Hari ini adalah hari yang di nantikan oleh Putri Shana. Rombongan pengantin serta hadiah pengantin sudah siap di depan pintu istana.
" Putri Shana, anakku jaga dirimu disana. jangan lupa mengirim kabar ya" Ratu Prysona tidak hentinya menangis. Dia memeluk putri Shana sangat lama.
" sudah ibunda, ibunda juga jangan lupa jaga diri. minum tonik dengan teratur. Aku akan mengirim kabar setiap bulannya, agar ibunda tidak khawatir" jawab Putri Shana menenangkan ibunya.
" sudah, ayo Ayah antar ke kereta kuda" Raja Prysona menggandeng tangan putrinya menuju kereta kuda dengan tampilan yang sangat bagus.
" ayah akan sangat merindukanmu nanti, jadilah istri yang baik dan memprioritaskan suamimu, bantu Raja Gyan dalam berbagai hal. Banggakan kami" ucap Raja Prysona tepat di sebelah kereta. Putri Shana menatap ayahnya lama. Dia mengamati dan menyimpannya dalam ingatan, seperti yang dia lakukan pada ibunya juga.
" terimakasih ayah, Shana akan berusaha yang terbaik" jawab wanita itu yakin.
Raja Prysona mengelus pipi Shana pelan kemudian mencium kening putrinya. Dia akan sangat merindukan sosok Shana yang keras kepala dan manja. Putri kecilnya kini akan memiliki suami seorang Raja.
" masuklah" ucap Raja dengan lembut. Shana mengangguk dan melambaikan tangan. Wanita itu masuk kedalam kereta dengan haru bercampur bahagia.
" berangkat!!" ucap ketua rombongan dengan keras.
Perjalanan mereka di pimpin langsung oleh jenderal perang kerajaan. Sebagai bentuk penghormatan kepada Raja Garamantian.
Rombongan mulai bergerak menjauhi istana. Putri Shana membuka jendela kereta dan melambaikan tangan ke semua orang. Dia akan merindukan suasana Prysona ini. Namun rasa itu tidak akan melebihi keinginannya untuk segera sampai di Garamantian.
Pagi ini Valmira pulang lebih awal, dia selalu mendapatkan banyak ikan dan itu membuatnya lebih cepat kembali ke rumah.
" apa itu Tarani?" tanya Valmira melihat Tarani memberikan air pada tanak kering di dalam kuali.
" ini lumpur, jika ada bandit atau orang jahat ini akan sangat berguna" jawab Tarani dengan yakin.
" kau sudah membawa ikannya?" lanjut Tarani, dia selesai mencampur lumpur.
" iya, ini" jawab Valmira menunjukkan hasil tangkapannya.
" kau selalu bisa menangkap sebanyak itu" balas Tarani senang. Valmira hanya tersenyum, dia juga tidak tau alasannya. Jika dia katakan ikan-ikan itu seakan senang sekali masuk ke jaringnya tentu mereka tidak akan percaya.
" sini aku bersihkan, kamu bantu Vanessa menanam di belakang rumah" Tarani mengambil ikan itu lalu pergi. Valmira berjalan kebelakang rumah.
" Vanessa, " panggil Valmira
" kau sudah pulang Alora? sejak kau disini simpanan ikannya kita selalu tersedia" puji Vanessa.
" kau bisa saja" Valmira mengambil alat untuk menggali tanah.
" ibumu tadi memasukkan lumpur disana itu, buat apa?" tanya Valmira yang masih penasaran dengan lumpur tadi.
" oh, itu. kalau ada bandit memasuki desa kau segera pergi ke sana, ambil lumpur itu dan usapkan ke semua tubuhmu. itu lumpur bercampur darah bangkai, baunya menyengat. Jika melihat kondisi mu yang jelek, para bandit akan mengabaikan mu" jelas Vanessa dengan santai.
" kalian sering menggunakannya?" tanya Valmira lagi.
" iyap, dan itu selalu bekerja" jawab Vanessa sombong. Valmira hanya mengangguk pelan, kini dia tau kenapa alasannya. Pantas saja Tarani mengatakan jika lumpur itu bisa membatu mereka menghadapi para bandit.
