Rajah Pagar Air Penolak Teluh

Sulasna menyudahi dalam samadinya. Dia merasakan badannya terasa enteng dan hilang semua payah dan ngilu. Selain itu otot ototnya terasa tambah kuat.

Ia mencoba memperagakan beberapa jurus tendangan dan pukulan serta kombinasi keduanya.

"Tendanganku semakin kencang. Begitu juga pukulanku tambah keras," ujarnya.

Dirinya ingat, saat dalam duduk Samadi tadi ada cahaya yang berkilau seperti tali. Cahaya itu masuk pada tubuhnya. Memang pada awalnya dia merasa terkejut. Cahaya tersebut seolah akan mengikatnya. Namun lama kelamaan setelah ia ikuti, yang nampak seperti tali adalah pijarannya.

Dia terus membiarkan cahaya itu masuk. Nafasnya dia atur seirama dengan denyut nadinya. Cahaya yang semula merambat dari kaki itu naik hingga pada dadanya. Kali awal ia rasakan dadanya berdegup dan terasa sesak.

Kontan ia menduga ini adalah sebuah serangan. Ia menahan nafas, akhirnya cahaya itu menyebar ke seluruh tubuhnya.

Kini Sulasna mencoba melatih dirinya dengan beberapa gerakan jurus, kemudian dia menyusuri jalan menuju ke Goa Toya Marta. Sampai tengah perjalanan ia berpikir untuk mengeluarkan ajian Sepi angin. Terlebih Waktu sudah mulai beranjak senja.

Sementara itu, di dataran samping kiri dari air terjun Toya Marta, Nyai Selayar dan Nyai Pandan Sari telah bertemu, menceritakan kejadian di Kampung batas Alas Toya Marta. Yaitu Perampokan terhadap hasil panen warga. Dan bila warga terlambat memberi mereka di hajar oleh anak buah dari Ki Paneluh.

"Perampokan yang di lakukan anak buah dari Ki Paneluh?" tanya Nyai Pandan Sari.

"Iya, Nyai Guru. Bahkan warga juga menuturkan bila Teluh dari Ki Paneluh juga beberapa kali di kirimkan pada malam bila mereka tidak mau membayarnya," ujar Nyai Selayar.

"Paneluh, di mana kini dirinya berada?" tanya Nyai Pandan Sari.

Baru saja Nyai Selayar mau menceritakan tentang Ki Paneluh, Sulasna sudah datang.

"Simbok, Nenek Guru saya datang!" kata Sulasna.

Kedua perempuan itu memandang Sulasna.

"Hehehe, Cucuku ganteng sudah tiba... Hehe... Kau hebat Sulasna. Kau sudah mampu membangun energi gunung pada tubuhmu... Hahaha," ujar Nyai Pandan Sari.

Nyai Selayar tersenyum bangga, melihat Sulasna yang energi tenaga semakin terbentuk dengan cepat.

"Sini, Sulasna. Ada hal yang akan kita bahas," kata Nyai Selayar sambi tangannya memeberi kode pada Sulasna untuk duduk di dekatnya.

Setelah Sulasna duduk, Nyai Selayar menyampaikan jawaban yang tertunda terkait keberadaan Ki Paneluh.

"Pertemuan terakhir saya dengan Ki Paneluh, saat saya mengambil Pedang Angin Suci di bukit Sepayung. Dan Kelihatannya Ki Paneluh sudah tidak bersama dengan kelompok Nyi Selasih," tutur Nyai Selayar.

Nyai Pandan Sari berdiam diri sejenak. Matanya menatap pada Sulasna sejenak.

"Selayar, beberapa hari kedepan di malam hari coba tengok Padukuhan tersebut. Ajaklah Sulasna untuk menemanimu. Yang saya takutkan, mereka akan mendatangi Padukuhan tersebut, ketika teluhnya tidak mempan," kata Nyai Pandan Sari.

"Iya, Nyai. Sulasna kelihatannya juga sudah siap untuk menghadapi mereka," kata Nyai Selayar sambil melirik Sulasna.

"Saya hanya ndherek," kata Sulasna .

"Kejahatan sudah semakin nampak di Padukuhan sebelah, Sulasna. Simbokmu baru saja bertarung dengan mereka," terang Nyai Pandan Sari.

"Iya, Sulasna. Perampokan pada hasil panen petani di Padukuhan sebelah," tegas Nyai Selayar.

"Lantas apa yang harus aku kerjakan?" tanya Sulasna.

"Ikuti perintah Nenekmu," ujar Nyai Selayar.

Malam beranjak, ketiganya kemudian meninggalkan lokasi tersebut menuju pada goa untuk beristirahat.

