Menjelang fajar, Raja Gyan pamit undur dari pesta. Dia dengan di temani istrinya, Shana berjalan menuju kamar khusus pengantin yang sudah di hias dengan sedemikian rupa.
Shana berjalan di belakang Gyan, jantungnya berdegup kencang, bahkan tangannya ikut bergetar tak karuan. Wanita itu sangat gugup berdekatan dengan lelaki yang dia cintai dan baru saja menikahinya.
" silahkan yang mulia" ucap Aden membukakan pintu.
Raja Gyan langsung masuk, di belakangnya Shana berjalan mengikuti. para pelayan berhenti di ambang pintu. Di dalam hanya ada sepasang suami istri yang baru saja menikahi itu.
Ruangan sedikit redup, memang sengaja hanya menyalakan lilin dalam jumlah sedikit. Namun sedetik kemudian menjadi terang, tak kala Raja Gyan mengeluarkan kekuatannya untuk memperbesar nyala api.
" yang mulia," Shana memanggil Gyan dari belakang tubuhnya.
" hem" jawab Gyan tanpa membalikkan badan.
" kita minum anggur dulu, ini adalah tradisi orang Prysona untuk pasangan yang baru menikah" ucap Shana yang ternyata sudah membawa 2 gelas berisi cairan anggur merah.
Gyan membalikkan tubuhnya.
" ini Garamantian, tidak ada tradisi seperti itu. Lagi pula pernikahan ini hanya pernikahan politik. Kau tidak benar-benar berfikir aku menikahimu karena cinta kan?" tanya Gyan tanpa memikirkan perasaan Shana. Baginya semakin dia menutupi akan semakin tidak baik untuk kesadaran Shana. Gyan tidak mau memberikan harapan palsu.
putri Shana kaget tapi dia bisa mengontrol wajahnya dengan baik. Wanita itu tersenyum tipis.
" tentu saja, saya sangat mengerti yang mulia" jawab Shana lembut.
" baiklah jika kau tau, aku tak perlu bersandiwara" jawab Gyan menyakitkan hati Shana kedua kalinya.
Setelah perbincangan singkat namun begitu menyakitkan hati Shana, Raja Gyan langsung mengganti bajunya dan tak lama kemudian keluar kamar, lelaki itu meninggalkan Shana di dalam kamar itu sendirian.
Suaminya meninggalkannya saat malam pertama, yang seharunya mereka bisa memadu kasih.
" tak apa. aku akan membuatmu jatuh cinta padaku secara perlahan" cicit Shana yang masih berekpetasi tinggi pada Gyan.
Di tempat pesta, acara baru selesai saat menjelang pagi hari. Dan seperti biasa petugas kebersihan dan petugas sampah langsung bekerja hari itu. Mereka harus membuat aula serta taman kerajaan menjadi bersih seperti semula.
" Alora, kemarilah" panggil Fleur setengah berbisik.
" ada apa?" tanya Valmira penasaran tidak biasanya Fleur terlihat begitu antusias seperti ini. Wanita itu menggenggam sesuatu yang berkilau.
" apa ini?" tanya Valmira penasaran karena Fleur hanya membuka tangannya sekilas lalu menutup kembali. Wanita itu menyembunyikan barang berharga.
" kita ke lorong sana" ajak Fleur dan berjalan dengan cepat. Valmira menengok kanan dan kiri tak ada petugas lain di dekat mereka. Jadi Valmira memutuskan untuk mengikuti Fleur.
" apa tadi?" tanya Valmira yang sudah sangat penasaran.
" kau lihat, ini pasti milik para bangsawan. Indah sekali bukan kalung nya" ucap Fleur sambil memamerkan kalung bermata berlian hijau.
" kau menemukan nya dimana?" tanya Valmira, dia mengambil kalung itu dari tangan Fleur.
" dari tumpukan sampah di sana. kita bisa untung besar. mari kita jual kalung ini" ungkap Fleur dengan wajah semangat. Wanita itu memang hanya memikirkan uang saja, melihat benda berkilau pasti tau kemana arahnya.
" jangan, kita harus mengembalikannya" ucap Valmira polos.
" seseorang pasti akan mencarinya, biar ku yang simpan" lanjut Valmira dan menyimpan kalung itu dalam sakunya.
" enak saja, aku yang menemukannya. jadi aku yang memutuskan" Fleur tidak terima.
" tidak Fleur, kita harus jujur. ini bukan milik kita. Jangan asal menjualnya" Valmira juga tetap kekeh.
" kembalikan Alora, mana?" Fleur menarik baju Valmira agar bisa mengambil kalung nya.
" tidak,..biar..."