Perjalanan putri Shana semakin mendekati Garamantian. Besok dia akan masuk area perbatasan dan melewati gerbang luar kerajaan. Perasaanya semakin tidak karuan, dia terlalu senang sampai tidak tau harus bagaimana mengatakannya.
" putri hari sudah malam, kita akan beristirahat disini malam ini. Besok pagi-pagi sekali baru akan melanjutkan perjalanan" lapor ketua rombongan.
" em, baiklah" jawa putri Shana datar.
Segera saja para pelayan dan prajurit menyiapkan tenda dan keperluan putri seperti biasa. Setelah selesai baru putri Shana masuk ke tenda.
" maaf putri ada hal yang harus saya laporkan kepada anda" ucap ketua rombongan saat Shana berada di dalam tenda.
" apa itu?" Shana bertanya dengan malas, tubuhnya terasa pegal sekali dan ingin segera tidur.
" beberapa budak mengalami kelelahan parah karena berjalan jauh, bahkan diantara mereka meninggal dunia" lapor ketua itu.
" meninggal? bagaimana bisa? lemah sekali. Lalu bagaimana dengan jumlah yang tertulis di buku?!" Shana langsung naik pitam, suasana seperti ini dan ketua melaporkan hal buruk.
" S..saya tidak tau putri" jawab ketua itu ikut bingung dan ketakutan.
" aku tidak mau tau, segera cari pengganti budak itu" kesal putri Shana.
" tapi putri kita sudah dekat dengan perbatasan, tidak ada desa di sekitaran ini" jawab ketua itu.
" ambil saja saat masuk, jangan sampai ketahuan. jumlah mereka harus sesuai dengan yang tertulis di buku" balas putri Shana tak mau di bantah sama sekali, dia harus bisa memberikan hadiah ini dengan rasa bangga.
" tapi putri, ini di ga..".
" maka dari itu jangan sampai ketahuan! sudah kau pikirkan sendiri bagaimana caranya" Putri Shana sudah sangat pening dan tak ingin mengurusi hal ini. hanya membuat dirinya semakin lelah.
" ba baik putri" jawab ketua itu sedikit ragu. Pasalnya jika mengambil penduduk kerajaan lain secara ilegal dan menjadikannya budak tentu saja melanggar perjanjian perdamaian dan etika antar kerajaan.
Hari masih sangat pagi, Valmira sudah membawa jaring. Kali ini dia membawa wadah yang lebih besar. mereka sudah bisa menjual beberapa ikan dan menukarnya dengan barang lainnya. Kehidupan mereka sudah lebih baik.
Saat matahari mulai naik, Valmira kembali pulang, saat di tengah jalan dia melihat ada sekawanan orang berkuda terlibat perkelahian dengan warga desa. Valmira langsung menaruh ikannya dan berlari melewati jalan semak-semak. Dia harus memperingatkan Tarani dan Vanessa.
" Vanessa, Tarani!" teriak Valmira. Namun mereka tidak terlihat di gubuk. Valmira mendengar suara kuda semakin dekat, wanita itu menuju guci lumpur yang pernah Vanessa ceritakan.
Valmira menutup hidungnya tak kala membuka tutup guci. Aromanya sangat tajam, tapi dia tidak memiliki pilihan. Wanita itu mengambil dan mengusap ke wajah dan seluruh tubuhnya dengan cepat.
" bawa yang belum punya pasangan!" teriak salah satu prajurit.
Setelah melumuri dengan lumpur, Valmira segera bersembunyi di balik guci. Wanita itu tidak ingin tertangkap kawanan berkuda itu.
" cari di sebelah sana!" terdengar suara semakin kencang. Valmira bisa merasakan jika mereka memasuki gubuk.
" tak ada orang" ucap seseorang.
" cari dimanapun" balas yang laon.
Valmira semakin gemetar ketakutan, dia semakin menyembunyikan dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
Oi Min
ck.....putri arogan manja
2024-03-23
0
ciru
cakeep
2023-10-29
0
Asri Handaya
wow.. ikut deg degan
2023-07-24
2