Kerajaan Prysona
" ayah, apa sudah ada balasan dari kerajaan Garamantian?" tanya Shana dengan antusias.
" putri Shana, Raja sedang banyak urusan anda jangan mengganggunya" ucap ibunya yang sedang menemani ayahnya.
" Shana hanya ingin tau saja ibunda" jawab Shana mencari Pembenaran.
" Shana, kita baru mengirimkannya 10 hari yang lalu, mungkin surat itu baru sampai di kerajaan Garamantian " jawab Raja Prysona.
" kenapa lama sekali, ayah" keluh Shana.
" ayah sudah mengatakan, raja Garamantian tidak pernah menerima perjanjian pernikahan. Kau tau sendiri semua wanita hadiah hanya akan menjadi selir" jelas raja Prysona. Dia sebenarnya tidak tega mengirim surat itu, tapi putri kesayangannya selalu saja merengek agar bisa menikah dengan Gyan.
" kali ini mungkin tidak, kami sudah saling kenal ayah. Apalagi ibu suri juga mendukungku" jawab Shana sombong.
" iya kami tau, tapi tepati janjimu. Jika Gyan menolakmu kau harus menikah dengan pangeran yang ayah pilih kan" ucap raja Prysona meminta janji putrinya.
" iya, iya ayah" jawab Shana hanya untuk menenangkan ayahnya saja.
Kerajaan Mystick menjadi ramai tak kala kabar menghilangnya Putri Valmira saat pesta dansa terdengar oleh Ratu Amanis. Semua merasa ada kejanggalan dalam kasus ini, termasuk bibi nya Amanis yang memangku jabatan tertinggi saat ini.
" ini tidak masuk akal sama sekali, kenapa Valmira pergi saat dia tau bahwa akan menjadi ratu?" ucap Amanis mendengar penjelasan Alvaro.
" saya juga tidak tau ratu Amanis. Waktu itu saya mengajak masuk pesta dansa, namun dia izin meninggalkanku dan belum kembali sampai sekarang" jelas Alvaro sekali lagi.
" ada yang tidak beres, lebih baik kita menggunakan pusaka Arghi" ucap Amanis, wanita itu kemudian pergi ke ruang khusus anggota inti kerajaan.
" saya juga akan ikut" jawab Alvaro dengan wajah khawatir. Amanis menatapnya dalam, dia ingin menolaknya namun secara kerajaan dia adalah suami sah keponakannya.
" baiklah" jawab Amanis terpaksa.
Ruangan khusus anggota inti kerajaan memang menyimpan berbagai macam benda berharga. Tidak boleh sembarang orang masuk kemari. bahkan sepupunya Valmira, Violet bukanlah termasuk dalam anggota inti kerajaan. Wanita itu juga tidak boleh masuk kemari.
Ratu amanis dan Alvaro masuk ke dalam ruangan tersebut. ruangan yang sangat luas dan besar.
Alvaro melihat sekeliling dengan seksama, seperti orang yang mencari sesuatu.
" fokuskan penglihatanmu" ucap Amanis menyadari perilaku Alvaro.
Keduanya terus masuk, hingga sampai di sebuah cermin bulat. Amanis mengambil dan meletakkan cermin di atas batu mendapat dirinya.
Wanita itu meletakkan satu jarinya lalu tiba-tiba permukaan cermin menjadi lentur seperti permukaan air.
Amanis membacakan mantra dan seketika kaca itu menampilkan warna hitam.
" tidak mungkin" ucap Amanis tidak percaya.
" ada apa ratu?" tanya Alvaro terlihat khawatir.
" ini. inti jiwa Valmira tidak terlacak. Apa, apa mungkin dia.. tidak., ini tidak mungkin" ucap Ratu Amanis panik bercampur takut.
" kita harus mencarinya ke seluruh Mystick ratu" ucap Alvaro cepat.
