"Ratih, tolong ke rumah sakit sekarang! Aku membutuhkanmu, Amara tidak mau melihatku. Aku rasanya ingin mati detik ini juga," ucap Alvian dari balik telepon yang terhubung. Dia tidak kuat menahan rasa sakit yang seakan tidak pernah bosan mengekori hidupnya.
Kenapa hidup ini tidak adil baginya? Kenapa cobaan demi cobaan selalu datang silih berganti menghantui kehidupannya?
Setelah kepergian Lira lima tahun yang lalu, dia mulai bangkit dan bersusah payah membangun kebahagiaannya kembali.
Tapi kenapa semua itu harus dihancurkan dalam sekejap mata? Beginikah takdir yang Tuhan gariskan untuknya? Dosa apa yang pernah dia perbuat sebelumnya?
"Baiklah, aku ke sana sekarang." sahut Ratih, lalu memutus panggilan tersebut secara sepihak.
Setelah tak mendengar suara Ratih, Alvian kemudian menyimpan gawai itu ke saku celana dan memilih duduk di kursi tunggu. Dia sengaja meninggalkan Amara di ruangan dan meminta seorang suster menemani putrinya.
Kini Alvian seakan berada di tengah lautan luas, terombang-ambing dihempas ombak besar tanpa tau kemana harus mencari pertolongan. Tidak ada seorang pun yang dapat membantunya lepas dari badai derita ini, putri satu-satunya bahkan tidak ingin melihat wajahnya.
Sekitar satu jam berlalu, Ratih tiba di rumah sakit. Setelah Alvian menceritakan semua yang terjadi, dia memilih pergi meninggalkan rumah sakit, dia menitipkan Amara pada wanita itu sampai pikirannya kembali pulih.
Alvian sendiri tidak tau kemana kakinya akan di langkahkan. Dia benar-benar bingung, bahkan mengendarai mobil dalam keadaan kalut tanpa tau arah tujuan.
Di tempat lain, Anika dan Rio baru saja keluar dari kantor KUA. Keduanya langsung pulang setelah menyelesaikan urusan surat menyurat. Seminggu lagi status Anika akan berubah menjadi seorang istri, tapi kenapa dia tidak bahagia menyambut pernikahan ini? Bukankah ini yang dia idam-idamkan sejak dulu?
Sesampainya di kediaman Suherman, Anika turun dari mobil dan bergegas memasuki rumah. Dia bahkan tidak mempedulikan Rio yang masih duduk di bangku kemudi.
Anika langsung masuk ke dalam kamar dan lekas mengunci pintu. Seberapa keras dia berusaha untuk tidak mengingat Alvian, tapi bayangan dan ucapan pria itu masih membekas jelas di benaknya.
Ya, Anika sendiri tidak tau apa yang dia rasakan saat ini. Dia benar-benar bingung dengan perasaannya sendiri.
"Kamu sudah pulang? Dimana Anika?" tanya seorang wanita saat Rio memasuki rumah itu.
"Dia sudah masuk duluan," jawab Rio enteng.
Wanita itu menyipitkan mata. "Apa kalian bertengkar?" tanyanya.
"Tidak, mungkin dia lelah." Rio menghela nafas berat dan duduk di sofa ruang tamu.
"Bagaimana? Apa bisa pernikahan ini dipercepat?" tanya wanita yang diketahui sebagai ibu tiri Anika itu.
Wajahnya tampak masih sangat muda dan cantik, sekilas dia tidak cocok menjadi ibu sambung untuk Anika. Tapi mau bagaimana lagi, harta sudah menguasai segalanya.
"Satu minggu lagi, itu sudah cukup cepat untuk menyiapkan segalanya. Lagian kenapa bukan kamu saja yang mengurusnya, gara-gara ini waktuku jadi terbuang sia-sia." keluh Rio dengan tatapan menggelap. Dia menyandarkan punggung di kepala sofa dan memicingkan mata barang sejenak.
"Bersabarlah, ini tidak akan lama." ucap wanita itu dengan suara lembut nan menggoda. Senyumannya mengisyaratkan sesuatu yang tidak bisa dipahami sembarang orang.
Mendengar itu, seketika mata Rio kembali terbuka. Sudut bibirnya sedikit melengkung hingga membentuk sebuah senyuman yang menawan. "Aku benar-benar lelah, bisakah menyuguhkan yang segar-segar untukku!" pintanya dengan tatapan sangat tajam.
Wanita itu mengukir senyum miring. "Tentu saja," angguknya cepat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
LISA
Wah pasti ibu tirinya Anika ada hubungan spesial sm Rio..mrk bersekongkol spy Anika putus sm Alvian
2023-02-23
1