" hey kalian segera selesaikan sampah-sampah ini" teriak petugas senior melihat kelakuan Valmira dan Fleur yang terlihat sedang bergurau.
" baik, nyonya" ucap Valmira dan langsung meninggalkan Fleur. Dia sengaja menjauhi Fleur agar wanita itu tidak mengambil kalung temuannya.
Fleur masih kesal dengan sikap Alora yang sangat kelewat baik. Padahal ini merupakan kesempatan emas. Kapan lagi mereka bisa menemukan barang berharga dan bisa menghasilkan banyak uang.
Wanita itu membereskan sampah dengan mata yang terus mengawasi kepergian Alora.
" kau ikut aku" ucap senior pada Fleur. Awalnya dia ingin menolak, tapi itu tidak mungkin. Alhasil Fleur dan Valmira berpisah. Mereka berkerja di tempat yang berbeda.
Sampai pagi tiba saat Fleur lebih dahulu sampai di tempat tinggal pelayan, wanita itu belum juga menemukan Valmira.
" kemana dia pergi? dia pasti menemui petugas dan mengembalikan kalung itu" guman Fleur di dalam kamarnya. Dia mulai kesal, kenapa tadi dia beritahu Alora mengenai kalung temuannya. Harusnya dia mengatakannya saat sudah terjual.
" wanita itu terlalu baik" ucap Fleur, bukan bermaksud memuji. melainkan ucapan sarkas karena Alora terlalu naif.
tap tap tap
Suara langkah kaki mendekati kamar, Fleur segera bersiap. Dia yakin jika itu pasti Alora.
ceklek
" sudah kau berikan pada petugas?" tanya Fleur dengan nada ketus.
" em" Alora bingung mau mengatakan apa. Dia menutup pintu dan duduk di ranjang. Sedangkan Fleur menatapnya dengan tajam
" kau itu terlalu polos, kalau kita jual itu benda, kita bisa memiliki banyak uang dan pergi dari sini. memangnya kau mau mengurusi sampah seumur hidupmu? Alora, hidup ini tidak sesederhana antara baik dan buruk. Sekali-kali kita perlu...." ucehan Fleur tiba-tiba terhenti tak kala Valmira mengeluarkan sesuatu dari sakunya.
" ka..kau masih menyimpannya?" ucap Fleur tidak percaya.
" kau berubah pikiran? kenapa? kau ingin kaya seperti yang aku fikirkan?" Fleur langsung memberondong Alora dengan pertanyaan.
" em tidak, aku hanya belum bisa memutuskan. Tapi setelah mendengar kemarahanmu tadi, sepertinya memang benar. kita tidak mungkin tinggal disini selamanya" jelas Valmira yang terpengaruh dengan ucapan Fleur. Dia juga terkadang lelah jika harus mengurusi sampah. Tubuhnya semakin hari semakin lemah, jika begitu kemungkinan dia akan mendapatkan upah yang semakin sedikit tiap harinya.
" Alora, kau?. Aku senang mendengar keputusan mu" Fleur memeluk sahabatnya dengan erat.
" baiklah, setelah ini kita cari cara menjual barang ini, ya?" tanya Fleur memastikan. Valmira mengangguk pelan sambil menatap Fleur yang bergembira.
Di tempat lain, seseorang tengah kebingungan mencari barangnya yang hilang.
" disini tidak ada putri" ucap pelayan yang ikut mencari.
" dimana dia, seingatku semalam setelah kembali dari pesta aku langsung tidur. apa jatuh di bawah ranjang ya?" ucap Putri Farfalla.
" coba cari di bagian bawah" perintah putri Farfalla pada para pelayan.
mereka dengan cepat melakukan perintah itu. Ada sekitar 3 orang pelayan yang membantu mencari kalung di dalam kamar.
" tidak ada putri" jawab mereka. putri Farfalla semakin bingung. Pasalnya itu pemberian putri Shana, dan baru dia pakai sekali. benda itu pasti sangat mahal. putri Farfalla tak ingin mengecewakan putri Shana jika sampai dia tau barang pemberiannya hilang.
" kalian cari sampai ketemu" ucap putri Farfalla setengah khawatir.
" apa mungkin barang itu jatuh di tempat pesta?" guman Farfalla yang baru saja kepikiran.
" kalian cari di semua tempat, jangan sampai ada yang terlewat" pesan putri Farfalla sebelum dia pergi keluar dan menuju tempat pesta semalam, sambil membawa 2 pelayan lain.
" coba kalian cari di setiap sudut" perintah Farfalla begitu sampai di aula. Sedangkan dia pergi ke bagian taman. wanita itu mencari dari pagi sampai menjelang siang, namun tidak kunjung ketemu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
ciru
cakeepp
2023-10-29
0