" iya kau benar, aku akan mengerahkan pasukan untuk mencarinya" Ratu Amanis langsung menyetujuinya.
Alvaro memapah Ratu keluar ruangan, terlihat sekali raut sedih dan pias wajah ratu. Dia masih memikirkan kenapa inti jiwa keponakannya bisa tidak ada. Satu-satu alasan yang dia tau, jika inti jiwa darah penyihir tidak terlihat kemungkinan penyihir itu telah mati.
" Ratu, apa yang terjadi?" tanya Violet yang berpas pasan dengan Alvaro dan Ratu.
" ratu baru saja masuk ke ruangan Mystick, lalu beliau seperti ini" jawab Alvaro
" mari aku bantu ratu" Violet memapah di sisi lainnya.
Mereka mengantar ratu sampai ke kamar. Amanis masih belum bisa menerima dugaanya.
" kalian cari Putri Valmira di seluruh tempat di kerajaan Mystick" perintah Alvaro kepada para prajurit.
" baik pangeran" jawab mereka.
prajurit itupun pergi melaksanakan perintah. Sedangkan pangeran Alvaro dan Violet keduanya tersenyum senang. Rencana mereka dengan mudah berjalan lancar.
Malam harinya, Ratu Amanis dengan kekuatan terbatas miliknya mencoba merapal kan mantra pada seekor kelelawar. Wanita itu tidak bisa melakukan sihir hebat karena dia bukan keturunan asli bangsa Arghi.
Mendadak indra nya mengikuti milik kelelawar. Dia terbang mengelilingi kastil. satu persatu ruangan dia masuki. Amanis meneliti dengan seksama. Meski matanya menutup namun seluruh indra nya bisa merasakan dengan baik bahkan lebih tajam.
Hingga dia sampai pada ruangan di salah satu menara.
" Valmira.." lirihnya. Amanis membuka matanya cepat. Wanita itu berjalan tergesa-gesa meninggalkan kamarnya. Dia menuju menara kastil.
" Valmira.." hanya kata itu yang keluar dari bibirnya saat berlari. Dia seakan tidak percaya dengan penglihatannya saat melihat kondisi Valmira di sana.
brak. pintu terbuka dengan keras. Seperti yang dia lihat sebelumnya, Valmira terlentang di atas sebuah meja kayu.
"Valmira, bangun" tubus Valmira terasa dingin. Bibir wanita itu berwarna kebiruan.
" bangun sayang" Amanis menepuk-nepuk pipi Valmira.
Wanita itu melihat sekeliling, tak jauh dari sama dia melihat pusaka aneh.
" apa ini?" Amanis merasakan jika inti jiwa penyihir Arghi berada di sana.
" jangan-jangan? " Amanis menatap Valmira dan pusaka itu bergantin. Pantas saja inti jiwanya tidak terbaca dan tubuh Valmira menjadi dingin.
" Valmira, " Amanis memanggil keponakannya sekali lagi. Rambut putih milik Valmira kini berubah hitam, tanya kekuatannya menghilang. Amanis semakin sedih melihat kondisi Valmira.
" bi..bi" ucap Valmira lirih.
" siapa, siapa yang melakukan ini padamu?" tanya Amanis cepat. Wanita itu ingin tau siapa orang yang mendalami sihir terlarang ini.
" vi.vi.."
" Violet" sentak Amanis cepat.
" wanita ular" Amanis beranjak ingin memberikan pelajaran, namun tangan Valmira menahannya.
" bi.. bi..aku sudah.. tidak..sanggupp" ucap Valmira lemah. Dia tidak bisa menahan rasa dingin ini.
"kita harus pergi dari sini" Amanis membopong Valmira keluar dari ruangan, mereka berjalan menelusuri lorong dan tangga menara.
" bertahanlah Valmira" ucap Amanis hingga mereka sampai di dasar menara. Sedikit lagi mereka akan sampai di dataran menjorok ke laut.
