"Kisanak, sesuai yang saya janjikan tadi, bahwa saya dan seluruh pasukan Harimau di sini adalah abdimu. Semua akan menurut kepadamu," Kata Raja Harimau Kesambi, selanjutnya.
"Benarkah demikian?" ujar Sulasna dalam batin.
Meski hanya dalam hati, bahasa itu di tangkap oleh Raja Harimau Kesambi. Siluman itu kemudian mengaum panjang. Tak lama kemudian ratusan harimau datang ketempat itu.
"Para harimau Kesambi, ini adalah tuan kita yang baru. Berikan hormat kepadanya," ujar Raja Harimau.
"Ratusan ekor harimau itu memberi hormat kepada Sulasna dan juga kepada Nyai Selayar.
"Sekarang kembalilah ke tempat masing masing,"ujar Raja Harimau.
"Tuan, namaku adalah Raja Sambi, sedangkan siapa nama tuanku?" tanya Raja Harimau.
"Namaku Sulasna, sedangkan ini adalah Simbokku, namanya Nyai Selayar," kata Sulasna..
"Lantas tuan mau kemana?" tanya Raja Harimau.
'Saya Mau ke Toya Marta," terang Sulasna.
"Toya Marta masih butuh waktu sehari perjalanan. Apakah Tuan mau saya antar?" tanya Raja Harimau.
"Tidak usah. Kami sudah terbiasa berjalan jauh," ujar Sulasna.
"Kalau begitu saya kasih tanda, bahwa hamba adalah Abdi dari Tuan. Terimalah Batu Mustika Biji Kesambi. Bila tuan ada kesulitan panggilan saya, melalui Mustika ini. Saya sudah menjadi abdi tuan Sulasna dan Nyai Selayar," ujar Raja Harimau sambil memberikan batu Mustika Biji Kesambi.
Sulasna menerima Cincin dan memakainya di jari manisnya pada tangan kiri.
"Sesuai janji saya, saya tetap akan mengabdi pada tuan dan anak turun tuan. Cincin itu adalah cincin tanda bahwa Tuan adalah Tuan dari para siluman Harimau di Alas Kesambi. Semua yang ada di sini menurut pada perintah tuan. Selain cincin tersebut, tuan aku mengasuh lagi pusaka. Pusaka ini akan manunggal dengan jiwa tuan," kata Raja Harimau sambil memberikan pusaka berupa keris pada Sulasna.
Aneh saat keris itu di pegang Sulasna langsung hilang seketika. Dan Saat Sulasna menggerakkan tangan ke depan dada dengan tangan kiri di bawah menghadap keatas dan tangan kanan di atas menghadap kebawah keris yang panjangnya tak lebih dari telapak tangannya itu muncul sendiri.
"Pusaka itu bernama Putut Jangkung. Sebagai tanda bahwa Tuan Sulasna adalah Raja Harimau," ucap Raja Harimau.
"Oh...," hanya itu yang keluar dari mulut Sulasna sambil memandang Nyai Selayar.
"Raja Sambi, saya menghaturkan terima kasih pada Tuan Raja. Dan maafkan atas kesalahan kami," ungkap Nyai Selayar.
"Nyai, barang kali sudah waktunya Paduka Tuan Sulasna bertemu kami. Dalam tubuh Paduka Sulasna mengalir darah Kesatria. Darah keberanian, dan penuh belas kasih, berwatak bijak, tidak sombong dan mampu mengayomi. Maka kami menjadikannya Raja," Jelas Raja Harimau Kesambi.
"Terima kasih, Tuan Raja Kesambi. Mohon maaf, kami masih ada kepentingan untuk menuju Toya Marta," ujar Nyai Selayar.
"Silahkan, dan bila butuh bantuan, kami siap membantu Paduka," ujar Raja Harimau.
"Terima kasih. Semoga besok kita bisa bertemu kembali," ujar Sulasna.
"Panjang Umur ..." do'a Raja Harimau
Nyai Selayar memegang tangan Sulasna, secepat kedipan mata mereka berdua pergi meninggalkan tempat itu. Hanya asap yang membekas di tanah tersebut Raja Harimau Kesambi cuma menggelengkan kepala.
"Sepi Anginnya sangat sempurna. Saya melihat ada ciri ciri dalam tubuh Paduka Sulasna, adalah Kesatriya Pandita," ujar Raja Harimau Kesambi.
*****
Air terjun dengan ketinggian tidak kurang 200 tombak mengalir air yang jernih. Sungai yang menjadi muara dari air terjun pun nampak kejernihannya. Percikan air akibat aliran air terjun yang tinggi bagai air hujan. Dan bila tepat sinar matahari mengenainya, akan membentuk pelangi pelangi yang menakjubkan.
Sementara di bawah air terjun terdapat beneran bebelatuan yang besarnya tidak kurang dari seekor kambing. Bentuk batu batu itu tidak sama. Namun menjadikan tempat tersebut menjadi sedap untuk di pandang. Terlebih di pinggiran sungainya terdapat beberapa tanaman yang tertata rapi. Seolah di sengaja ditanam oleh tangan manusia yang mencintai keindahan. Andong, Puring, dan bunga bunga berjajar bagaikan taman Banjar Sari.
Sulasna dan Nyai Selayar yang memakai ajian Sepi Angin telah sampai di dekat air terjun tersebut.
"Goa Toya Marto ada di balik grojogan ini. Pakailah Jurus Sewu Banyu agar kita bisa menerobos air terjun," ujar Nyai Selayar pada Sulasna
Sulasna hanya menganggukkan kepala. Kemudian ia pasang kuda kuda. Kedua tangannya menyilang di depan dada. Kaki kanannya menghentak tanah, secepat itu ia seperti lari di udara dan sampailah di balik grojogan tersebut. Begitu juga Nyai Selayar, mengikuti gerakan Sulasna.
Sulasna tercengang. Sebab di balik air terjun terdapat batu datar yang lebih dari sepuluh tombak lebarnya. Di sampingnya ada mulut Goa yang menganga.
"Ayo masuk Sulasna. Tentu Nenek Nyai Pandan Sari terkejut melihatmu," Nyai Selayar kemudian masuk dalam goa.
"Selayar, siapa yang kau bawa?" tanya suara dari dalam Goa.
"Dia putraku, Nyai Guru," ujar Selayar.
"Bawa masuk aku ingin melihatnya," kata suara perempuan dari dalam goa.
Nyai Pandan Wangi dari jauh melihat Sulasna nampak di dalam dirinya adalah Cahaya Raja Harimau Semesta. Maka ia penasaran pada anak dari Nyai Selayar.
Setelah dekat Selayar dan Sulasna menghormat Nyai Pandan Sari. Nyai Pandan Sari menyilahkan duduk.
"Silahkan duduk, Selayar," ujar Nyai Pandan Sari. Kemudian ia mengambil air dari kendi dan tiga buah bumbung. Kemudian menuangkan air pada bumbung bambu dan menyilakan keduanya untuk minum.
Nyai Selayar dan Sulasna meminum air yang di suguhkan Nyai Pandang Wangi. Tubuh yang payah terasa segar kembali. Sedangkan Sulasna, semakin jelas auranya.
"Kalian sudah dari Kakang Penjalin?" tanya Nyai Pandan Wangi.
"Kami di sana 100 hari, Nyai Guru", ujar Selayar.
"Ini anakmu yang bernama Sulasna?" tanya Nyai Pandan Wangi.
"Ia, Saya Sulasna, Nenek Guru," jawab Sulasna gugup. Sebab sejak awal Nyai Pandan Sari menatap Sulasna, seperti ada kesalahan pada Sulasna.
"Sulasna, apa ada hubungan dirimu dengan Jaka Sima Kembar?" tanya Nyai Pandan Wangi.
"Tidak, saya tidak mengenalnya!" ujar Sulasna.
"Nyai Guru, Maafkan kami. Sulasna belum banyak bergaul dengan rimba persilatan," ungkap Nyai Selayar .
Di luar dugaan Nyi Selayar, Gurunya itu tertawa terkekeh.
"Sulasna, Hehehe...hehe... Maafkan aku Paduka Raja Sima Semesta. Hehehe .. hehe, Putut Jangkung bergambar kepala harimau dari mana kau terima. Siapa yang menjadikan dirimu Raja Sima Semesta," tanya Nyai Pandan Wangi.
Sulasna bingung, ia menatap kepada Simboknya. Lalu Nyi Selayar menceritakan perjalanannya dari Alas Penjalin dan bertemu dengan kawanan Siluman Harimau, hingga Sulasna mendapat dua pusaka.
"Selayar, anakmu bukan hanya Raja Harimau di Kesambi. Tapi dia Raja Harimau sejagad. Karena Pusaka Putut Jangkung ada di tangannya, sebagai bukti ia Raja Harimau," ujar Nyai Pandan Wangi.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments