Sadar Diri

Satu tahun berlalu.

Setelah Rayya memutuskan untuk sekolah di Jepang, Dante memutuskan untuk mengembalikan Boy dan Alam ke dalam markas Danta.

Mereka berdua tak lagi menjalani hari hari menjadi seorang pengawal seperti biasa. Kini mereka menjadi detektif lagi seperti semula.

"kenapa kau melamun?" tanya Boy yang melihat sahabatnya itu duduk sambil menopang dagu

"siapa yang nelamun?"Alam menatap Boy sekilas lalu menatap kembali bingkai foto yang tergantung di dinding ruangan mereka. Foto berukuran besar dengan menampilkan sosok wanita cantik dan imut serta kekanak kanakan dan memakai seragam putihnya

Boy mengikuti arah pandang Alam.

"apa kau merindukannya?"

"ya.." "eh tidak"

"mm... maksutku, tentu saja aku merindukannya. Aku menjaganya sejak kecil, jadi wajarkan kalau aku merindukan nona sebagai adik atau anakku sendiri kan?

"yakin hanya rindu sebagai adik atau anak sendiri?" selidik Boy

"tentu saja" yakin Alam

"baiklah.. aku percaya padamu"

"harus dong"

"ah ya, apa kau ingin tau bagaimana kabar nona?"

"memangnya kau tau?" tanya Alam penasaran

"tentu saja, aku kan punya nomor baru milik nona" jawab boy dengan bangganya

"kenapa kau tak pernah memberitahuku?"

"untuk apa?"

"ya.. ya untuk tau kabar nona lah"

"helleh.. bukannya dia tidak penting untukmu?"

"kenapa kau berbicara seperti itu?"

"Alam.. Alam.. aku tu tau kalau kau ini sedang merindukan nona Rayya. Salah sendiri, kenapa dulu waktu non Rayya ngatain cinta ke kamu malah kau tolak! menyesal kan sekarang?"

Alam hanya diam. Iya tak mengelak juga tak mengiyakan tuduhan Boy. Namun yangbia tau, dulu, dirinya memangvtidak menyukai nonanya sama sekali. Apalagi waktu itu nonnya masih sangat belia untuk berpacaran Bisa bisa di gorok sama tuan Dante. pikirnya.

Saat keduanya tengah asik berbincang, tanpa mereka sadari, ternyata sejak tadi ada yang mendengarkan semua pembicaraan Boy dan Alam. Seseorang di balik pintu itu pun mengepalkan tangannnya erat.

*

Satu hari kemudian

"tuan Alam, tuan Boy, anda di panggil Tuan besar ke ruangannya" ucap salah satu pelayan di markas Dante

"dipanggil? apa ada tugas penting?" tanya Boy penasaran

"tidak tau tuan, saya permisi" pelayan itupun segera pergi

"Ada apa Boy?" tanya Alam yang baru masuk ke dalam ruangan

"kita di panggil tuan Dante"

"sekarang?"

"besok"

"oh.. yasudah" sahut Alam sembari mendudukkan diri di kursi kerjanya

"dull.. ngapain duduk disitu? ayo buruan!"

"buruan kemana?"

"keruangan tuan lah"

"katanya besok?"

"ya sudah kalau kau mau kesana besok, tapi aku berani jamin besok kau tak akan bisa lagi menikmati pekerjaan yang gajinya sangat fantastis seperti ini" ucap boy sambil berlalu meninggalkan ruangan mereka.

"woy! tunggu!"

*

Di ruangan sang big bos, suasana terasa mencekam begitu kala dante menatap kedua pemuda itu dengan tajam

"Alam dan Boy bahkan tak berani menatap majikannya itu. Mereka hanya menunduk dan menggenggam jemari masing masing.

"apa kalian tau alasan apa aku memanggil kalian kesini?" tanya Dante sembari menyilangkan kedua tangan di dadanya.

"tidak tau tuan"

"baiklah, aku ingin bertanya pada kalian berdua. Jawab dengan jujur"

"apa benar Rayya pernah mengatakan cinta pada Alam?" lanjut Dante

deg

Jantung Alam dan Boy tiba tiba berdetak sangat kuat. Pertanyaan Dante barusan telah membuka sesuatu yang mereka simpan dengan rapat selama hampir dua tahun ini.

"kenapa kalian diam?"

"iya tuan" jawab Boy

"Alam! sejak kapan putriku mengatakan cinta padamu?"

"sejak nona masih duduk di kelas delapan tuan"

ia

"hmm.. lalu kenapa kau menolaknya? apa putri ku kurang cantik?"

"tidak tuan, nona rayya adalah wanita yang sangat cantik" sahut Alam dengan pasti

"apa kau tidak mencintainya?" tanya Dante lenuh selidik

Alam terdiam. Namun secepat kilat ia menjawab pertanyaan bosnya.

"maaf tuan, saya tidak mungkin seberani itu untuk membalas perasaan non Rayya"

"aku heran, kenapa kau berani sekali menolak putriku? apa kau tau, cinta di tolak otu sagatkah menyakitkan hati?"

"maaf tuan, saya tidak ada maksud untuk menyakiti nona, namun saya sadar diri. Tidak mungkin saya berani menerima nona Rayya. Kami tidaklah sepadan tuan"

"Baguslah jika kau sadar diri!"

Dante tersenyum tipis. Ia menghela nafas berat saat mengetahui bahwa kepergian putrinya pasti karena laki laki ini. Rayya pasti ingin sekali menghindari Alam untuk menjaga dan meelindungi hatinya dari rasa sakit.

"bagaimana hubunganmu dengan tunanganmu?"

"baik tuan"

"kalau begitu, kalian harus secepatnya menikah!"

jeduar

Alam membeku di tempat, ia tercengang akan penuturan majikannya itu. Karena jujur saja, selama satu tahun ini, Alam lah yang selalu menunda pernikahan mereka.

Tapi untuk kali ini, sepertinya Alam tak akan bisa lagi mengulur waktu.

.

.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!