" mau kemana?" tanya Alvaro yang tiba-tiba menghadang.
" selamatkan Valmira dia.. " wajah Alvaro sama sekali tidak panik, Amanis baru menyadarinya.
" kau sudah tau? jadi kau bersekongkol dengan Violet?" tanya Amanis marah, dia telah salah percaya pada lelaki ini.
" berikan Valmira padaku" Alvaro mencoba merebut tubuh istrinya.
" jangan harap" ucap Amanis dingin lalu melemparkan serangan, Alvaro mundur. kesempatan ini digunakan Amanis untuk melarikan diri. Dia membopong tubuh Valmira menjauhi kerajaan dan mereka sampai tanah lapang dekat dengan pantai.
" Valmira bertahanlah" Amanis meletakkan Valmira diatas tanah. setelahnya dia memasang perisai pelindung.
Amanis meletakkan tangannya di atas dada Valmira, dia mentransfer tenaga dalam miliknya, bahkan hampir seluruh tenaga dan kekuatan yang dia miliki, Amanis berikan pada Valmira.
" berikan Valmira padaku" ucap Alvaro. Lelaki itu dan Violet sudah berada di luar perisai dan mencoba merusak nya.
" tidak akan" ucap Amanis sambil terus mentransfer tenaganya.
" uhuk uhuk" Amanis batuk darah.
" bibi.." Kondisi Valmira terlihat makin membaik.
prang prang.. Suara perisai yang sedang di hajar oleh kekuatan hitam Violet.
" uhuk uhuk" kondisi Amanis justru yang semakin melemah. Wanita itu memegang dadanya dan itu memutus koneksi tenaga.
" bibi apa yang bibi lakukan?" Valmira kini memegangi tubuh Amanis yang lemah.
" Valmira dengar, bibi sudah mentransfer tenaga dan kekuatan yang bibi punya padamu, setelah ini kau bisa hidup namun ingatanmu akan merubah"
" bibi hiks hiks" Valmira menangis melihat kondisi bibinya yang seperti ini.
" dengar, waktu kita tidak banyak. perisai ini akan hancur seiring dengan kesadaran bibi. Ingat sebelum ingatanmu hilang, kau harus pergi ke Garamantian temui penyihir Osmond atau Reuben. hanya mereka yang bisa mengeluarkan inti jiwamu.uhuk uhuk uhuk. ingat ini baik-baik Valmira. Garamantian dan temui.. "
piyar.. perisai telah hancur.
" hahahaha kalian tidak akan selamat" ucap Violet senang di tangannya sudah ada bola api merah. Dengan sekali serang siapapun yang terkena akan mati mengering karena kutukan.
" pergi Valmira, inti sihirmu adalah air. pergilah ke laut. mereka akan mengirim mu ke Garamantian" ucap Amanis.
Violet mendengar itu langsung panik, dia melemparkan bola itu kearah Valmira. Namun Amanis dengan cepat menghadang.
" aaakkk"
" bibi..." Valmira berteriak kencang. Bibinya langsung binasa.
Valmira menangis, namun kemudian tersadar pesan Amanis. dia segera melaksanakan perintah bibinya. Dia pergi menuju pantai. Violet beberapa kali melemparkan bola merah, Valmira berusaha mengindari sekuat nya. Hingga Valmira sampai di ujung tebing, Tanpa pikir panjang wanita itu langsung terjun. Ombak langsung berubah tak beraturan saat tubuh itu bertubrukan dengan permukaan. Angin kencang laut meniup daratan, membuat Violet tak bisa melemparkan bola merah itu.
Valmira tergulung ombak berkali-kali, matanya dan dadanya mudah sesak.
" Garamantian" lirih Valmira lalu kesadarannya menghilang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
MommyRea
hadir Thor
2025-04-22
0
UndaiLo🌼
menarik
2024-06-02
0
ciru
cakeep
2023-10-29
0