Amara Ingin Punya Mama

Amara Ingin Punya Mama

1. Permintaan Amara

"Lira, tolong jangan pergi! Aku baru saja kehilangan Ayah, lalu kehilangan perusahaan. Kalau kamu juga pergi, aku bagaimana? Putri kita masih kecil, Lira. Kami berdua membutuhkan kamu." ucap Alvian seraya menahan langkah istrinya yang hendak pergi meninggalkan rumah kecil sederhana yang mereka tempati sejak satu bulan yang lalu. Dia menggendong Amara yang saat itu masih berusia enam bulan.

"Jangan halangi aku, Mas! Aku tidak bisa hidup melarat seperti ini. Bukan pernikahan seperti ini yang aku inginkan," sergah Lira menatap Alvian dengan penuh kebencian, dia tidak sanggup hidup miskin seperti saat ini. Sudah satu bulan sejak rumah besar mereka disita, tapi Alvian tidak kunjung mendapatkan pekerjaan. Untuk apa lagi dia bertahan dengan pria tak berguna seperti itu? Di luar sana masih banyak yang menginginkan dirinya.

"Tolong mengertilah, Lira. Aku sedang berusaha, bersabarlah untuk sementara waktu!" bujuk Alvian dengan tatapan mengiba, dia bisa hancur jika semua orang pergi meninggalkan dirinya.

"Maaf Mas, keputusanku sudah bulat." tukas Lira, kemudian mendorong bahu Alvian dengan kasar. Hampir saja Amara terjatuh dari gendongan Alvian jika dia tidak cepat mendekapnya.

Lalu Lira berlari menuju sebuah mobil mewah yang sudah menunggunya di depan pagar kayu. Seorang pria paruh baya tampak berdiri dengan setelan jas berwarna hitam yang melekat di tubuhnya. Sekilas penampilan pria itu terlihat seperti seorang konglomerat kaya raya.

Setelah pria itu membantu menaruh koper Lira di dalam bagasi, keduanya memasuki mobil dan berlalu pergi begitu saja.

Alvian yang melihat itu hanya bisa menangis seraya mendekap Amara dengan erat. "Maafkan Papa, Nak. Papa tidak bisa mencegah Mama." lirih Alvian berderai air mata, lalu mencium pipi Amara. Dia merasa gagal menjadi seorang suami dan ayah yang bertanggung jawab untuk Lira dan Amara.

...****************...

"Papa..." pekik Amara dengan suara lantang saat menangkap kepulangan Alvian dengan serentetan kantong yang dia bawa. Amara pun langsung berlari menghampirinya.

Alvian menjatuhkan kantong itu di lantai dan berjongkok sambil merentangkan kedua tangannya.

"Aah... Putri Papa sudah mandi rupanya, wangi sekali." sanjung Alvian seraya mendekap dan mencium pipi Amara yang sudah berada di pelukannya.

"Iya dong Pa, tadi dimandiin sama Bibi." ucap Amara, lalu mencium pipi Alvian di setiap sisinya.

Alvian kemudian berdiri membawa Amara dalam gendongannya. "Ratih, tolong siapkan makan malam ya! Itu ada makanan yang aku bawa dari restoran." Alvian menunjuk kantong yang dia bawa tadi, lalu masuk ke kamar bersama Amara.

Selagi Ratih tengah sibuk menyiapkan makanan di meja makan, Alvian menaruh Amara di atas kasur lalu dia pun meninggalkan Amara barang sejenak untuk membersihkan diri.

Tidak lama, Alvian keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk putih yang dililit di pinggang. Setelah mengenakan kaos dengan celana pendek, Alvian duduk di sisi ranjang.

"Pangeran tampan, dimana sisirnya?" tanya Amara terkekeh.

"Iya Tuan Putri yang cantik jelita," jawab Alvian menahan tawa, lalu mengambil sisir yang ada di atas meja rias dan menyodorkannya ke tangan Amara.

Seperti biasa, Amara lah yang selalu merapikan rambut sang papa sehabis mandi.

Sedang asik menyisir rambut Alvian, tiba-tiba air muka Amara berubah manyun. Alvian bisa melihat dengan jelas dari pantulan cermin.

"Loh, mukanya kenapa cemberut gitu, Tuan Putri?" tanya Alvian mengerutkan kening. Entah apa yang dipikirkan putrinya itu.

Lalu Amara menghentikan aktivitasnya, dia duduk di pangkuan Alvian sembari mengusap rahang berbulu sang papa dengan tangan mungilnya.

"Pa, Amara ingin punya Mama." lirih bocah itu. Mata almond-nya berbinar mengandung cairan yang menggenang.

Sontak hati Alvian terenyuh mendengar permintaan putrinya. Matanya ikut berkaca, dia tau semua kasih sayang yang dia curahkan selama ini belum sanggup menggantikan peran seorang ibu di hati Amara.

