalan mampir!"

"Oh iya, ini aku ada sedikit rezeki buat kamu." Dengan kikuk Rachel memberikan kantong kresek yang sedari tadi ia pegang erat.

Rezeki?

"Apa ini?" Tanya Berlian heran sembari menerimanya.

"Aku beli obat lambung buat kamu. Katanya kamu asam lambungnya sering kambuh, jadi ada temen aku yang rekomendasiin ini, aku beli deh!"

Berlian mengangguk mengerti. "Makasih ya? Udah perhatian sama aku."

"Iya sama-sama."

Berlian yang penasaran langsung mengintip isi kantong kresek tersebut. Seketika alis Berlian mengerut.

"Ini, kamu yang beli?" Tanya Berlian sembari mengeluarkan botol obatnya.

Rachel mengangguk, tapi ia terasa canggung.

"Terus ini apa?" Tanya Berlian lagi sembari mengeluarkan amplop coklat di dalam kantong krwsek yang sama.

"Itu.., anu.., aku kemarin ada dapat bonus."

"Kamu kok repot-repot segala?"

"Enggak kok!" Rachel semakin canggung. "Aku permisi duluan ya?"

"Owh iya-iya. Kok buru-buru banget nak Rachel?" Tanya Bu Rahma.

"Saya masih harus masuk kerja Bu!" Jawab Rachel sembari terus bangkit.

"Hati-hati ya?"

"Iya Bu! Mari Bu!" Rachel langsung melenggang keluar dari rumah Berlian, dan ia nampak terburu-buru.

"Baik sekali kawanmu Li.." Ujar Bu Rahma.

Berlian hanya menyeringai. Ia telah menangkap gelagat aneh dari tingkah Rachel. Rachel tak bersikap seperti biasanya.

Rachel kembali mengambil botol obat yang dibawa Rachel dan memandangnya dalam.

"Kenapa Nak?" Tanya Bu Rahama yang juga heran dwngan tingkah Berlian.

"Ini bukan dari Rachel Bu!"

"Maksud kamu?"

"Ini dari orang lain."

"Kok kamu bilang gitu?"

"Bu! Obat ini mahal, hampir setara dengan gaji Rachel sebulan, jadi gak mungkin ini dari Rachel."

"Kamu Lian. Jangan meremehkan orang lain."

Berlian memutar bola mata malaa ketika Ibunya tak percaya dengan kata-katanya. Lalu mata Berlian beralih pada amplop coklat yang sempat dipegangnya tadi. Berlian membukanya, ia kembali menyeringai.

Uang satu juta. Fix ini bukan dari Rachel. Berlian rasa ia tahu ini dari siapa. Berlian yak bodoh. Obat lambung tadi obat yang mahal, dan dulu ia sangat familiar dengan obat itu.

Flashback on

"Kamu berikan ini pada Berlian ya? Bilang saja ini dari kamu, bukan dari saya." Arhan memberikannya pada Rachel.

"Apa ini pak?"

"Ini adalah obat lambung Berlian. Dia sering sakit, jadi saya sering memberikan ini padanya."

"Lalu ini?" Tanya Rachel sembari mengangkat amplop coklat tebal. Isinya yang tebal.

"Itu uang! Lima juta!"

"Lima juta?" Beo Rachel kaget.

"Iya." Jawabnya tanpa rasa bersalah.

"Pak! Rasanya bakalan aneh deh, saya dengan gaji yang tak sampai segitu memberikan Berlian uang sebanyak itu atas nama kepedulian. Itu berlebihan, dan gak masuk akal."

Arhan menunduk berpikir.

"Kenapa Bapak gak kasih sendiri aja sih?" Kesal Rachel.

"Saya gak berani." Lirih Arhan, "Tolong! Tolong saya!" Arhan memegang tangan Rachel erat, memohon.

"Tapi ini gak masuk akal Pak!"

"Kalau begitu, berapa yang harus saya kasih?"

"Satu juta saja! Itu saja sudah sangat mencurigakan!"

"Tapi itu gak cukup! Biasanya saja uang bulanannya puluhan juta."

"Ya sudah kalau Bapak gak mau, saya gak berani ambil resiko. Nantinya pertemanan kami yang retak, karna Berlian berpikir saya memihak pada Bapak!"

"Ok! Ok! Di situ uangnya lima juta, berarti siaanya untuk bayaran kamu." Putus Arhan.

"Ta.."

"Gak ada penolakan!" Potong Arhan.

Rachel menghembuskan napas pasrah.

"Satu lagi, selidiki Berlian benar hamil atau tidak."

Rachel mengangguk.

...****************...

Arhan mencari-cari jam tangan mahalnya. Rolex. Ia akan menghadiri pesta perkawinan anak politikus megeri ini. Nanti di sana akan ada banyak tamu penting, jadi ia tak ingin terlihat ada cacat cela.

Arhan tak tahu di mana Berlian meletakkannya. Biasanya semua itu urusan Berlian.

Temlat terakhir yang Arhan cari adalah laci lemarinya. Tapi bukan yang dicari, yang ditemukan.

Sekumpulan surat-surat penting dan buke rekening atas nama Berlian, lengkap dengan kartu ATM-nya.

Arhan mengambil buku tersebut, dan membukanya. Detik selanjutnya Arhan langsung terduduk lemas. Apa selama ini Berlian tak pernah memakainya?

Selama ini Berlian tak pernah memakai uang yang dikirimkan Arhan. Ada. Rasanya tak.kebih dari Sepuluh persen darinyang dikirimkan Arhan.

Patutlah kemarin Berlian bekerja. Ia sama sekali tak mengambil apa-apa dari rumah ini. Berlian keluar dengan tangan kosong. Jangankan uang, baju-baju yang dibelikan Arhan pun masih utuh dan rapi dalam lemari, tak ada satu pun yang dibawa Berlian. Ini adalah puncak penyesalan Arhan.

Tak terasa air mata keluar begitu saja. Arhan benar-benar menyesalinya.

"Aku gak nyangka Lian, kehilangan kamu adalah hal terburuk dalam hidupku."

Terpopuler

Comments

Diana Wiyono

Diana Wiyono

tetap semangat utk ngelanjutin yah thor sampe tamat..selalu ditunggu updatenya

2023-03-10

0

da alfa

da alfa

Hy maaf sekali ya? Authornya akhir² ini banyak acara. Sebenarnya dari kemarin pengen update, tapi ya gitu deh.

2023-03-10

0

Sulistia Anggraini

Sulistia Anggraini

update nya terlalu lama dan sedikit kalau bisa update nya byk

2023-03-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!