*****

Barangkali hampir sama waktunya pada kisah, di Padepokan Ki Paneluh berada. Padepokan tersebut terbuat dari papan kayu dengan atap dari sirap kayu. Di depannya di bangun sebuah gapura dari bambu.

Kedua orang berjalan terhuyung melewati padepokan gapura. mereka memegang dadanya.

Ki Paneluh nampak kaget melihat keduanya. Dia berdiri melihat dua anak buahnya yang terluka itu.

"Bukankah kalian yang kemarin bertugas mengambil pajak dari warga dese dekat alas?" tanya Ki Paneluh.

"Iya, Ki. Tapi mohon maaf. Kami gagal mengambil pajak tersebut," terang salah satu dari yang baru datang.

"Apa! Kalian gagal!!! Bukankah kalian sudah ku bekali pukulan Topan Api?!"

"Maaf, Ki. Ada seorang wanita yang membantu mereka. Wanita tersebut memiliki kesaktian."

"Wanita?! Siapa dia beraninya mencampuri urusanku?!"

"Maaf, Ki. Dia hanya menjawab, aku adalah teluh yang akan menyabut nyawamu".

"Kurang Ajar!!!" Ki Paneluh nampak geram. Wajahnya memerah. Tangannya di kepalkan. Sementara dua anak buahnya masih duduk bersimpuh menahan sakit.

"Bagaimana ciri cirinya wanita itu?" tanya Ki Paneluh kemudian.

"Ia berbaju biru muda, memakai selendang biru tua untuk menutupi separoh wajahnya," ujar anak buahnya.

"Apa?!!!!!" Ki Paneluh terkejut. Ia menatap kedua anak buahnya.

"Dia bukan lawanmu. Dia adalah lawanku... Hahahaha, Pendekar Jubah Biru. Kenapa ia bangkit lagi?" batin Ki Paneluh.

Ia memberi kode pada kedua anak buahnya untuk mundur dan beristirahat.

"Pendekar Jubah Biru. Kau tak henti hentinya mencampuri urusan ku. Aku akan buat perhitungan dengannya," ujar batinnya. Kemudian Ki Paneluh masuk kedalam rumahnya.

Ki Paneluh duduk di atas tikar yang terbuat dari anyaman daun pandan. Ia menghadap pada bekas pembakaran kemenyan. Ia ambil dahan pohon yang telah kering. Ia letakkan di depannya, di sandarkan pada bekas kemenyan yang terbakar dan membentuk gunung.

Bibir Ki Paneluh komat Kamit. Kedua tangannya diangkat hingga atas kepala, lalu ia gerakkan di atas dahan kering tersebut. Tak lama munculah pijaran api dan kemudian dalam waktu yang tak lama membentuk bola kecil berjumlah lebih dari lima. Bola bola api itu kemudian menyatu menjadi bulat seperti bola.

"Wahai teluh, bergeraklah malam ini menuju dukuh batas alas. Hancurkan, Padukuhan itu!" perintah Ki Paneluh.

Bola api itu seolah mengerti akan bahasa Ki Paneluh. Ia berputar tiga kali, kemudian melesat dari atas atap rumahnya menuju lokasi di mana anak buahnya bertarung melawan Nyai Selayar.

Bola api ciptaan Ki Paneluh, tidak butuh waktu lama sampai pada batas Padukuhan. Ia berputar pada batas batas Padukuhan tersebut.

"Kenapa teluhku justru berputar putar. Serang lah, Seranglah.... " ucap Ki Paneluh yang terus mengawasi bola api dari jarak jauh.

Api itu melesat keangkasa. Ki Paneluh dari jauh tersenyum. Sebab itu adalah pertanda, bahwa bila api kirimannya akan segera menyerang Padukuhan tersebut.

"Blugh...... Dushh ..... Dar....."

"Byar........."

Bola api itu seperti menendang sesuatu dan terpental jauh kembali pada tempat Ki Paneluh.

"Kurang Ajar!!!! Bedabah, Keparat!!!"

Ki Paneluh menatap bila apinya yang padam. Dari itu keluarlah beberapa makhluk yang mirip raksasa, wajahnya merah, rambutnya juga berwarna merah.

"Maafkan Kami, Ki. Maafkan kami!" ujar makhluk tersebut.

"Ada apa, ha?!"

"Kami membentur air, tenaga kami hancur saat mau menyerang."

"Apa?! Membentur air?!"

"Iya, Ki. Saya bingung mau menyerang dari mana. Padukuhan itu di Pagari dengan air mengelilingi Padukuhan".

"Rajah Pagar Air. Siapa yang memagari. Mungkinkah Pendekar Jubah Biru?"

Episodes
1 Prolog
2 Pertarungan Bukit Sepayung
3 Ajian Banyu Sewu
4 Siluman Penjalin
5 Padepokan Alas Penjalin 1
6 Rebutan Tombak Mataram
7 Rahasia Tombak Mataram
8 Pertarungan Di Pinggir Sungai
9 Jurus Jurus Padepokan Penjalin
10 Dahsyatnya Pukulan Ombak Segoro
11 Menaklukkan Siluman Harimau Kesambi
12 Raja Sima Semesta
13 Nyai Pandan Sari
14 Perampokan Tepi Hutan Toya Marta
15 Bangkitnya Pendekar Jubah Biru
16 Rajah Pagar Air Penolak Teluh
17 Pertempuran Di Padukuhan Batas Alas
18 Pertempuran Padukuhan Batas Alas 2
19 Sulasna Berubah Menjadi Lima
20 Strategi Menguasai Tombak Mataram
21 Rencana Penyerangan Padepokan Macan Gembong
22 Serangan dari Lowo Abang
23 Macan Gembong Merubah Diri
24 Pertempuran Macan Gembong
25 Pukulan Sewu Banyu Segoro
26 Ilmu Warok dan Kasantikan
27 Bertemu Dengan Ki Suro Tani
28 Mendirikan Gubuk di Ladang Mbah Suro
29 Sulasna Menerima Pengabdian Sima Seta
30 Nasehat Mbah Suro
31 Rencana Penyerangan Kampung Gajahan
32 Harimau Putih Melawan Sekar Wangi
33 Perlawanan Harimau Putih
34 Tiga Pendekar Mengolah Hawa Murni Alam
35 Hilangnya Lowo Abang
36 Pertemuan Rahasia Dua Tokoh Sepuh
37 Duta Sima Seta
38 Gentong Waseso
39 Perampok Tugu Batu
40 Menggagalkan Perampokan Ki Banas
41 Lowo Abang Kehilangan Tenaga Dalam
42 Sendang Banyu Biru
43 Menetralkan Tenaga Siluman Lowo Abang
44 Aji Sewu Bayangan
45 Tenaga Dalam Sekar Wangi Terkunci
46 Panglima Sekar Wangi
47 Lowo Abang di Hadang Singa Liar
48 Sulasna Menghadap Guru Tunggal
Episodes

Updated 48 Episodes

1
Prolog
2
Pertarungan Bukit Sepayung
3
Ajian Banyu Sewu
4
Siluman Penjalin
5
Padepokan Alas Penjalin 1
6
Rebutan Tombak Mataram
7
Rahasia Tombak Mataram
8
Pertarungan Di Pinggir Sungai
9
Jurus Jurus Padepokan Penjalin
10
Dahsyatnya Pukulan Ombak Segoro
11
Menaklukkan Siluman Harimau Kesambi
12
Raja Sima Semesta
13
Nyai Pandan Sari
14
Perampokan Tepi Hutan Toya Marta
15
Bangkitnya Pendekar Jubah Biru
16
Rajah Pagar Air Penolak Teluh
17
Pertempuran Di Padukuhan Batas Alas
18
Pertempuran Padukuhan Batas Alas 2
19
Sulasna Berubah Menjadi Lima
20
Strategi Menguasai Tombak Mataram
21
Rencana Penyerangan Padepokan Macan Gembong
22
Serangan dari Lowo Abang
23
Macan Gembong Merubah Diri
24
Pertempuran Macan Gembong
25
Pukulan Sewu Banyu Segoro
26
Ilmu Warok dan Kasantikan
27
Bertemu Dengan Ki Suro Tani
28
Mendirikan Gubuk di Ladang Mbah Suro
29
Sulasna Menerima Pengabdian Sima Seta
30
Nasehat Mbah Suro
31
Rencana Penyerangan Kampung Gajahan
32
Harimau Putih Melawan Sekar Wangi
33
Perlawanan Harimau Putih
34
Tiga Pendekar Mengolah Hawa Murni Alam
35
Hilangnya Lowo Abang
36
Pertemuan Rahasia Dua Tokoh Sepuh
37
Duta Sima Seta
38
Gentong Waseso
39
Perampok Tugu Batu
40
Menggagalkan Perampokan Ki Banas
41
Lowo Abang Kehilangan Tenaga Dalam
42
Sendang Banyu Biru
43
Menetralkan Tenaga Siluman Lowo Abang
44
Aji Sewu Bayangan
45
Tenaga Dalam Sekar Wangi Terkunci
46
Panglima Sekar Wangi
47
Lowo Abang di Hadang Singa Liar
48
Sulasna Menghadap Guru Tunggal

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!