Sekitar pukul sembilan malam mobil yang dikendarai Alvian tiba di halaman rumah. Kaki jangkungnya menginjak ubin dan lekas membukakan pintu untuk Anika.
"Pak, sekali lagi aku minta maaf atas apa yang aku lakukan tadi. Aku benar-benar terpaksa, Pak. Tolong lepaskan aku, biarkan aku pergi dari sini!" pinta Anika memohon belas kasih. Dia tidak tau hal buruk seperti apa yang akan dilakukan Alvian padanya, bisa saja Alvian akan membunuhnya di dalam rumah itu. Memikirkan kemungkinan yang bisa saja terjadi, air mata Anika tiba-tiba jatuh di sudut mata almond nya yang indah.
Tidak, tidak, Anika tidak boleh mati di tangan pria itu. Masih banyak hal penting yang harus dia selesaikan, dia tidak akan mati sia-sia sebelum urusannya selesai.
Setelah Alvian membukakan sabuk pengamannya, Anika melompat turun dan berlari sekencangnya. Dia harus bisa menjauh dari Alvian sebelum pria itu berhasil menangkapnya.
Sayang lari Anika harus terhenti sebelum berhasil keluar dari pagar. Hanya dengan satu tepukan Alvian saja, penjaga rumah sudah mengerti apa yang harus dia lakukan.
"Pak, tolong bukakan pagarnya!" pinta Anika mengiba, lalu menangkup tangan di depan dada.
"Maaf Non, ini perintah. Non sebaiknya masuk saja ke dalam. Tidak baik membuat Bapak marah, dia bisa saja mencincang tubuh Non dan menjadikannya santapan buaya liar." ucap penjaga yang diketahui bernama Munir. Dia sengaja menakuti Anika selepas melihat Alvian mengedipkan mata.
Setelah mendengar ucapan pria itu, Anika langsung mencebik seraya menoleh ke belakang. Alvian yang melihat itu sontak mengukir senyum sambil menggerakkan tangannya di udara. "Ayo, kemarilah anak manis!" panggil Alvian menurunkan volume suaranya.
"Aku tidak mau," ketus Anika membuang muka. Dia lebih baik berdiri di depan pagar dan tidur di sana sampai pagi. Dia tidak ingin dijadikan santapan buaya seperti yang dikatakan Munir tadi.
"Gadis aneh, ayo cepat kemari! Jangan sampai aku benar-benar mencincang mu detik ini juga!" gertak Alvian membesarkan matanya, dia mulai kesal melihat tingkah kekanak-kanakan Anika yang menyebalkan.
Kali ini Anika tidak menyahut, dia memundurkan kakinya hingga punggungnya membentur pagar, lalu menggeleng dengan bibir mengerucut.
Melihat Anika yang sangat keras kepala, Alvian mengerutkan dahi sambil menggertakkan giginya. Apa dia makan saja gadis itu agar tak lagi menentangnya?
Tapi tidak mungkin Alvian melakukan itu, Anika terlalu muda untuknya dan lagipula dia tidak tertarik sama sekali padanya. Jika bukan karena Amara, malas sekali Alvian membawa gadis liar itu ke rumahnya. Belum kenal saja sudah berani mencium bibirnya, pasti di luar sana sudah banyak laki-laki nakal yang mencicipi gadis itu, pikir Alvian dalam hati.
Tanpa pikir panjang, Alvian pun mendekati Anika dan membungkukkan punggungnya lalu mengangkat tubuh kecil gadis itu seperti karung semen dan membawanya memasuki rumah.
"Aaaa... Jangan, Pak! Cepat turunkan aku!" pekik Anika meronta-ronta, dia pun memukuli punggung Alvian membabi buta.
"Sakit bodoh!" Alvian menghentikan langkahnya sejenak dan menepuk bokong Anika dengan kasar. Sontak Anika terdiam dengan mata terbuka lebar. "Sekali lagi berteriak di telingaku, aku buang kamu ke sumur tua di belakang sana!" imbuh Alvian memberikan ancaman. Anika pun menggelengkan kepalanya dan meneguk ludah dengan susah payah.
Apa lagi ini? Tadi mau dijadikan santapan buaya, sekarang mau dimasukkan ke sumur tua. Apa laki-laki itu seorang psikopat? Menyesal Anika berlindung di bawah naungannya.
Mimpi apa dia semalam sehingga harus bertemu dengan manusia aneh seperti Alvian. Jika dia tau kejadiannya akan seperti ini, lebih baik dia menyerahkan diri saja pada pria yang mencarinya di hotel tadi. Setidaknya mereka tidak akan memperlakukan Anika sekejam ini.