Akan tetapi, Alvian tidak bisa mengabulkan permintaan Amara. Dia trauma memiliki istri, dia takut ditinggal lagi seperti lima tahun yang lalu. Kepergian Lira waktu itu menyisakan luka yang begitu mendalam di hatinya. Entah kapan luka itu akan sembuh?

"Apa Papa saja tidak cukup? Kurang apa lagi kasih sayang yang Papa berikan selama ini?" tanya Alvian menahan nafas, ini benar-benar berat baginya.

"Cukup Pa, tapi Amara pengen ngerasain kasih sayang seorang Mama. Semua teman-teman di sekolah punya Mama, mereka selalu mengatakan kalau Mama mereka sangat baik." sahut Amara dengan polos.

"Amara pengen dimandiin Mama, Pa. Dipakein baju, disisirin dan dikepang rambutnya. Amara juga pengen disuapi dan tidur di pelukan Mama." imbuh bocah itu penuh harap.

Bak sebuah cambukan keras yang mendarat di punggungnya, tubuh Alvian mendadak bergetar mendengar itu. Dia tergagap tanpa tau harus menjawab apa.

"Memangnya Mama Amara kemana sih, Pa? Kenapa Mama tidak pernah datang nengokin Amara? Apa Mama tidak sayang sama Amara? Apa Amara nakal makanya Mama tidak mau melihat Amara?" cerca gadis kecil itu dengan sederet pertanyaan yang kian menggetarkan hati Alvian. Lagi-lagi dia terdiam tanpa tau harus berkata apa.

"Tok Tok Tok..."

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu yang berasal dari arah luar. Alvian pun menghela nafas lega, dia sangat bersyukur karena kedatangan Ratih bisa membantunya lepas dari pertanyaan sulit yang diajukan Amara.

"Nah, sudah saatnya makan. Ayo, ikut Papa!" ajak Alvian, lalu menggendong Amara dan membawanya keluar. Amara pun tak lagi banyak bertanya, dia mendekap tengkuk sang papa dengan tangan mungilnya.

Setibanya di meja makan, Alvian mendudukkan Amara di kursi. Dia lekas mengisi makanan ke dalam piring dan menyuapi Amara dengan tatapan menggelap.

Jika saja waktu itu Lira mau sedikit bersabar, mungkin perpisahan itu tidak akan pernah terjadi diantara mereka. Amara tidak harus kehilangan kasih sayang seorang ibu sampai detik ini.

Akan tetapi, nasi sudah terlanjur jadi bubur, tidak mungkin kembali menjadi beras. Alvian sendiri sudah mati rasa terhadap seorang wanita, tidak ada lagi niatnya untuk menjalin hubungan dengan wanita manapun.

...****************...

"Hei, jangan kurang ajar padaku! Ayo, cepat lepaskan aku!" teriak seorang gadis saat dua orang satpam menahan pergelangan tangannya.

"Enak saja, kau pikir ini restoran nenek moyangmu. Habis makan seenaknya main kabur begitu saja, bayar woi, bayar!" ucap seorang satpam jengkel.

"Tapi aku tidak punya uang, nanti deh aku bayar. Sekarang lepaskan dulu!" pinta gadis itu memohon.

"Tidak bisa, sekarang tinggal pilih. Mau aku laporkan ke polisi atau sama pemilik restoran ini?" tawar satpam itu.

"Tidak dua-duanya," jawab gadis itu cepat.

Karena kasihan pada gadis cantik itu, mereka pun memutuskan untuk menghubungi Alvian yang merupakan pemilik restoran.

Setelah berbicara panjang lebar, Alvian pun memerintahkan satpam untuk melepaskan gadis itu. Menurut Alvian seporsi makanan tidak akan membuat restorannya bangkrut, hitung-hitung bersedekah dengan cara tak diduga.

"Ya sudah, kali ini kami memaafkanmu. Tapi jika lain kali membuat ulah lagi, kami pastikan kau akan mendekam dipenjara!" ancam seorang satpam seraya melepaskan pergelangan tangan gadis itu.

Sontak gadis itu mengulas senyum. "Tidak akan, lain kali pasti aku bayar. Sekalian sama makanan yang aku makan tadi." ucapnya enteng tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Oh ya, tolong sampaikan ucapan terima kasihku pada bos kalian itu. Aku sangat menyukainya, dia pasti orang baik." imbuh gadis itu mengukir senyum, lalu berlenggak lenggok meninggalkan restoran.

Sebenarnya dia tidak ada niat untuk kabur apalagi tidak membayar, hanya saja dompetnya benar-benar ketinggalan di rumah. Dia tersadar saat makanan itu sudah masuk ke dalam perutnya hingga tandas.

Terpopuler

Comments

Windarti08

Windarti08

aku mampir Thor 🤗🤗

2023-06-04

1

LISA

LISA

Aq jg mampir nih

2023-02-10

1

Kaliang

Kaliang

mampir Thor

2023-02-06

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!