2. Pertemuan Tak Disengaja

"Siang Pak," sapa seorang gadis cantik saat tiba di depan pintu restoran. Dua orang satpam yang berjaga di sisi kiri dan kanan pintu kaca menatap malas pada gadis itu.

"Hei, kau lagi kau lagi. Mau apa lagi kau kemari, hah? Pergi sana!" usir salah satu satpam sambil menghadang langkah gadis itu.

"Jutek banget sih, Pak. Awas, nanti cepat tua loh." seloroh gadis itu menahan tawa.

"Jangan banyak omong, lebih baik pergi dari sini sebelum kami melakukan tindak kekerasan padamu!" ancam satpam yang diketahui bernama Budi. Namanya terpampang jelas pada seragam yang dia kenakan.

"Eits... Jangan kasar gitu dong, Pak! Jadi pria itu harus lembut pada wanita, ingat darimana Bapak berasal. Kalau tidak karena wanita, tidak mungkin Bapak bisa lahir ke dunia ini." celetuk gadis itu mengulum senyum.

"Tidak usah mengajariku bagaimana cara menghormati wanita, gadis sepertimu memang pantas dikasari. Cepat pergi, jangan sampai aku melaporkanmu ke pihak yang berwajib!" ancam satpam itu dengan tatapan tajam menyeramkan.

"Ya ampun, sampai segitunya. Padahal niatku ke sini baik loh Pak. Aku mau makan sekalian membayar hutang semalam. Masa' orang datang baik-baik malah diusir? Awas ya, nanti aku adukan sama pemilik restoran ini!" gertak gadis itu, lalu memilih pergi dengan bibir komat kamit mengumpat kesal.

Karena tidak diizinkan masuk, gadis itu terpaksa mengurungkan niatnya untuk bertemu dengan pemilik restoran yang baik hati. Namun sebelum sampai gerbang, dia tak sengaja menyenggol seorang gadis kecil yang tengah bermain hingga terjatuh.

"Aww..." rintih gadis kecil yang ternyata adalah Amara. Dia terduduk lesu sambil memandangi lututnya yang memar.

"M-maaf," gadis itu tergagap dan segera berjongkok di hadapan Amara. "Sakit ya? Maaf, Kakak tidak sengaja." imbuhnya seraya memperhatikan luka di kaki Amara lalu meniupnya pelan.

"Tidak apa-apa Tante, ini cuma luka kecil. Kata Papa kalau mau jadi orang hebat tidak boleh cengeng." jawab Amara seraya tersenyum, dia tidak mengeluh sama sekali.

Melihat kepolosan Amara dan cara bicaranya yang seperti orang dewasa, gadis itu sontak tersenyum dan mencubit pipi Amara gemas. "Pintar banget kamu, anak siapa sih ini?" geram gadis itu, lalu mengecup pipi Amara spontan.

"Anak Papa, Tante." jawab Amara polos, dia terkekeh menahan rasa geli.

"Hehe... Iya juga ya, pertanyaan macam apa itu?" gadis itu ikut terkekeh menertawakan dirinya sendiri. "Tapi jangan panggil Tante dong, ketuaan. Panggil Kakak saja ya!" tawar gadis itu.

"Ya," angguk Amara setuju, lalu mengulurkan tangannya. "Aku Amara, nama Kakak siapa?" tanya bocah itu.

"Nama yang indah, sama seperti orangnya." mau tidak mau gadis itu terpaksa memperkenalkan dirinya pada Amara. "Kenalkan, nama Kakak Anika." keduanya saling berjabat tangan seraya melempar senyum.

"Cantik, seperti orangnya." sanjung Amara mengikuti cara bicara Anika.

"Ah, kamu bisa saja. Kecil-kecil sudah pintar merayu, hihihi..." Anika pun tertawa geli, begitu juga dengan Amara yang terlihat begitu bahagia mendapat teman baru.

Setelah berkenalan dan bercengkrama menghabiskan waktu kurang lebih setengah jam, Amara kemudian menunjuk pintu restoran lalu mengangkat kedua tangan. Dia ingin Anika menggendongnya untuk bertemu dengan sang papa yang ada di dalam sana.

Awalnya Anika menolak. Mana mungkin dia bisa masuk setelah perdebatan yang terjadi diantara dia dan satpam tadi, tapi karena Amara merengek dia pun terpaksa mengangguk.

Siapa sangka kali ini dua satpam itu malah membiarkannya masuk tanpa mencegahnya. Anika pun menautkan alis, bingung melihat perubahan mendadak kedua satpam itu.

Tapi ya sudahlah, untuk apa memusingkan masalah itu? Yang penting kali ini dia bisa masuk dan menikmati makan siang di restoran mewah itu. Anika sangat menyukai menunya.

"Dimana Papa kamu?" tanya Anika pada Amara yang masih berada di gendongannya.

Amara memutar leher menatap sekelilingnya dan mengerucutkan bibir setelah itu.

"Ya sudah, sambil menunggu Papa kamu datang, makan sama Kakak dulu yuk!" ajak Anika, perutnya sudah sangat lapar dan keroncongan sedari tadi. Dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi.

Mendengar ajakan Anika, Amara pun mengangguk pelan pertanda mau diajak makan oleh gadis yang baru dia kenal itu. Entah kenapa dia merasa nyaman bersama Anika.

Setelah mengambil tempat duduk, Anika memesan makanan sesuai permintaan Amara. Siapa sangka selera mereka ternyata sama, keduanya memesan seafood dan jus mangga.

Setelah pesanan mereka datang, keduanya makan begitu lahap. Amara tanpa sungkan minta disuapi seperti sudah kenal lama dengan Anika. Anika yang sejatinya penyayang anak kecil tidak menolak sama sekali. Dia menyuapi Amara dan menyeka sudut bibir Amara yang belepotan.

Usai makan, Amara malah semakin manja dan meminta eskrim tanpa ragu. Anika pun mengindahkan permintaan bocah itu dan memesan eskrim rasa coklat stroberi sesuai keinginan Amara.

"Eskrim-nya enak, Kakak mau?" tawar Amara seraya menyodorkan eskrim yang ada di tangannya ke mulut Anika.

"Tidak usah, kamu saja yang makan. Kakak sudah kenyang," tolak Anika dengan sopan.

Sayang penolakan Anika itu malah membuat Amara mematung dengan bibir mengerucut, air mukanya mendadak gelap dengan pipi menggembung seperti bakpao yang baru keluar dari kukusan.

Sadar akan perubahan raut muka Amara yang begitu tiba-tiba, Anika pun membuka mulut lebar-lebar. Amara yang tadinya cemberut langsung tersenyum dan menyuapi eskrim itu ke mulut Anika.

"Mmm... Enak sekali, lagi dong!" pinta Anika yang sengaja ingin menghibur Amara agak tidak sedih. Amara pun menyuapinya lagi dan lagi.

Setelah eskrim itu tandas, Amara seketika menguap. Lelah bermain dan kenyang setelah makan begitu banyak, membuat matanya mengantuk. Tanpa ragu dia pun berbaring di sofa yang mereka tempati dan menjadikan paha Anika sebagai bantalan.

Melihat Amara seperti itu, Anika seketika tersenyum dan mengusap kepala bocah itu hingga benar-benar tertidur dengan pulas.

Tidak lama setelah Amara terlelap, seorang pria berperawakan tinggi gagah mendekat ke sofa yang Anika duduki. Matanya berkilau seperti permata, hidungnya sangat mancung bak segitiga sama kaki, rahangnya dipenuhi bulu, membuat ketampanannya kian memancar. Sayang raut mukanya nampak dingin seperti beruang salju.

Tanpa berkata apa-apa, pria itu langsung saja mengangkat tubuh mungil Amara. Sontak Anika terkejut dan lekas menahan tangan pria itu. "Hei, siapa kamu? Kenapa mengambilnya? Kamu maling anak ya? Iya, kamu pasti maling, tolong..." teriak Anika yang sontak mengundang perhatian banyak orang, para pengunjung yang ada di sana menatap heran pada Anika.

"Diam kamu, jangan asal tuduh!" sergah pria yang ternyata adalah Alvian, papa kandung Amara sendiri. Tatapannya nampak tajam seperti musang lapar.

"Tolong... Dia mau maling anak ini," teriak Anika lagi. Hal itu membuat Alvian geram dan membungkam mulut Anika dengan sebelah tangan. Anika meronta-ronta sehingga menimbulkan guncangan pada tubuh Amara yang sudah berada di gendongan Alvian.

"Papa..." gumam gadis kecil itu sembari membuka mata perlahan, sedetik kemudian menutupnya kembali. Anika sontak terpaku dengan pipi yang tiba-tiba memerah. Alangkah malunya dia menuduh Alvian sebagai penculik anak, dahinya mengeluarkan keringat jagung saking gugupnya menjadi tontonan semua orang.

"Hahaha..." para pengunjung restoran tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan asal Anika yang menuduh pemilik restoran sembarangan.

"M-maaf, a-aku..." setetes cairan bening jatuh di sudut mata Anika, malunya sudah menjalar hingga ubun-ubun.

Tak kuat menahan rasa malu yang kian memuncak, Anika pun berlarian menjauhi Alvian. Dia dengan cepat membayar tagihan di meja kasir lalu berlari kencang meninggalkan restoran. Entah kemana mukanya akan dia sembunyikan?

Terpopuler

Comments

Windarti08

Windarti08

yeah gak jadi bayar utang yang kemaren tuh 🤭

2023-06-04

0

Kaliang

Kaliang

ngakak 😂

2023-02-06

1

MIKU CHANNEL

MIKU CHANNEL

wkwkwk, makanya ditanya dulu Anika, jangan mau tuduh aja, malu kan jadinya 😂😂😂

2023-02-05

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!