"Iya, aku akan diam. Tapi jangan lagi menyentuh bokongku, itu pelecehan namanya." gerutu Anika mendengus kesal lalu meminta turun dari pundak Alvian.
"Ish, jangan sok suci kamu. Aku tau betul bagaimana tipe perempuan seperti kamu, pasti suka obral sana sini." ucap Alvian merendahkan Anika lalu menurunkannya dengan kasar.
"Aww..." Anika meringis kesakitan seraya mengusap bokongnya yang tiba-tiba terhenyak di lantai.
"Kejam sekali kamu, Pak. Setelah memukul bokongku, sekarang membanting ku di lantai dan menghinaku seenaknya. Kenapa tidak kamu bunuh saja aku sekalian?" ketus Anika dengan pandangan menyala, darahnya mendidih hingga ubun-ubun.
"Sebenarnya aku ingin sekali melakukannya, tapi bukan sekarang." jawab Alvian enteng, lalu mencengkeram pergelangan tangan Anika dan menyeretnya menuju pintu kamar.
Sebelum Alvian berhasil meraih kenop pintu, Anika dengan cepat menahan tubuhnya dan berpegang pada kaki kursi. "Pak jangan, aku tidak mau melayani mu. Kamu salah orang, aku bukan wanita seperti itu. Sumpah Pak, aku belum pernah melakukannya. Aku masih perawan, ciuman tadi saja yang pertama kalinya bagiku. Tolong kasihanilah aku, jangan merenggut apa yang aku jaga selama ini. Tolong..."
"Teg..."
"Aww... Sakit, Pak." keluh Anika sesaat setelah Alvian menjitak kepalanya. Gadis itu langsung diam sambil mengusap kepala.
"Jangan kegeeran jadi orang! Siapa yang memintamu melayaniku, hah? Melihat wajahmu saja aku sangat malas, apalagi menyentuhmu. Ogah banget," ketus Alvian mengeratkan rahang, kepalanya mulai pusing mendengar ocehan Anika yang tidak jelas itu.
"Lalu kenapa membawaku ke kamar?" tanya Anika menundukkan kepala, suaranya nyaris tak terdengar.
"Terus kamu maunya aku bawa kemana, hah? Ini sudah malam, mau kamu tidur di luar?" tukas Alvian.
"Tidak, Pak. Aku takut," lirih Anika menggelengkan kepala.
"Nah, makanya jangan asal nyerocos saja bisanya. Sekarang masuklah ke dalam, bersihkan dirimu dan istirahat!" Alvian lekas membukakan pintu kamar dan membantu Anika berdiri.
"Baiklah, terima kasih." ucap Anika, dia langsung berlari memasuki kamar dan lekas menutup pintu.
"Dasar gadis gila!" umpat Alvian geleng-geleng kepala, seringai tipis tiba-tiba melengkung di sudut bibirnya mengingat tingkah konyol gadis itu. Bisa-bisanya dia berpikir bahwa Alvian akan menidurinya.
Lalu Alvian meninggalkan pintu yang sudah tertutup rapat dan berjalan menuju kamar Amara. Sesaat setelah membuka pintu, Alvian mengukir senyum menatap putri cantiknya yang sudah tertidur pulas.
Karena tidak ingin Amara terbangun dan bertingkah seperti tadi siang, Alvian pun memutuskan untuk pergi ke kamarnya. Sudah waktunya istirahat meregangkan otot-otot dan otaknya yang mulai terasa kaku.
Hari ini rasanya sangat melelahkan bagi Alvian. Tidak hanya lelah fisik, dia juga lelah otak memikirkan tingkah Anika yang menurutnya sangat aneh. Entah karena bodoh atau karena Anika yang terlalu polos jadi perempuan.
Tiba-tiba senyuman itu kembali muncul di wajah Alvian setelah sekian lama menghilang dari kehidupannya. Meski terkadang menjengkelkan, tapi Anika justru terlihat menggemaskan di matanya. Alvian jadi senyum-senyum sendiri memikirkan kekonyolan gadis itu.
"Ya ampun, apa yang sedang aku pikirkan?" keluh Alvian seraya mengerjap untuk menghilangkan bayangan Anika dari pelupuk matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Kaliang
Alvian suka kali, dapat yang seger
2023-02-06
2
MIKU CHANNEL
jadi penasaran juga sebenarnya Siapa Anika ini? awas Alvian jgn kebanyakan senyum senyum sendiri ntar dikira org gila 🤭🤭🤭
2023-02-05
3