"Sulasna, kau di sini telah aku turunkan ilmu ajian dan jurus Siluman Penjalin. Sebagai penambah kekuatan dan kemampuan dari ajian dan jurus Sewu Banyu Segoro dari Kakekmu Ki Pasinggahan. Bahkan saya juga menyalurkan energi pukulan Ombak Segoro," ungkap Ki Penjalin.
"Terima kasih, Kakek Guru." jawab Sulasna
"Selayar, sekarang lanjutkan perjalanan anakmu untuk menemui Si Nenek Pandan Sari di Goa Toya Marta," perintah Ki Penjalin.
"Ia, Rama Guru, kapan saya bisa menemui Nyai Pandan Sari?"
"Sekarang berangkatlah. Biar rindumu pada gurumu bisa segera terobati. Tapi bila Sulasna telah selesai mempelajari ilmu dari Nyai Pandan Sari, segeralah keluar dari sana," ucap Ki Penjalin.
"Sendiko, Rama Guru," ungkap Nyai Selayar.
Nyai Selayar kemudian menata beberapa perabot untuk perbekalan menuju Goa Toya Marta. Sebab perjalanan dari Alas Penjalin menuju Goa Toya Marta agak lama, lebih dari tiga hari, dengan jalan kaki.
Setelah selesai menata perbekalan, kemudian ia masuk dalam Goa di mana Ki Penjalin bertapa. Ia kemudian pamit dan mohon do'a kepada Ki Penjalin.
"Saya berdo'a perjalanan kalian bisa selamat sampai di Toya Marta," kata Ki Penjalin.
"Kami berangkat, Rama Guru."
"Mohon Pangestu, Kakek Guru."
"Sulasna, tugasmu untuk melawan kejahatan pada kehidupan di bumi ini. Maka kami yang sudah tua ini hanya bisa berdoa padamu semo Yang Maha Kuasa, menjaga keselamatanmu dan keselamatan ibumu," kata Ki Penjalin menatap Sulasna.
"Selayar, saatnya kau mendampingi putramu untuk melawan kebatilan. Jangan Cengeng, Pendekar tidak boleh lemah oleh keadaan. Darahmu teraliri darah dari para Satriya dan Pandita. Berangkatlah, Ingat!!!! Taati semua perintah gurumu," Kata Ki Penjalin selanjutnya.
*****
Perjalanan Nyai Selayar dan Sulasna menuju Goa Toya Marta telah lebih separoh perjalanan. Memang untuk menuju Goa Toya Marta, harus bisa melewati beberapa perbukitan dari lokasi perkampungan. Entah mengapa Guru Nyai Selayar yakni Nyai Pandan Sari memilih lokasi bertapa di Goa Toya Marta.
Nyai Pandan Sari adalah seorang Pendekar Wanita yang pilih tanding. Ia merupakan adik kandung dari Ki Pasinggahan, dan adik seperguruan dari Ki Penjalin. Dirinya telah lama mengundurkan diri dari rimba persilatan. Tepatnya setelah menikahnya Nyai Selayar dengan Papak Paringan.
Nyai Selayar merupakan satu satunya siswa yang di kasihi oleh Nyai Pandan Sari. Terlebih setelah ia mengerti Nyai Selayar masih keturunan dari seorang Hajar yang otomatis darahnya mengalir darah luhur.
Mengundurkan diri dari Rimba Persilatan, bukan berarti harus tidak mau bertanding melawan Kebatilan. Tapi ia menjadi pertapa yang harus mengedepankan cinta dan kasih sayang pada kehidupan. Menyelaraskan jiwa pada alam dan memaafkan semua yang salah. Menghancurkan semayamnya sifat batil, iri dan dengki.
Goa Toya Marta, merupakan sebuah Goa yang ada di balik air terjun Toya Marta. Sehingga untuk masuk Goa selain melewati perbukitan sampai di air terjun yang nampak adalah air yang memiliki debet air tinggi. Jarang ada yang tahu bahwa di balik air terjun itu sebetulnya ada goa yang luas. Tempat itulah lokasi di mana Nyai Pandan Wangi bertapa. Yang mengetahui adalah orang orang tertentu.
Nyai Selayar dan Sulasna telah sampai pada Alas yang banyak memiliki kayu kayu besar. Kayu kayu dinsitu sudah berusia ratusan tahun. Kayu Kesambi, maka orang menyebutnya alas kesambi.
"Hati - hati Sulasna, ada hawa jahat di hutan ini," ujar Nyai Selayar.
"Saya merasakan yang sama, Simbok," Jawab Sulasna.
Dari lokasi keduanya berdiri, terdengar suara Auman harimau, yang menggetarkan seluruh hutan. Dari aumannya, saja bisa dirasakan alangkah besarnya harimau tersebut.
"Auuuuuuughm..."
"Suara harimau ?!" kata Nyai Selayar.
Belum selesai Sulasna menganggukkan kepala, tiba tiba sekawanan harimau telah berada di depannya. Mereka meringis ringis menunjukkan taringnya yang tajam. Mata semua harimau tersebut menatap tajam pada dua manusia yang ada di depannya.
"Auuurghm.... Aurgh...." Aum harimau secara bersamaan yang membuat bulu kuduk bisa merinding.
Nyai Selayar dan Sulasna menatap pada harimau itu dengan seksama. Sehingga bisa memastikan bahwa harimau itu bukan harimau sembarangan.
"Kelihatannya ia adalah harimau siluman," ujar Nyai Selayar.
Empat harimau meloncat menerkam pada Nyai Selayar dan empatnya lagi bersiap menerkam pada Sulasna.
Sulasna menghindar meloncat ke arah pohon. Keempat harimau yang mengeroyoknya melingkar di batang pohon. Menunggu Sulasna turun.
Sedangkan Nyai Selayar menghadapi empat harimau yang mengeroyoknya. Batinnya seperti terlatih harimau ini dalam mengalahkan mangsanya.
Harimau itu menerkam bersamaan menuju tubuh Nyai Selayar. Tapi dengan sigap Nyai Selayar memutar tubuhnya ke udara, kemudian kakinya menendang kepala harimau tersebut.
"Des... Des .."
Empat harimau pengeroyok itu terpental jauh lebih dari satu tombak. Namun dengan cekatan keempatnya bangkit dan menyerang Nyai Selayar. Namun sebelum serangan sampai ke tubuh Nyai Selayar, dari atas Pohon Sulasna mengeluarkan pukulan jarak jauh yang di barengi dengan tenaga dalam yang kuat.
"West.....wesht..."
Pukulan Sulasna bagai angin yang berhembus kencang.
"Dugh... diar" pijaran api biru mengenai empat harimau pengeroyok. Tiba tiba... harimau itu lenyap dari pandangan tinggal angin dan kabut putih yang ada.
Tanpa berpikir panjang, empat harimau di bawah pohon yang melingkar memagarinya ia sapu dengan pukulan jarak jauhnya....
"Weshttttttt, Gkegar,...."
Empat harimau itupun lenyap, menyisakan kabut putih. Dari kabut tersebut muncul pijaran bagai kilat membentuk tubuh harimau.
"Ampuni kami, ampuni kami, ...." ujarnya.
Mendengar suara tersebut Sulasna mendekat pada Simboknya. Boleh Sulasna menguasai ilmu dari Ki Pasinggahan dan Ki Penjalin, namun pengalaman dalam bertarung ia masih perlu banyak belajar dari Simboknya. Begitu juga menghadapi aneka macam musuh dirinya masih kalah di banding simboknya.
"Siapa dia, Mbok?" tanya Sulasna.
"Saya juga tidak tahu," jawab Nyai Selayar.
Memang dalam mengeluarkan pukulan jarak jauh Sulasna membarengi dengan tenaga dalam yang kuat.
"Ampuni kami, Kisanak. Kami mengaku kalah," ujar pijaran berbentuk tubuh harimau.
"Kamu siapa?" tanya Sulasna.
"Aku adalah Raja Harimau Siluman di Alas Kesambi ini. Ampuni kami Kisanak. Lepaskan aku dari ikatan ini. Aku akan mengabdi pada Kisanak," ujar Raja Harimau.
Sulasna baru ingat, bahwa dalam memukul dengan tenaga dalam pada harimau yang mengejarnya di bawah pohon ia barengi dengan pukulan Banyu Segoro. Pukulan Banyu Segoro ia dapatkan dari Ki Penjalin. Yang setelah memukul akan mengakibatkan pengikat Sukma pada yang terkena pukulan tersebut
"Lepaskan aku, Kisanak. Aku akan mengabdi pada Kisanak. Aku akan membantu Kisanak," Ujar Raja Harimau Siluman
"Lepaskan Sulasna," ujar Nyai Selayar.
"Aku berjanji bahwa aku dan seluruh pasukannya di alas Kesambi, tunduk pada Kisanak dan anak turun dari Kisanak," ujar Raja Harimau Siluman.
"Baiklah, akan aku lepaskan. Dan jangan mengganggu manusia lagi," ujar Sulasna.
Kedua telapak tangan Sulasna bertemu. Secepat itu semua ikatan pada harimau Siluman itu lepas.
Cahaya berwarna kebiruan membentuk tubuh harimau itu, dengan cepat menjadi asap dan membentuk tubuh seseorang.
"Terima Kasih, Kisanak," ujar Raja Harimau yang bertubuh Manusia dengan memakai jubah seperti kulit harimau.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments