Alam yang tak memiliki lagi alasan untuk menghindar, akhirnya menerima keputusan sang majikan untuk segera melangsungkan pernikahannya dengan sang tunangan.
Karena ia tak mungkin lagi mengulur waktu pernikahannya. Ia pun malu pada keluarga Nadia karena sejak pertunangan itu, keluarga Nadia selalu mendesak dirinya untuk segera melakukan pernikahan.
Hari yang di tunggu pun telah tiba, suasana gedung resepsi pun sudah sangat ramai.
Dengan satu tarikan nafas, Alam pun mqmpu mengucapkan ijab dengan lantang dan lancar. Seruan kata sah yang terdengar tentunya meresmikan bahwa mereka telah menjadi suami istri.
Nadia terus mengembangkan senyum di atas dekorasi panggung sembari menjabat tangan para tamu undangan. Begitupun dengan Alam. Ia juga memberi senyum ramah kepada tamu undangan yang hadir dan memberi mereka selamat satu persatu.
Namun ada yang mengganjal dalam hati Alam, matanya terus menatap ke pintu masuk gedung itu. Entah mengapa ia sangat berharap nona Rayya datang ke acara pernikahannya dan memberikannya selamat menempuh hidup baru.
Sepertinya akan sangat menyenangkan kalau ada nona Rayya disini. batin Alam
"jangan berharap bahwa nona akan datang kemari. Apa kau sedang ingin membuat hatinya terluka lagi?" seru Boy berbisik lirih sembari menyenggol lengan Alam yang tengah melamun
"apa sih? siapa juga yang menantikan non Rayya" elak Alam
"kawan kawan.. jangan berbohong padaku! kau tak akan bisa membohongiku dengan elakan mu yang terlihat kaku itu"
"siapa yang bohong! sok tau kamu"
"ya.. ya.. terserah apa katamu saja. Aku akan mengiyakan dari pada harus mendengar kau terus mengelak"
Setelah acara selesai, Alam pun membawa Nadia pulang kerumahnya bersama sang nenek. Nenek Alam memang sengaja di jemput dari kampung untuk menyaksikan pernikahan cucunya.
Alam dan Nadia membersihkan dirinya. Setelah itu ia duduk di meja makan untuk menyantap hidangan yang sudah di buat oleh sang nenek.
Setelah selesai mengisi perut, Alam dan Nadia sedang berbaring diatas ranjang dan saling memandang satu sama lain.
"Sayang.. aku sangat senang akhirnya kau tak lagi menunda pernikahan kita" Ucap Nadia sembari mengusap lembut pipi suaminya.
"maaf ya sayang, aku__"
"sstt.. sudahlah, aku tak akan mengingatnya lagi. Yang terpenting saat ini adalah aku sangat bahagia sudah menjadi istrimu. Orang yang sangat aku cinta"
Alam hanya tersenyu sembari mengusap pucuk kepala Nadia.
Mata mereka saling memandang, wajah mereka pun semakin berdekatan hingga mgikis jarak diantara keduanya.
Saat tinggal beberapa senti lagi bibir mereka hampir saja menempel, tiba tiba terdengar suara ketukan di luar pintu.
"nenek?" Alam mengerutkan keningnya menatap sang nenek yang sudah membawa gayung yang di dalamnya terdapat sampo, sabun, dan sikat gigi.
Ngapain juga malam malam bawa peralatan mandi ke sini? Tuh mana bawa sikat gigi pula? buat apa coba? gigi aja tinggal beberapa biji doang!"
"ada apa nek?" tanya Nadia sedikit geram karena sudah merusak momen romantis malam pertamanya.
"nenek mau mandi, tapi airnya habis"
"habis?"
"iya, di bak mandi tidak ada airnya sama sekali"
"ya udah, ayo kita lihat"
Alam dan Nadia mengajak nenek ke kamarnya, memberitahu dan menjelaskan secara detail bagaimana cara menggunakan kran air dingin dan air panas
"apa nenek sudah paham?"
"sudah"
"baiklah, kalau begitu kami permisi dulu ya nek"
"iya. ya sudah sana kembali ke kamar. Buatkan nenek cicit yang banyak. Kalau bisa, nenek minta cicit yang cantik kayak anak majikan kamu yang dulu menebas habis bayam bayam nenek itu loh? "
Raut wajah Nadia yang awalnya sumringah kini berubah menjadi murung. Entah mengapa saat mendengar nama Rayya hatinya mendadak nyeri. Ia merasa bahwa semua orang begitu menyayangi Rayya.
*
Sementara di belahan negara yang lain, nampak seorang wanita cantik tengah termenung dan menatap langit langit kamarnya. Ia menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan.
"om Alam. . om pasti sangat bahagia hari ini karena bisa menikah dengan wanita yang kau cintai"
"jujur, sudah lebih dari satu tahun aku tak melihatmu, aku sangat rindu"
"om.. aku tak tau racun apa yang sudah kau tebar dalam pikiranku, mengapa susah sekali menghilangkan bayang wajahmu dari peikiranku ini"
"om Alam.. aku sangat mencintaimu om.. sangat mencintaimu.."
Nadia menangis sesenggukan sembari mendekap bingkai foto Alam yang terlihat sangat tampan menurutnya.
"om Alam.. karena kau sudah memilih hidup dengan hati yang lain, maka aku juga akan memilih hati yang baru"
Karena saking lamanya menangis, Rayya pun akhirnya terlelap damai dengan memeluk bingkai gambar lelaki yang sangat ia cintai itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Topemaliya
sabar rayya jgn sedih nnt bakal ada cowok yg cinta kn dg tulus😘😘😘
2023-02-10
1