"Jangan banyak tanya, saat ini juga kita harus berangkat. Kita basmi dulu begundal Prabu Janaka yang membentengi Mataram. Sebab salah satu dari mereka mestinya menyimpan Pusaka Tombak Mataram!" ucap Nyi Selasih.
"Kita lakukan perlawanan secara bersama. Kita tidak usah membawa murid murid kita, menuju padepokan Macan Gembong," Ki Banas menimpali.
"Benar. Sebab kalau kita membawa murid padepokan, kita akan memancing Mataram untuk menyerang pada sarang sarang kita," ungkap Nyi Selasih.
"Sebetulnya sudah banyak, Pendekar dari Golongan mereka yang telah mundur dan memilih jadi pertapa. Namun kita harus hati hati. Sebab sekali kita tertangkap Penjara Prabu Janaka akan kita huni," terang Nyi Selasih Selanjutnya.
"Kalau begitu malam ini juga kita menuju pada tempat Ki Macan Gembong, Nyi," usul Sekar Wangi.
"Tepat Sekali Sekar. Malam ini, paling tidak dua hari kita sudah sampai pada Padepokan Macan Gembong," jawab Nyi Selasih.
"Ayo kita berangkat. Saya sudah lama tidak bertarung dengan mereka. Tangan saya sudah gatal, untuk memukul golongan Pendekar Mataram," ungkap Lowo Abang.
Keempat Pendekar dari Golongan itu berangkat menuju lereng Wilis. Mereka akan menggempur Padepokan Macan Gembong. Padepokan Macan Gembong di namakan demikian karena yang menjadi Guru dari Padepokan tersebut adalah Pendekar Macan Gembong.
Macan Gembong sebetulnya adalah salah satu dari orang kepercayaan dari Prabu Janaka. Tidak banyak yang tahu dari mana asal usul dari Macan Gembong. Terlebih Pendekar dari Golongan Hitam. Sebab Macan Gembong selalu merahasiakan asal usulnya.
Namun bagi golongan putih, melihatnya Prabu Janaka saja sangat menghormatinya. Maka ia akan menghormati dan bersungkem pada Pendekar Tua yang bernama Macan Gembong.
*****
Sementara itu Nyi Selayar dan anaknya Sulasna sedang berada di depan Goa Penjalin. Ki Penjalin sebagai guru mereka, membersamainya setelah mengadakan makan ayam hutan hasil jebakan Ki Penjalin.
"Selayar, kemarin saya melihat Ki Plangka Sari menuju Alas Badong. Di sana Macan Gembong bermukim," terang Ki Penjalin.
"Apa tujuannya? Apakah benar Tombak Mataram ada padanya?" tanya Nyi Selayar.
"Saya belum yakin, kalau Tombak Mataram ada pada Plangka Sari. Sebab tombak itu bukan tombak sembarangan. Dan yang membuat Tombak bukan Empu Sembarangan," ujar Ki Panjalin.
"Sebetulnya siapa pembuat pusaka Mataram itu, Eyang?" tanya Sulasna.
Pusaka Tombak Ageng Mataram di buat oleh Aji Krida Sekti. Dia berasal dari Pager Aji. Ia adalah ahli nujum, ahli pengolah besok dan ahli dalam tirakat olah rasa. Maka perpaduan kekuatan Tombak Pusaka itulah yang membangunnya menjadi Tombak Sakti. Kemudian di sebut Tombak Ageng," ujar Ki Penjalin.
"Maaf, Eyang Perpaduan energi yang digunakan itu energi apa Eyang?" tanya Sulasna.
"Ini yang perlu kalian ketahui. Tombak Ageng Mataram menempanya tidak sembarang waktu. satu bulan tombak itu dikerjakan tiga kali. Yaitu pada tiga hari sebelum purnama hingga saat purnama. Waktunya dipilih saat angin tak berhembus. Maka Tombak itu memiliki energi ketentraman dan kenyamanan. Karena api bara untuk menempanya tak boleh saat matahari menyala. Pemilihan Besi dilakukan saat bangun pagi di mana semburat merah masih ada. sehingga pusaka itu tanpa melukai lawan tapi mampu mengalahkan. Pembuatan pamornya di tempa saat purnama tepat, dan bara besi usai di tempa di bawa kelautan luas untuk di padamkan. Jadi pengolahan 4 unsur telah ada pada tombak tersebut. Energi Api, Air, angin dan tanah menyatu. Sehingga tak ada yang bisa mengangkat tombak itu selain orang yang memiliki hati bersih," terang Ki Penjalin.
"Lantas, siapa yang mampu mengambil dari Gedung pusaka Mataram?" tanya Sulasna.
Ki Penjalin tertawa terbahak bahak. Membuat Sulasna dan Nyi Selayar menjadi keheranan.
" Jangan mudah percaya dengan hilangnya Tombak Mataram".
"Maksud Ki Ageng Panjalin?" tanya Nyi Selayar.
"Kalau yang berkata Ki Pasinggahan tentang hilangnya Tombak Ageng Mataram saya baru percaya. Kalau yang berkata orang golongan hitam aku tidak percaya," ujar Ki Penjalin.
"Kenapa demikian, Eyang. Apa hubungannya Tombak Ageng Mataram dan Eyang Guru Pasinggahan?" tanya Sulasna makin bingung.
"Aji Krida Sakti adalah ahli dalam apa saja. Ia orang berderajat luhur tapi menolak untuk di Kraton. Sebab dirinya memilih laku tapa brata. Dia kemudian menikah dengan seorang perempuan sakti. Namanya Nyi Hajar Puspito Roso. Pernikahan keduanya melahirkan dua orang Putra yang nantinya melahirkan Eyang Gurumu Ki Pasinggahan dan Nyi Pandan Sari. Persis seperti Aji Krida Sakti dan Nyi Hajar Puspito, keduanya pilih tinggal di pegunungan dan Ahli tapa brata. Mereka berdua Pendekar Sakti tapi mereka memilih hidup menjadi pertapa. Mereka Pertapa tapi ilmunya juga seperti Pendekar. Maka Eyang Aji Krida Sakti mengatakan Watak Warok yang di miliki cucunya," cerita Ki Panjalin.
Mendengar kisah itu Sulasna bertambah Penasaran.
"Tombak Ageng Mataram semula di bawa Aji Krida Sakti untuk cucunya Jaka Pasinggahan. Namun dirinya menolak. Sebab kelak ia takut kalau tombak tersebut menjadi pertumpahan darah. Karena tidak mau menerima Joko Pasinggahan ya Eyang Gurumu, Tombak itu di serahkan kepada Prabu Janaka, untuk dititipkan. Nanti yang bisa mengambil Tombak itu hanya Pasinggahan dan keturunannya atau Pandan Sari dan keturunannya," ujar Ki Penjalin.
"Lantas siapa keturunan dari Eyang Guru?"
"Karena kesetiaan dalam hatinya, Eyang Gurumu berjanji tidak akan menikah. Karena ia masih ingin melakukan pertapaan. Ia ingin moksanya kelak dalam keadaan Suci. Ia tidak ingin memiliki negara karena negara tersebut telah ada pada dirinya. Lantas untuk membantunya diangkat bapakmu almarhum sebagai pewaris utama ilmu dari Eyang Gurumu. Tapi ternyata Yang Maha Kuasa memilih beda," ujar Ki Penjalin.
"Jejak Eyang Gurumu yang memilih Moksanya dalam keadaan suci diikuti oleh adiknya. Nyi Pandan Sari. Adiknya mau di nikahkan dengan Seorang Satriya, ia melarikan diri dan berguru pada Guru saya yakin Ki Ageng Selo Putih," ujar Ki Penjalin.
"Cukup Rama Guru, jangan dilanjutkan kisahnya," ujar Nyi Selayar. Besok atau kapan Sulasna juga akan mengerti semua
"Hahaha .. hahaha .. , Iya, Nyi," sahut Ki Penjalin
Melihat Kisah dari Ki Penjalin dan gaya Simboknya menghentikan cerita Ki Penjalin, sebenarnya Sulasna makin Penasaran. Tapi apa mau di kata, Simboknya melarang Ki Penjalin untuk melanjutkan cerita tersebut. Sulasna tidak menduga, kalau Eyang Gurunya ternyata orang berderajat luhur dengan kesaktian yang luar biasa.
"Ki Penjalin, saya merasakan ada aura manusia jahat merambah jalan setapak di sebeh alas ini," ujar Nyi Selayar.
"Benar, yang saya hadapi itu ada getaran Nyi Selasih," ujar Ki Penjalin.
"Mari Kita buang jauh aura kita, dan kita dekati mereka. Kita lihat saja apa yang diinginkan," ujar Ki Penjalin.
Ketiganya berdiam diri sejenak, untuk melemparkan aura ke tempat jauh. Kemudian ketiganya menuju jalan setapak di sebelah goa untuk melihat siapa dan mau apa pendekar golongan hitam di bawah komando Nyi Selasih itu.
*****
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments